Selama ini, imunisasi dikenal sebagai proses pemberian vaksin untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit berbahaya. Sebenarnya, proses tersebut lebih tepat disebut sebagai vaksinasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin, sementara imunisasi adalah proses terbentuknya antibodi di tubuh setelah vaksin diberikan.
Namun karena kedua istilah ini kerap digunakan secara bergantian, maka dalam penjelasan kali ini, istilah imunisasi lah yang akan dipakai untuk menjelaskan prosedurnya.
Di Indonesia, ada 5 jenis imuniasi dasar yang perlu diberikan pada anak, yaitu imunisasi hepatitis B, BCG, polio, DTP dan campak. Sementara itu, 8 jenis vaksin lainnya merupakan jadwal imunisasi tambahan yang sangat baik apabila juga dilengkapi.
Dengan adanya proses imunisasi, anak akan mendapatkan beberapa manfaat, antara lain:
Vaksin yang diberikan saat imunisasi akan melatih antibodi alias kekebalan di tubuh untuk mengenali zat-zat berbahaya seperti bakteri dan virus. Sehingga, jika suatu saat zat tersebut mampir ke tubuh, antibodi sudah siap untuk melawan dan membuat virus maupun bakteri tersebut tidak bisa merusak sel dan menyebabkan penyakit.
Beberapa vaksin mungkin tidak akan sepenuhnya mencegah terjadinya infeksi, namun tetap bisa meringankan dampak yang muncul sehingga infeksi yang dialami tidak berat.
Perlindungan dari imunisasi memang tidak 100%. Artinya setelah diimunisasi, bayi dan anak mungkin masih dapat terkena penyakit tersebut, tapi gejala yang timbul menjadi lebih ringan. Oleh sebab itu, ada beberapa imunisasi anak yang harus diulang (booster) untuk menjaga tingkat efektivitas perlindungan pada Si Kecil.
Imunisasi anak bisa mencegah penularan infeksi ke anggota keluarga lain seperti kakak, adik dan teman sebayanya. Bila tidak mendapat imunisasiasi yang cukup, anak mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, kecacatan bahkan kematian.
Mengacu pada pedoman Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), imunisasi anak dibagi menjadi 2, yaitu imunisasi dasar dan imunisasi tambahan. Hal ini sejalan dengan program imunisasi pemerintah. Berikut ini daftar imunisasi dasar untuk perlindungan buah hati Anda.
Digunakan untuk mencegah penyakit hepatitis B. imunisasi HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, yang didahului suntikan vitamin K. Jadwal pemberian monovalen adalah pada usia 0, 1 dan 6 bulan.
Apabila dikombinasikan dengan DTPa, maka imunisasi imunisasi HB diberikan di usia 2, 4 dan 6 bulan. Namun, imunisasi monovalen pada uisa 1 bulan tidak perlu diberikan apabila anak mendapat imunisasi DTP-Hib yang dikombinasikan dengan HB.
Digunakan untuk mencegah penyakit polio atau lumpuh layuh. Apabila kelahiran terjadi di rumah, segera berikan imunisasi polio melalui mulut.
Apabila persalinan dilakukan di rumah sakit atau klinik, pemberian dilakukan sebelum bayi dipulangkan. Selanjutnya, polio-1, polio-2 dan polio-3 dan polio booster diberikan melalui mulut atau melalui suntikan. Sedikitnya, Si Kecil mendapat 1 dosis imunisasi IPV bersamaan dengan polio ke-3.
Digunakan untuk mencegah penyakit TBC. Imunisasi ini diberikan sebelum usia 3 bulan, dan optimal pada usia 2 bulan. Bila terlambat diberikan, perlu uji tuberkulin sebelum imunisasiasi.
Digunakan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus dan pertusis. Imunisasi ini paling cepat diberikan saat bayi pada usia 6 minggu. Imunisasi dilakukan di usia 2, 4 dan 6 bulan. Untuk anak usia >7 tahun diberikan imunisasi Td atau Tdap.
Digunakan untuk mencegah penyakit campak, pada usia 9 bulan. Imunisasi campak kedua pada usia 18 bulan tidak perlu diberikan apalbila bayi sudah mendapatkan imunisasi MMR.
Untuk mencegah radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis) dan bronkhitis. Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan.
Pada usia >1, imunisasi tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu mendapat booster pada usia >12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Untuk mencegah diare. imunisasi rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu, dosis kedua diberikan dengan interval minimal 4 minggu dengan batas akhir pemberian pada usia 24 minggu. Sedangkan untuk imunisasi rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu, dosis kedua dan ketiga diberikan dnegan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian imunisasi pada usia 32 minggu.
Untuk mencegah flu. Diberikan ketika usia sudah lebih dari 6 bulan dan dapat diulang setiap tahun.
Untuk mencegah campak. Bila imunisasi campak sudah diberikan pada usia 9 bulan, imunisasi anak ini diberikan usia 15 bulan. Namun, bila belum medapatkan imunisasi campak sampai usia 12 bulan, anak langsung diberikan imunisasi MMR.
Untuk mencegah penyakit cacar air (varisella). imunisasi anak ini diberikan setelah usia 12 bulan, tapi yang terbaik adalah sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis interval minimal 4 minggu.
Untuk mencegah kanker serviks. imunisasi ini diberikan mulai usia 10 tahun. Ada 2 jenis imunisasi tersebut yaitu imunisasi HPV bivalen (diberikan 3 kali, dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan) dan imunisasi tetravalen (diberikan 3 kali dengan jadwal 0,2 dan 6 bulan). Pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup dilakukan 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. imunisasi jenis ini menghasilkan respons antibodi setara dengan 3 dosis.
Untuk mencegah penyakit demam berdarah. Imunisasi diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6 dan 12 bulan.
Untuk mencegah penyakit encephalitis. imunisasi diberikan mulai usia 12 bulan, jika tinggal di daerah endemis atau akan bepergian ke daerah endemis. Booster diberikan 1-2 tahun berikutnya.
Tidak ada persiapan khusus sebelum anak Anda menjalani imunisasiasi. Anda cukup memastikan anak dalam kondisi fit dan tidak sedang mengalami demam, pilek dan batuk. Jika mengalami hal-hal tersebut, sebaiknya imunisasi anak ditunda dan mengikuti jadwal imunisasi catch-up yang direkomendasikan dokter atau bidan Anda.
Setiap imunisasi memiliki lokasi penyuntikan atau pemberian yang berbeda-beda. Petugas kesehatan akan membersihkan area yang akan disuntik. Pemberian imunisasi dilakukan melalui:
Setelah menjalani imunisasi, terkadang Si Kecil mengalami kondisi yang disebut sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Yang termasuk tanda KIPI adalah kemerahan pada lokasi bekas suntikan, bengkak, demam ringan sampai tinggi, tergantung dari reaksi tubuh anak terhadap imunisasi yang diberikan. Namun Anda tidak perlu khawatir, karena reaksi ini umum terjadi dan akan hilang dalam 3-4 hari.
Untuk mengatasinya, berikan obat penurun panas tiap 4 jam, kompres air hangat pada lipatan-lipatan tubuh (ketiak, sela kaki dan dahi), dan cairan sesering mungkin seperti ASI, jus buah atau susu.
Jangan selimuti anak. Pakaikan baju tipis agar anak tidak semakin rewel. Bila tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter. Kejadian KIPI berat sangat jarang. Kemungkinannya 1 kejadian dalam 2 juta dosis. Artinya bila ada 22 juta balita yang diimunisasi, hanya 11 anak yang mungkin mengalami KIPI berat. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu khawatir tentang keamanan imunisasi.
IDAI. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/seputar-pekan-imunisasi-dunia-2018
Diakses pada 11 April 2020
IDAI. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-penting-untuk-mencegah-penyakit-berbahaya
Diakses pada 11 April 2020
CDC.
https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/admin/administer-vaccines.html
Diakses pada 11 April 2020