Transplantasi sumsum tulang atau bone marrow transplant (BMT) adalah prosedur untuk menggantikan sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang sehat.
Sumsum tulang sendiri merupakan jaringan di dalam tulang-tulang yang berukuran besar, seperti tulang dada, tulang pinggul dan tulang rusuk. Jaringan ini mengandung sel-sel penghasil sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit yang berperan penting bagi tubuh.
Sumsum tulang juga mengandung sel induk pembentuk darah yang disebut sel punca (stem cell). Sel ini merupakan sel murni yang belum mengalami pembelahan.
Sel punca memiliki kemampuan untuk membelah diri menjadi sel baru yang lebih spesifik, termasuk sel darah yang sehat. Hanya sel punca yang memiliki kemampuan alami untuk menghasilkan tipe sel baru.
Karena itu, transplantasi sumsum tulang menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi berbagai penyakit yang mempengaruhi fungsi darah. Contohnya, leukemia, limfoma, anemia aplastik, gangguan defisiensi imun, atau efek samping kemoterapi.
Di indonesia sendiri, prosedur transplantasi sumsum tulang sudah tersedia di beberapa rumah sakit swasta, dan dapat menjadi pilihan pengobatan.
Sumber sel punca yang akan dicangkok atau ditransplantasikan bisa berasal dari tubuh pasien sendiri atau pendonor. Berdasarkan sumber tersebut, transplantasi sumsum tulang belakang dibagi menjadi beberapa jenis berikut:
Jenis transplantasi ini dilakukan dengan memanfaatkan sel tubuh dari pasien sendiri. Stem cell yang sehat akan dikumpulkan dari sumsum tulang belakang pasien.
Transplantasi sumsum tulang jenis allogeneic dilakukan dengan sel punca dari pendonor. Namun sel punca yang akan dicangkok harus cocok secara genetik dengan pasien.
Sebelum prosedur, dokter akan melakukan tes darah bernama human leukocyte antigen (HLA) typing atau tes kecocokan HLA. Tes ini bertujuan mengetahui tingkat kecocokan sel dari pendonor dengan pasien.
Pendonor biasanya merupakan kakak, adik, atau orang tua kandung pasien. Jika pasien adalah salah satu dari kembar identik, saudara kembarnya dapat menjadi pendonor stem cell yang sempurna. Pasalnya, kembar identik umumnya mempunyai tipe genetik yang serupa.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pendonor sumsum tulang juga berasal dari orang yang tidak ada hubungan darah dengan pasien, selama hasil tes HLA typing-nya cocok.
Transplantasi sumsum tulang dapat dianjurkan untuk:
Berdasarkan National Marrow Donor Program, bone marrow transplant atau cangkok sel punca dapat mengobati lebih dari 70 penyakit. Beberapa di antaranya meliputi:
Sebelum transplantasi sumsum tulang, pasien akan menjalani beberapa langkah persiapan yang meliputi:
1. Pemeriksaan fisik dan tes penunjang
Pasien akan diminta untuk menjalani serangkaian pemeriksaan guna mengevaluasi kondisi kesehatannya secara keseluruhan, dan memastikan fisik pasien telah siap untuk transplantasi.
Sejumlah tes medis yang biasanya direkomendasikan sebelum prosedur transplantasi sumsum tulang meliputi:
2. Pengambilan sel punca
Tim medis akan memasang kateter vena sentral di pembuluh darah vena besar, seperti di daerah leher atau dada, sebagai akses transplantasi sel punca, obat-obatan, dan transfusi darah.
Bila sel punca berasal dari tubuh pasien sendiri, pasien akan menjalani prosedur apheresis untuk mengisolasi sel punca. Pasien akan mendapatkan suntikan growth factor tiap hari guna meningkatkan produksi sel punca, sehingga sel ini dapat diisolasi dari darah.
Pada prosedur apheresis, darah diambil dari vena dan dialirkan ke mesin. Mesin ini bisa memisahkan sel punca dan produk sel darah lainnya. Setelah berhasil diambil, sel punca akan dibekukan dan sel darah lain dikembalikan ke dalam tubuh pasien.
Bila berasal dari pendonor, tes kecocokan HLA akan dilakukan terlebih dulu. Jika hasilnya menunjukkan kecocokan antara pendonor dan penerima transplantasi, sel punca dari pendonor dapat diambil dari darah atau sumsum tulang, maupun tali pusat bayi yang baru lahir.
Setelah berhasil diisolasi, sel punca akan dibekukan sampai jadwal prosedur transplantasi sumsum tulang tiba.
3. Proses penyesuaian
Setelah pasien menyelesaikan tahap di atas, pasien akan menjalani tahap penyesuaian. Pada tahap ini, pasien akan menjalani kemoterapi dan kemungkinan radioterapi dengan tujuan:
Jenis proses penyesuaian yang pasien terima akan bergantung pada sejumlah faktor. Mulai dari jenis penyakit, kondisi kesehatan pasien, hingga jenis transplantasi yang direncanakan.
Setelah proses penyesuaian, transplantasi sumsum tulang akan dimulai. Tim medis akan memasang infus pada pasien sebagai jalur masuknya obat-obatan. Tahap ini bertujuan mengurangi risiko efek samping dari bahan pengawet yang digunakan pada proses pembekuan sel punca.
Sel punca yang sebelumnya dibekukan kemudian dicairkan dengan cara dihangatkan. Setelah sel punca cair, dokter akan memasukkannya kateter vena sentral yang telah dipasang pada pasien.
Prosedur ini tidak menyakitkan dan pasien akan tetap tersadar selama prosedur. Setelah dimasukkan, sel punca akan menuju sumsum tulang dan beregenerasi untuk membuat sel-sel darah baru yang sehat. Proses ini disebut dengan istilah engravement.
Setelah transplantasi sumsum tulang, pasien memerlukan perawatan intensif untuk membantu proses pemulihan. Pasien biasanya harus menjalani rawat inap atau rawat jalan selama satu bulan atau lebih sampai transplantasi mulai memberikan efek.
Untuk mendapatkan jumlah sel darah yang normal, umumnya dibutuhkan waktu sekitar 15 hari hingga beberapa bulan setelah pascatransplantasi. Pada tahap ini, dokter akan melakukan tes darah lengkap dan pemeriksaan lain guna mengevaluasi kondisi pasien.
Jika terdapat peningkatan pada jumlah sel darah, sel punca baru yang telah ditransplantasikan dapat diindikasikan sukses dalam menghasilkan sel darah baru.
Tim medis juga akan memantau pasien untuk mewaspadai potensi infeksi dan komplikasi pascaprosedur transplantasi sumsum tulang. Pasien pun akan diberikan obat-obatan untuk mencegah dan mengatasi komplikasi, seperti mual serta diare.
Transfusi sel darah merah dan trombosit secara berkala mungkin akan dibutuhkan hingga sumsum tulang dapat memproduksi sel-sel darah secara mandiri.
Bila menjalani prosedur transplantasi allogeneic , pasien akan diberi obat-obatan untuk mencegah graft versus host disease dan obat-obatan untuk menekan aktivitas sistem imun. Pasien juga akan diminta untuk menerapkan diet sehat, mencegah naiknya berat badan, serta mengonsumsi makanan yang dapat mengurangi risiko dari kemoterapi maupun radioterapi.
Beberapa risiko komplikasi yang dapat terjadi pada dan setelah pasien menjalani prosedur transplantasi sumsum tulang meliputi:
Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/bone-marrow-transplant
tion#
Diakses pada 12 Mei 2022
NIH. https://stemcells.nih.gov/info/basics/stc-basics/#stc-I
Diakses pada 12 Mei 2022
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/200904#where_do_stem_cells_come_from
Diakses pada 12 Mei 2022
Healthline. https://www.healthline.com/health/bone-marrow-transplant
Diakses pada 12 Mei 2022
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/bone-marrow-transplant/about/pac-20384854
Diakses pada 12 Mei 2022
American Society of Clinical Oncology. https://www.cancer.net/navigating-cancer-care/how-cancer-treated/bone-marrowstem-cell-transplantation/what-bone-marrow-transplant-stem-cell-transplant
Diakses pada 12 Mei 2022
NHS. https://www.nhs.uk/conditions/stem-cell-transplant/
Diakses pada 12 Mei 2022
WebMD. https://www.webmd.com/cancer/multiple-myeloma/bone-marrow-transplants
Diakses pada 12 Mei 2022
National Marrow Donor Program. https://bethematch.org/patients-and-families/about-transplant/blood-cancers-and-diseases-treated-by-transplant/
Diakses pada 12 Mei 2022
Medline Plus. https://medlineplus.gov/ency/article/003009.htm
Diakses pada 12 Mei 2022
UCLA Health. https://www.uclahealth.org/transplants/bmt/adult-recovery-from-transplant
Diakses pada 12 Mei 2022