Transplantasi Rahim

14 Mar 2023|dr. Levina Felicia
Ditinjau olehdr. Karlina Lestari
Dokter akan menjelaskan transplantasi rahim pada pasien terlebih duluSebelum transplantasi rahim, dokter akan menjelaskan prosedurnya pada pasien

Apa itu transplantasi rahim?

Transplantasi rahim adalah operasi penggantian rahim yang bermasalah dengan rahim yang sehat dari pendonor. Namun prosedur ini  masih dalam tahap pengembangan dan penelitian.

Prosedur cangkok rahim dikhususkan bagi pasien yang mengalami absolute uterine factor infertility (AUFI), dan bertujuan agar pasien dapat memiliki keturunan.

AUFI merupakan kelainan rahim yang langka. Kondisi ini menyebabkan seorang wanita tidak bisa memiliki anak (mandul/infertilitas).

Keberhasilan transplantasi rahim pertama terjadi pada tahun 2014 di Swedia. Sejak itu, program cangkok rahim giat dilakukan di berbagai negara.

menjadi harapan bagi para wanita dengan kelainan rahim, yang dapat menghambat kehamilan. Namun prosedur ini memiliki risiko yang cukup beragam.

Kenapa transplantasi rahim diperlukan?

Transplantasi rahim menjadi pilihan penanganan bagi penderita absolute uterine factor infertility (AUFI). AUFI adalah kondisi medis pada rahim yang menyebabkan pengidap tidak bisa mempunyai.

Penderita AUFI dapat mengalami beberapa kelainan di bawah ini:

  • Tidak memiliki rahim sejak lahir
  • Rahim yang telah diangkat melalui operasi
  • Memiliki rahim yang tidak berfungsi dengan baik

Kondisi AUFI menyebabkan gangguan kesuburan pada 5 persen wanita usia reproduktif di seluruh dunia. Penyebab AUFI akibat faktor keturunan yang paling sering adalah karena sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH).

Pengidap sindrom MRKH bisa tidak memiliki rahim dan vagina, atau organ-organ ini tidak berkembang dengan baik. Akibatnya, mereka tidak bisa memiliki keturunan.

Di samping MRKH, AUFI juga bisa terjadi karena kondisi medis tertentu yang memicu gangguan proses implantasi, yakni proses menempelnya embrio ke dinding rahim. Contohnya, sindrom Asherman, mioma uteri, adenomiosis, dan kerusakan rahim karena radiasi.

Apa saja persiapan untuk menjalani transplantasi rahim?

Transplantasi rahim yang dilakukan saat ini merupakan bagian dari uji klinis penelitian. Karena itu, pasien akan diberi petunjuk dan informasi terkait prosedur.

Dokter juga akan meminta pasien untuk menandatangani formulir persetujuan dilakukannya prosedur ini.

Bagaimana transplantasi rahim dilakukan?

Hingga saat ini, satu-satunya cara untuk mendapatkan transplantasi rahim adalah berpartisipasi dalam uji klinis penelitian. Secara umumnya, prosedur cangkok rahim terdiri atas 5 tahapan, yaitu:

  • Tahap 1: In vitro fertilization

Pasien akan diberikan obat untuk meningkatkan kesuburan, sehingga sel telur dapat dihasilkan oleh ovarium dan dibuahi di luar tubuh alias proses bayi tabung. Sel embrio yang terbentuk akan dibekukan.

  • Tahap 2: Transplantasi rahim

Rahim dan serviks dari pendonor akan diangkat, lalu ditanamkan ke dalam tubuh pasien.

  • Tahap 3: Pemulihan

Pasien mengonsumsi obat-obatan imunosupresan supaya rahim yang sudah dicangkok tidak diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya.

  • Tahap 4: Implantasi

Embrio akan dimasukkan ke dalam rahim setidaknya satu bulan setelah transplantasi rahim.

  • Tahap 5: Kehamilan

Jika proses implantasi berhasil, pasien akan hamil. Dokter akan terus memantau kehamilan agar bayi lahir cukup bulan.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah transplantasi rahim?

Pasien yang menerima organ transplantasi perlu mengonsumsi obat imunosupresan, termasuk transplantasi rahim.

Obat imunosupresan akan mencegah sistem kekebalan tubuh pasien menganggap organ cangkok sebagai benda asing dan menyerang organ tersebut.

Namun obat imunosupresan juga memiliki risiko bagi kehamilan, seperti berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan cacat janin. Karena itu, dokter akan memantau kondisi pasien dan janin dengan ketat.

Prosedur cangkok rahim biasanya tidak dimaksudkan sebagai terapi permanen. Meski transplantasi sudah berhasil, konsumsi obat imunosupresan terus-menerus tidak disarankan.

Oleh sebab itu, pasien perlu menjalani operasi pengangkatan rahim atau histerektomi setelah 1-2 kali hamil dan melahirkan dengan rahim cangkok.

Apa saja komplikasi transplantasi rahim?

Semua prosedur transplantasi rahim memiliki risiko komplikasi sebagai berikut:

  • Perdarahan parah yang membutuhkan transfusi darah
  • Infeksi
  • Organ transplantasi ditolak oleh tubuh penerima
  • Efek samping dari obat-obatan imunosupresan
masalah infertilitasmioma uteri

UT Southwestern Medical Center. https://utswmed.org/medblog/uterine-transplant-motherhood/
Diakses pada 25 September 2020

WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/organ-transplant-overview#1
Diakses pada 25 September 2020

Baylor Scott & White Health. https://www.bswhealth.com/uterus-transplant/Pages/default.aspx
Diakses pada 25 September 2020

Medscape. https://www.medscape.com/viewarticle/921844
Diakses pada 25 September 2020

Penn Medicine News. https://www.pennmedicine.org/for-patients-and-visitors/patient-information/conditions-treated-a-to-z/mayer-rokitansky-kuster-hauser-mrkh-syndrome
Diakses pada 25 September 2020

Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/for-the-first-time-in-north-america-woman-gives-birth-after-uterus-transplant-from-deceased-donor/
Diakses pada 25 September 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email