Transplantasi penis adalah prosedur yang jarang dilakukan karena sangat kompleks. Tindakan medis ini masih dianggap sebagai operasi percobaan dengan angka keberhasilan yang cukup kecil. Meskipun masih dianggap eksperimental, penelitian transplantasi penis terus mengalami kemajuan.
Transplantasi penis merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengganti organ genital pria yang hilang. Lembaga medis Johns Hopkins di Amerika Serikat telah mengembangkan protokol penelitian untuk melakukan transplantasi penis pada pasien yang kehilangan genital akibat kecelakaan perang. Prosedur tersebut melibatkan proses donor penis dan transplantasi penis pada penerima donor.
Prosedur ini diperlukan untuk mengganti penis yang hilang atau rusak. Sepanjang kasus transplantasi penis yang pernah dilakukan, kasus hilangnya penis pada pasien tersebut disebabkan oleh cedera tempur, kanker penis, serta kegagalan saat sunat.
Setelah prosedur transplantasi penis berhasil dilakukan, pasien bisa berdiri dan berjalan dengan normal, memiliki fungsi ereksi yang wajar dan memiliki tampilan penis yang lebih baik.
Sebelum menjalani prosedur transplantasi penis, tim medis harus memastikan beberapa kondisi medis ini:
Sebelum prosedur dimulai, beberapa pemeriksaan psikologis akan dilakukan untuk memastikan pasien secara mental mampu prosedur dan konsekuensi transplantasi penis (seperti risiko, dampak psikologis, dan banyak lagi).
Selain itu, kuesioner tentang kepercayaan diri, kualitas hidup, psiko-seksual dan sebagainya akan diberikan oleh petugas kesehatan yang membantu dengan penilaian psikologis secara keseluruhan. Berbagai tes tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa pasien memiliki dasar dukungan yang kuat setelah laboratorium sebelum operasi.
Setelah lolos uji psikologis, pasien akan menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan di laboratorium dengan mengikuti tes:
Berdasarkan laporan medis yang telah dipublikasikan oleh Johns Hopkins Medical Center, prosedur transplantasi penis melibatkan tim bedah plastik yang terdiri dari 9 ahli bedah plastik dan 2 ahli bedah urologis.
Prosedur transplantasi penis jauh lebih kompleks daripada banyak jenis transplantasi lainnya. Ahli bedah berpengalaman melakukan prosedur ini di bawah mikroskop, untuk memindahkan kulit, otot, dan tendon, sambil menghubungkan jaringan besar pembuluh darah dan saraf yang sangat kecil.
Pada prosedur ini, testis tidak dimasukkan sebagai bagian dari penis dan transplantasi skrotum. Hal ini dilakukan karena menurut para ahli, jaringan penghasil sperma dalam testis donor kemungkinan akan menyebabkan sistem reproduksi penerima memengaruhi bahan genetik dari donor.
Sehingga jika terjadi kehamilan di kemudian hari, pendonor dikhawatirkan menjadi bapak biologis dari anak yang dilahirkan. Untuk menghindari persoalan etis semacam ini, testis tidak ikut dicangkok.
Para penliti telah mencatatkan penemuan terbaru prosedur transplantasi penis, melalui pengambilan sampel sumsum tulang dari donor dan memasukkannya (bersama dengan dosis rendah imunosupresi) ke dalam tubuh penerima donor. Langkah ini bertujuan untuk memodulasi respons imun. Prosedur ini diharapkan mampu menurunkan risiko penolakan organ yang baru ditransplantasikan.
Jika transplantasi penis berlangsung sukses, penerima donor akan mengalami kondisi-kondisi berikut ini:
Risiko serius yang paling umum terjadi pada transplantasi penis (atau jenis transplantasi lainnya) adalah sistem kekebalan tubuh yang malah smenyerang jaringan donor. Kondisi tersebut dapat terjadi akibat adanya respons dari sistem kekebalan yang mengidentifikasi jaringan yang baru ditransplantasikan sebagai benda asing (seperti virus).
Untuk memerangi risiko penolakan dari sistem imun (bahkan bagi mereka yang menerima infus sumsum tulang donor) pasien harus mendapatkan obat imunosupresan. Obat-obatan ini akan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat menghindari terjadinya infeksi.
Verywell Health.
https://www.verywellhealth.com/penis-transplant-4778944#donor-recipient-selection-process
Diakses pada 26 Mei 2020
NCBI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5432730/
Diakses pada 26 Mei 2020.
NCBI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6127561/
Diakses pada 26 Mei 2020.
Hopkins Medicine.
https://www.hopkinsmedicine.org/transplant/programs/reconstructive_transplant/penile_transplant.html#1
Diakses pada 26 Mei 2020.
Urology Times. https://www.urologytimes.com/modern-medicine-feature-articles/penile-transplant-procedure-raises-technical-ethical-issues
Diakses pada 26 Mei 2020.