Transplantasi ginjal atau pencangkokan ginjal adalah operasi untuk mengganti salah satu atau kedua ginjal yang sudah rusak dengan ginjal sehat dari pendonor, baik pendonor yang masih hidup atau sudah meninggal. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pada pasien yang mengalami gagal ginjal. Operasi transplantasi ginjal merupakan alternatif dari penanganan gagal ginjal lainnya, yaitu cuci darah.
Setelah menjalani prosedur transplantasi ginjal, pasien biasanya akan diberi obat-obatan imunosupresan untuk menekan sistem imun. Tujuannya adalah mencegah sistem kekebalan tubuh pasien menyerang ginjal donor yang dianggapnya sebagai benda asing.
Transplantasi ginjal berperan menggantikan fungsi ginjal yang mengalami kegagalan. Ginjal dikatakan mengalami kegagalan apabila sudah kehilangan 90 persen dari kinerja normalnya. Tanda-tanda gagal ginjal kronis meliputi:
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gagal ginjal adalah sebagai berikut:
Dibandingkan prosedur cuci darah yang harus dilakukan seumur hidup, transplantasi ginjal kerap menjadi pilihan utama pada penanganan gagal ginjal. Beberapa keunggulan prosedur ini adalah:
Terdapat dua jenis transplantasi ginjal berdasarkan kondisi pendonor. Berikut penjelasannya:
Karena tubuh masih bisa berfungsi dengan baik meski hanya dengan satu ginjal, anggota keluarga pasien yang memiliki dua ginjal sehat dapat mendonorkan salah satu ginjalnya pada pasien.
Golongan darah dan jaringan pendonor kemudian akan diperiksa. Apabila hasilnya cocok dengan pasien, transplantasi ginjal dapat dilakukan.
Pendonor yang berasal dari keluarga pasien sangat disarankan. Pasalnya, risiko reaksi penolakan ginjal akan lebih kecil dan dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk menunggu deceased donor.
Transplantasi ginjal dari deceased donor atau cadaver donor diperoleh dari pendonor yang sudah meninggal. Proses ini tentu harus dilakukan atas izin keluarga atau pendonor yang bersangkutan ketika ia masih hidup.
Risiko penolakan lebih mungkin terjadi pada deceased donor. Akan tetapi, pendonor jenis ini menjadi alternatif yang baik bila pasien tidak memiliki anggota keluarga atau kerabat yang bisa mendonorkan ginjalnya.
Terdapat beberapa kondisi medis yang membuat transplantasi ginjal lebih berisiko dibandingkan cuci darah. Kondisi medis tersebut meliputi:
Sebelum transplantasi ginjal dilakukan, dokter akan mengevaluasi kondisi pasien untuk memastikan pasien memenuhi kriteria dilakukannya prosedur ini. Beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan meliputi:
Setelah donor ginjal tersedia, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan kecocokan ginjal pendonor dengan penerima. Tes yang dilakukan antara lain:
Dokter akan mengecek kecocokan golongan darah pendonor dan penerima.
Apabila golongan darah cocok, dokter lalu melakukan pemeriksaan lanjutan, yakni human leukocyte antigen typing (HLA typing).
Pada pemeriksaan ini, dokter akan membandingkan gen pendonor dengan penerima. Apabila cocok, risiko terjadinya reaksi penolakan terhadap organ donor akan menurun.
Dalam tes terakhir ini, kedua darah pendonor dan penerima akan dicampur di laboratorium. Kemudian, dokter akan melihat reaksi antara darah donor dan penerima dengan mengamati reaksi antibodi terhadap antigen dalam darah. Jika hasilnya cocok, potensi penolakan terhadap organ donor juga akan berkurang.
Prosedur transplantasi ginjal dilakukan di rumah sakit. Prosedurnya dapat bervariasi, tergantung pada kondisi pasien dan dokter bedah urologi yang melakukannya.
Secara umum, prosedur transplantasi ginjal meliputi:
Setelah transplantasi ginjal dilakukan, beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian:
Pasien perlu menjalani rawat inap setidaknya beberapa hari hingga seminggu di rumah sakit. Dokter dan perawat akan memantau kondisi pasien untuk memastikan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
Kebanyakan pasien dapat kembali bekerja dan beraktivitas dalam delapan minggu sesudah menjalani operasi. Pasien juga akan diminta untuk menghindari aktivitas fisik berat hingga luka benar-benar sembuh, biasanya sekitar enam minggu pascaoperasi.
Ginjal biasanya dapat berfungsi dengan baik segera setelah operasi. Namun sebagian pasien memerlukan waktu beberapa hari, sehingga butuh menjalani prosedur cuci darah sampai ginjal berfungsi dengan baik. Pasien juga dapat mengalami nyeri di area sayatan selama masa pemulihan operasi.
Setelah pasien diperbolehkan pulang, kontrol rutin selama beberapa minggu diperlukan. Langkah ini bertujuan memeriksa apakah ginjal sudah berfungsi dengan baik dan memastikan tidak ada reaksi penolakan organ.
Pemeriksaan darah mungkin akan dilakukan beberapa kali seminggu dan obat-obatan akan diatur setelah transplantasi dilakukan.
Untuk menekan risiko reaksi penolakan organ donor, dokter akan meresepkan obat-obatan imunosupresan. Obat ini menekan respons sistem kekebalan tubuh pasien, sehingga tidak menyerang dan menolak organ donor yang dianggap sebagai benda asing.
Beberapa obat lain juga dapat diresepkan untuk membantu dalam mengurangi risiko terjadinya komplikasi lain, seperti infeksi pascatransplantasi.
Setelah operasi transplantasi ginjal yang sukses, ginjal dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan pasien tidak lagi memerlukan prosedur cuci darah (dialisis).
Operasi transplantasi ginjal dapat menimbulkan risiko komplikasi berupa:
Selain komplikasi yang ditimbulkan dari operasi, obat-obatan imunopresan yang diberikan setelah operasi juga dapat memicu berbagai efek samping. Beberapa di antara meliputi:
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/kidney-transplant/about/pac-20384777
Diakses pada 12 Februari 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/kidney-transplant
Diakses pada 12 Februari 2020
Urology Care Foundation. https://www.urologyhealth.org/urologic-conditions/kidney-transplant
Diakses pada 12 Februari 2020
Johns Hopskins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/kidney-transplant
Diakses pada 12 Februari 2020