Transfusi darah adalah prosedur pemberian darah kepada pasien yang kekurangan sel darah karena penyakit, kecelakaan, atau tindakan medis tertentu, seperti operasi. Tindakan ini umumnya aman dilakukan selama diawasi langsung oleh petugas medis.
Darah yang diberikan dapat berbentuk darah utuh, yaitu sel darah secara keseluruhan, atau hanya salah satu komponen darah, seperti trombosit atau plasma darah. Proses transfusi biasanya akan berlangsung selama 1-4 jam, tergantung kebutuhan.
Untuk menjaga keamanan produk darah ketika ditransfusikan, bank darah selalu melakukan skrining ketat pada darah yang sudah didonorkan, guna melihat penyakit yang mungkin ditularkan. Di Indonesia, proses donor darah dan skrining keamanan darah akan dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI).
Darah yang diberikan saat proses transfusi, bisa terdiri dari beberapa komponen, tergantung kebutuhan. Berikut ini komponen darah yang dapat diberikan lewat prosedur ini.
Transfusi sel darah merah (eritrosit) biasanya dilakukan untuk penyakit, seperti thalasemia atau anemia defesiensi besi. Kedua penyakit itu dapat membuat penderitanya kekurangan hemoglobin (Hb).
Hemoglobin sendiri merupakan protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Dengan transfusi sel darah merah, jumlah oksigen dalam tubuh pasien dapat meningkat.
Menurut Standar Pelayanan Transfusi Darah RI, transfusi sel darah merah hampir selalu diberikan pada seseorang yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL.
Platelet atau trombosit, atau disebut juga keping darah, adalah komponen darah yang berguna untuk pembekuan darah. Transfusi trombosit biasanya diberikan pada orang yang tidak bisa memproduksi cukup keping darah dalam tubuhnya.
Transfusi trombosit biasanya diberikan kepada pasien yang memiliki kelainan trombosit, pengidap trombositopenia, atau pasien yang menjalani kemoterapi karena kanker.
Ada 2 komponen darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah, yaitu trombosit dan plasma darah.
Transfusi plasma darah ditujukan untuk membantu menggantikan protein dalam darah yang berperan pada proses pembekuan darah. Prosedur ini biasanya dilakukan pada kondisi-kondisi yang membuat pasien kehilangan banyak darah, seperti cedera atau kecelakaan, maupun pada pasien yang memiliki penyakit hati.
Di dalam plasma darah, terkandung zat yang disebut faktor pembekuan. Fungsinya adalah untuk pembekuan darah.
Cryoprecipitate adalah salah satu faktor pembekuan yang diproduksi secara alami di plasma darah. Kecelakaan atau penyakit tertentu, seperti Von Willebrand atau hemofilia tipe A menyebabkan seseorang memiliki kelainan faktor pembekuan darah.
Itu sebabnya, transfusi ini mungkin dibutuhkan.
Whole blood mengandung semua elemen darah yang diperlukan untuk menyalurkan oksigen dan hemostasis (proses penghentian perdarahan). Seluruh komponen darah termasuk sel darah merah, putih, dan trombosit terkandung pada whole blood.
Tindakan ini umumnya diberikan pada pasien yang membutuhkan darah jumlah besar, seperti kecelakaan dengan perdarahan hebat, operasi jantung anak, atau hemodialisis (cuci darah) pada bayi yang baru lahir.
Jenis transfusi darah utuh juga digunakan sebagai penanganan darurat pada kondisi anemia, koagulopati, asidosis, dan hipotermia yang membutuhkan penanganan segera.
Frekuensi transfusi darah akan tergantung pada kondisi kesehatan pasien dan penyebab kekurangan darah.
Pada pasien thalasemia mayor, misalnya, mungkin membutuhkan transfusi setiap bulan. Sementara itu, pada pasien yang menjalani operasi hanya butuh transfusi saat operasi dilakukan.
Dokter akan menentukan volume darah serta seberapa sering transfusi yang dibutuhkan agar mencapai jumlah hemoglobin tertentu.
Persiapan sebelum menjalani transfusi darah umumnya meliputi:
Prosedur transfusi darah hampir sama seperti ketika seseorang menjalani infus biasa. Hanya saja, yang masuk ke tubuh Anda bukan cairan, melainkan darah atau berbagai komponennya masing-masing.
Petugas medis akan memasang jalur infus pada pembuluh darah vena Anda untuk mengalirkan darah dari dalam kantong darah yang telah disiapkan. Kecepatan tetes darah kemudian akan diatur oleh petugas.
Secara umum, transfusi darah berlangsung selama 1-4 jam untuk satu kantong darah. Durasi ini tergantung pada kecepatan darah memasuki tubuh Anda.
Petugas medis akan memantau kondisi pasien, terutama pada 15 menit awal. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada reaksi alergi yang muncul. Bila ada-gejala alergi yang dirasakan pasien, tindakan akan segera dihentikan.
Sesudah transfusi darah selesai, petugas medis akan melepaskan jalur infus dari pembuluh darah dan Anda biasanya bisa langsung pulang.
Selama prosedur transfusi darah, baik sebelum, selama, hingga sesudah, petugas medis akan terus memantau tanda-tanda vital pasien, seperti suhu tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Langkah ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya efek samping.
Segera beri tahukan pada petugas medis bila Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini selama menjalani transfusi darah:
Gejala-gejala tersebut juga sebaiknya diwaspadai setelah transfusi darah selesai dan dilaporkan pada petugas medis.
Setelah prosedur selesai, Anda mungkin akan merasa sedikit nyeri di area bekas jarum. Selain itu, memar juga sering muncul sebagai efek samping ringan dari prosedur transfusi darah. Namun, hal tersebut akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Proses transfusi darah umumnya tergolong aman. Meski begitu, prosedur ini tetap memiliki risiko komplikasi, sekalipun kecil, yang meliputi:
Segera hubungi dokter apabila Anda mengalami nyeri dada, nyeri punggung, atau sesak napas
National Heart, Lung, and Blood Institute. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/blood-transfusion
Diakses pada 3 November 2021
American Red Cross. https://www.redcrossblood.org/donate-blood/blood-donation-process/what-happens-to-donated-blood/blood-transfusions/types-of-blood-transfusions.html
Diakses pada 3 November 2021
Mayo Clinic.https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-transfusion/about/pac-20385168
Diakses pada 19 Mei 2020
Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT) [Internet]. 3rd edition. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK269390/
Diakses pada 3 November 2021
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/blood-transfusion-what-to-know#1
Diakses pada 3 November 2021
MedlinePlus. https://medlineplus.gov/bloodtransfusionanddonation.html
Diakses pada 3 November 2021
National Library of Medicine. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30189061/
Diakses pada 19 Mei 2020
Medicalnewstoday. https://www.medicalnewstoday.com/articles/327513#why-are-blood-transfusions-necessary
Diakses pada 3 November 2021
Hematology and Medical Oncology ,Department of Internal Medicine Faculty of Medicine,Public Health, and Nursing Universitas Gadjah Mada. https://www.papdi.or.id/pdfs/401/BloodTransfussionGuidelines.pdf
Diakses pada 3 November 2021
NHS.UK. https://www.nhs.uk/conditions/blood-transfusion/
Diakses pada 19 Mei 2020
Deutsches Ärzteblatt International. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4555065/
Diakses pada 3 November 2021
National Institute For Health And Care Excellence. https://www.nice.org.uk/guidance/ng24/chapter/Recommendations#fresh-frozen-plasma-2
Diakses pada 3 November 2021
Kementerian Kesehatan RI. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Transfusi_Pelayanan_Darah_.pdf
Diakses pada 3 November 2021
American Academy of Family Physicians. https://www.aafp.org/afp/2011/0315/p719.html
Diakses pada 3 November 2021
Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14755-blood-transfusion’
Diakses pada 3 November 2021
The Aplastic Anemia and MDS International Foundation. https://www.aamds.org/types-blood-transfusions
Diakses pada 3 November 2021