Transfusi Darah

Transfusi darah bisa diberikan saat operasi bila dibutuhkanTransfusi darah adalah pemberian darah dari pendonor ke penerima

Apa itu transfusi darah?

Transfusi darah adalah prosedur pemberian darah kepada pasien yang kekurangan sel darah karena penyakit, kecelakaan, atau tindakan medis tertentu, seperti operasi. Tindakan ini umumnya aman dilakukan selama diawasi langsung oleh petugas medis.

Darah yang diberikan dapat berbentuk darah utuh, yaitu sel darah secara keseluruhan, atau hanya salah satu komponen darah, seperti trombosit atau plasma darah. Proses transfusi biasanya akan berlangsung selama 1-4 jam, tergantung kebutuhan.

Untuk menjaga keamanan produk darah ketika ditransfusikan, bank darah selalu melakukan skrining ketat pada darah yang sudah didonorkan, guna melihat penyakit yang mungkin ditularkan. Di Indonesia, proses donor darah dan skrining keamanan darah akan dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI).

Jenis-jenis transfusi darah

Darah yang diberikan saat proses transfusi, bisa terdiri dari beberapa komponen, tergantung kebutuhan. Berikut ini komponen darah yang dapat diberikan lewat prosedur ini.

1. Sel darah merah

Transfusi sel darah merah (eritrosit) biasanya dilakukan untuk penyakit, seperti thalasemia atau anemia defesiensi besi. Kedua penyakit itu dapat membuat penderitanya kekurangan hemoglobin (Hb).

Hemoglobin sendiri merupakan protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Dengan transfusi sel darah merah, jumlah oksigen dalam tubuh pasien dapat meningkat. 

Menurut Standar Pelayanan Transfusi Darah RI, transfusi sel darah merah hampir selalu diberikan pada seseorang yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL.

2. Platelet alias trombosit

Platelet atau trombosit, atau disebut juga keping darah, adalah komponen darah yang berguna untuk pembekuan darah. Transfusi trombosit biasanya diberikan pada orang yang tidak bisa memproduksi cukup keping darah dalam tubuhnya.

Transfusi trombosit biasanya diberikan kepada pasien yang memiliki kelainan trombosit, pengidap trombositopenia, atau pasien yang menjalani kemoterapi karena kanker. 

3. Plasma darah

Ada 2 komponen darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah, yaitu trombosit dan plasma darah. 

Transfusi plasma darah ditujukan untuk membantu menggantikan protein dalam darah yang berperan pada proses pembekuan darah. Prosedur ini biasanya dilakukan pada kondisi-kondisi yang membuat pasien kehilangan banyak darah, seperti cedera atau kecelakaan, maupun pada pasien yang memiliki penyakit hati.

4. Cryoprecipitate 

Di dalam plasma darah, terkandung zat yang disebut faktor pembekuan. Fungsinya adalah untuk pembekuan darah. 

Cryoprecipitate adalah salah satu faktor pembekuan yang diproduksi secara alami di plasma darah. Kecelakaan atau penyakit tertentu, seperti Von Willebrand atau hemofilia tipe A menyebabkan seseorang memiliki kelainan faktor pembekuan darah.

Itu sebabnya, transfusi ini mungkin dibutuhkan.

5. Darah utuh (whole blood)

Whole blood mengandung semua elemen darah yang diperlukan untuk menyalurkan oksigen dan hemostasis (proses penghentian perdarahan). Seluruh komponen darah termasuk sel darah merah, putih, dan trombosit terkandung pada whole blood.  

Tindakan ini umumnya diberikan pada pasien yang membutuhkan darah jumlah besar, seperti kecelakaan dengan perdarahan hebat, operasi jantung anak, atau hemodialisis (cuci darah) pada bayi yang baru lahir.

Jenis transfusi darah utuh juga digunakan sebagai penanganan darurat pada kondisi anemia, koagulopati, asidosis, dan hipotermia yang membutuhkan penanganan segera. 

Seberapa sering seseorang harus menjalani transfusi darah?

Frekuensi transfusi darah akan tergantung pada kondisi kesehatan pasien dan penyebab kekurangan darah. 

Pada pasien thalasemia mayor, misalnya, mungkin membutuhkan transfusi setiap bulan. Sementara itu, pada pasien yang menjalani operasi hanya butuh transfusi saat operasi dilakukan.

Dokter akan menentukan volume darah serta seberapa sering transfusi yang dibutuhkan agar mencapai jumlah hemoglobin tertentu.

Apa saja persiapan sebelum menjalani transfusi darah?

Persiapan sebelum menjalani transfusi darah umumnya meliputi:

  • Mendiskusikan manfaat dan risiko transfusi darah dengan dokter
  • Memberitahukan pada dokter mengenai riwayat alergi yang Anda miliki
  • Menjalani pemeriksaan golongan darah berdasarkan sistem golongan darah ABO (A, B, AB, atau O). 
  • Anda akan diberikan kantong darah sesuai dengan golongan darah Anda
  • Pada kondisi darurat, pasien biasanya akan langsung menerima transfusi darah berdasarkan tipe golongan darah dan rhesus yang dimiliki.
  • Menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan secara umum, seperti pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, dan detak jantung.

Bagaimana transfusi darah dilakukan?

Prosedur transfusi darah hampir sama seperti ketika seseorang menjalani infus biasa. Hanya saja, yang masuk ke tubuh Anda bukan cairan, melainkan darah atau berbagai komponennya masing-masing.

Petugas medis akan memasang jalur infus pada pembuluh darah vena Anda untuk mengalirkan darah dari dalam kantong darah yang telah disiapkan. Kecepatan tetes darah kemudian akan diatur oleh petugas.

Secara umum, transfusi darah berlangsung selama 1-4 jam untuk satu kantong darah. Durasi ini tergantung pada kecepatan darah memasuki tubuh Anda.

Petugas medis akan memantau kondisi pasien, terutama pada 15 menit awal. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada reaksi alergi yang muncul. Bila ada-gejala alergi yang dirasakan pasien, tindakan akan segera dihentikan.

Sesudah transfusi darah selesai, petugas medis akan melepaskan jalur infus dari pembuluh darah dan Anda biasanya bisa langsung pulang.

Apa saja yang perlu diperhatikan selama dan setelah transfusi darah?

Selama prosedur transfusi darah, baik sebelum, selama, hingga sesudah, petugas medis akan terus memantau tanda-tanda vital pasien, seperti suhu tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Langkah ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya efek samping.

Segera beri tahukan pada petugas medis bila Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini selama menjalani transfusi darah:

  • Perasaan tidak nyaman
  • Demam dan menggigil
  • Sesak napas
  • Rasa gatal yang tidak biasanya terjadi
  • Sakit dada
  • Nyeri punggung

Gejala-gejala tersebut juga sebaiknya diwaspadai setelah transfusi darah selesai dan dilaporkan pada petugas medis.

Setelah prosedur selesai, Anda mungkin akan merasa sedikit nyeri di area bekas jarum. Selain itu, memar juga sering muncul sebagai efek samping ringan dari prosedur transfusi darah. Namun, hal tersebut akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. 

Apa saja komplikasi dan efek samping transfusi darah?

Proses transfusi darah umumnya tergolong aman. Meski begitu, prosedur ini tetap memiliki risiko komplikasi, sekalipun kecil, yang meliputi:

  • Reaksi alergi, dari ringan hingga berat.
  • Mengalami infeksi virus atau bakteri bila sampel darah tidak melalui proses skrining yang memadai, tapi kemungkinannya sangat jarang.
  • Memar dan nyeri pada lokasi pemasangan jarum infus, selama beberapa hari setelah transfusi.
  • Gangguan pada jantung, paru-paru, atau sistem imun tubuh.

Segera hubungi dokter apabila Anda mengalami nyeri dada, nyeri punggung, atau sesak napas

anemiadonor darah

National Heart, Lung, and Blood Institute. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/blood-transfusion
Diakses pada 3 November 2021

American Red Cross. https://www.redcrossblood.org/donate-blood/blood-donation-process/what-happens-to-donated-blood/blood-transfusions/types-of-blood-transfusions.html
Diakses pada 3 November 2021

Mayo Clinic.https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-transfusion/about/pac-20385168
Diakses pada 19 Mei 2020

Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT) [Internet]. 3rd edition. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK269390/
Diakses pada 3 November 2021

WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/blood-transfusion-what-to-know#1
Diakses pada 3 November 2021

MedlinePlus. https://medlineplus.gov/bloodtransfusionanddonation.html
Diakses pada 3 November 2021

National Library of Medicine. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30189061/
Diakses pada 19 Mei 2020

Medicalnewstoday. https://www.medicalnewstoday.com/articles/327513#why-are-blood-transfusions-necessary
Diakses pada 3 November 2021

Hematology and Medical Oncology ,Department of Internal Medicine Faculty of Medicine,Public Health, and Nursing Universitas Gadjah Mada. https://www.papdi.or.id/pdfs/401/BloodTransfussionGuidelines.pdf
Diakses pada 3 November 2021

NHS.UK. https://www.nhs.uk/conditions/blood-transfusion/
Diakses pada 19 Mei 2020

Deutsches Ärzteblatt International. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4555065/
Diakses pada 3 November 2021

National Institute For Health And Care Excellence. https://www.nice.org.uk/guidance/ng24/chapter/Recommendations#fresh-frozen-plasma-2
Diakses pada 3 November 2021

Kementerian Kesehatan RI. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Transfusi_Pelayanan_Darah_.pdf
Diakses pada 3 November 2021

American Academy of Family Physicians. https://www.aafp.org/afp/2011/0315/p719.html
Diakses pada 3 November 2021

Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14755-blood-transfusion’
Diakses pada 3 November 2021

The Aplastic Anemia and MDS International Foundation. https://www.aamds.org/types-blood-transfusions
Diakses pada 3 November 2021

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email