Tes zat besi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kadar zat besi dalam darah. Kadarnya yang tinggi dan tidak normal dapat menimbulkan komplikasi medis yang serius. Jenis-jenis tes zat besi yang dapat dilakukan adalah tes besi serum, feritinin serum, dan tes transferin atau total iron-binding capacity test (TIBC).
Hasil dari tes zat besi dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan pengobatan terhadap gejala yang sedang dirasakan oleh pasien.
Zat besi merupakan mineral yang berasal dari makanan dan suplemen yang dikonsumsi oleh pasien. Zat ini berfungsi:
Pada tes zat besi, sampel darah pasien akan diproses terlebih dulu sebelum diperiksa. Sel darah merah dan faktor-faktor pembekuan darah akan dikeluarkan sehingga menyisakan cairan bernama serum. Serum inilah yang akan digunakan untuk memeriksa kadar zat besi.
Secara umum, terdapat tiga jenis tes zat besi. Berikut penjelasannya:
Pada pemeriksaan ini, jumlah zat besi di dalam serum akan diukur. Serum adalah cairan yang akan tersisa di dalam darah saat sel darah merah dan faktor pembekuan darah dihilangkan. Hasil pemeriksaan besi serum dapat menunjukkan apabila ada kadar zat besi yang abnormal dalam darah.
Tes feritin serum adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah feritin di dalam darah. Feritin adalah protein salah satu jenis protein dalam darah yang mengandung zat besi. Jika kadar feritin tidak normal, maka kadar zat besi dalam darah pun tidak normal.
Tes transferin juga dikenal dengan nama total iron-binding capacity test (TIBC). Saat zat besi masuk ke tubuh dari makanan maupun suplemen, transferin, yang merupakan protein yang diproduksi oleh hati akan mengangkut mineral tersebut. Hasil pemeriksaan ini dapat menunjukkan seberapa baik zat besi diangkut di dalam darah.
Tes zat besi bisa dianjurkan bila dokter mencurigai adanya kadar zat besi yang rendah maupun tinggi. Berikut penjelasannya:
Tes zat besi dibutuhkan bagi pasien dengan hasil tes darah yang menunjukkan anemia atau kondisi medis lain yang melibatkan sel darah merah. Keadaan ini dapat mengindikasikan kadar zat besi yang rendah dalam tubuh pasien.
Anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi disebut anemia defisiensi besi, dengan gejala berupa:
Seiring anemia yang makin parah, keluhan lain di bawah ini juga dapat muncul:
Pemeriksaan zat besi dalam darah juga diperlukan bila dokter menduga pasien memiliki kadar zat besi yang terlalu tinggi. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kondisi ini meliputi hemokromatosis, transfusi darah, serta konsumsi makanan atau suplemen zat besi dalam waktu lama.
Gejala yang dapat dialami oleh orang dengan kadar zat besi yang terlalu tinggi meliputi:
Kadar zat besi pasien dapat berubah tergantung pada konsumsi makanan atau suplemen zat besi yang digunakan. Dokter bisa menyarankan pasien untuk menjalani tes zat besi pada pagi hari atau setelah berpuasa.
Dokter juga akan meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan. Obat-obatan tersebut meliputi:
Pada tes zat besi, tenaga medis akan mengambil sampel darah pasien. Berikut prosedurnya:
Prosedur ini biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Hasil tes besi serum dan total iron-binding capacity test (TIBC) akan ditunjukkan dalam satuan mikrogram per desiliter (mcg/dL). Sementara hasil feritin serum akan ditunjukkan dalam satuan nanogram per mililiter (ng/mL).
Hasil tes zat besi yang normal meliputi angka-angka di bawah ini:
Perlu diingat bahwa kadar normal tersebut bisa bervariasi pada tiap laboratorium. Sesuaikan hasil tes zat besi Anda dengan nilai normal pada klinik yang melakukan prosedur pemeriksaan.
Tidak ada hal khusus yag perlu dilakukan setelah pemeriksaan ini. Anda bisa kembali beraktivitas dengan normal.
Dokter akan mendiskusikan hasil tes dengan pasien dan menyarankan penanganan sesuai dengan kadar zat besi yang dimiliki oleh pasien.
Apabila kadar zat besi tergolong rendah, dokter akan menyarankan perubahan pola makan atau meresepkan suplemen zat besi. Jenis makanan kaya zat besi yang bisa dikonsumsi meliputi daging merah (danging sapi, daging kambing), sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, serta hati ayam.
Sebaliknya, pasien dengan kadar zat besi yang terlalu tinggi biasanya dianjurkan untuk berhenti mengonsumsi suplemen zat besi yang selama digunakan, mengurangi asupan vitamin C dan makanan kaya zat besi, membatasi konsumsi alkohol, serta menjauhi konsumsi ikan maupun kerang-kerangan mentah.
Bila dibutuhkan, dokter juga bisa mempertimbangkan phlebotomy atau iron chelation therapy. Kedua tindakan medis ini berfungsi menurunkan kadar zat besi dalam darah pasien.
Pemeriksaan yang melibatkan prosedur pengambilan darah memiliki beberapa risiko seperti:
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322083#overview
Diakses pada 8 April 2020
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/166455
Diakses pada 8 April 2020
Health Direct. https://www.healthdirect.gov.au/iron-studies
Diakses pada 8 April 2020
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/iron-blood-test#1
Diakses pada 8 April 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/serum-iron
Diakses pada 8 April 2020
University of California San Fransisco. https://www.ucsfhealth.org/medical-tests/003488
Diakses pada 8 April 2020
Medicine Net. https://www.medicinenet.com/ferritin_blood_test/article.htm
Diakses pada 8 April 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/total-iron-binding-capacity#overview
Diakses 9 pada Maret 2021
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/ferritin-test/about/pac-20384928
Diakses pada 9 Maret 2021
Healthline. https://www.healthline.com/health/serum-iron#procedure
Diakses pada 9 Maret 2021