Pemeriksaan Treponema Pallidum hemagglutination (TPHA) adalah tes diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi jumlah antibodi terlarut dalam sampel serum pasien terhadap faktor penyebab sifilis. TPHA mendeteksi antibodi Palladium melalui metode hemaglutinasi.
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum (T. pallidum). Bakteri akan masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau selaput lendir.
Tes TPHA dilakukan untuk skrining atau mendiagnosis infeksi bakteri T. pallidum, yang menyebabkan penyakit menular seksual Sifilis. TPHA memiliki sensitivitas 85-100%, dan spesivisitas 98-100% untuk sifilis primer.
Sementara itu, sensitivitas 98-100% dicapai untuk sifilis sekunder dan sifilis akhir. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tes TPHA sangat akurat untuk mendiagnosis penyakit sifilis.
Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan untuk tes TPHA, mengingat pasien hanya menjalani pengambilan sampel darah biasa.
Tes TPHA berlangsung melalui pengambilan sampel darah, yang sudah umum dilakukan pada pasien. Perawat atau teknisi medis akan membersihkan dengan alkohol pada area yang akan disuntikkan. Lalu, perawat akan memasukkan jarum tipis ke dalam pembuluh vena untuk mengambil darah.
Tes TPHA adalah uji hemaglutinasi pasif berdasarkan hemaglutinasi eritrosit yang peka terhadap antigen T. pallidum, dengan antibodi yang ditemukan dalam serum atau plasma pasien. Tes TPHA digunakan sebagai deteksi kualitatif dan semi-kuantitatif dari antibodi anti-treponemal.
Dalam prosesnya, sampel uji akan diencerkan untuk menghilangkan kemungkinan antibodi heterofil yang bereaksi silang untuk menghilangkan, memblokir, atau menyerap antibodi treponemal non-patogenik yang berpotensi bereaksi silang.
Serum dengan kandungan antibodi terhadap T. pallidum akan bereaksi dengan eritrosit yang peka terhadap metode sonikasi pada T. pallidum, strain Nichols (antigen), dan membentuk lapisan sel gumpalan yang halus di nampan mikrotiter.
Jika tidak terdapat antibodi, sel campuran serum akan menempel ke bagian bawah nampan mikrotiter dengan baik, dan membentuk gumpalan.
Hasil tes TPHA ada dua, yaitu reaktif dan non reaktif. Hasil tes treponema reaktif dapat menunjukkan adanya infeksi aktif, riwayat infeksi di masa lalu, atau infeksi yang berhasil diobati. Diagnosis harus dibuat dengan cermat berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, serta hasil laboratorium terkait.
Jika kontrol (kontrol positif dan kontrol negatif) tidak memberikan hasil yang diharapkan, semua tes yang dilakukan dianggap tidak valid dan harus diuji ulang.
Ada 4 parameter interpretasi terhadap sampel serum, yaitu:
Hasil dengan kategori inderteminate akan dikonfirmasi dengan tes MHATP dan FTA-ABS.
Tes TPHA tergolong aman untuk dilakukan. Namun sama seperti pengambilan sampel darah pada umumnya, efek samping ringan seperti memar dan nyeri pada lokasi penyuntikan bisa terjadi.
Hasil positif palsu juga menjadi salah satu risiko dari prosedur ini. Meskipun tes TPHA sangat spesifik, hasil positif palsu telah dilaporkan terjadi pada pasien yang menderita kusta, mononukleosis menular dan gangguan jaringan ikat. Sebagai upaya untuk mengonfirmasi hal tersebut, uji FTA-ABS dapat dilakukan.
BMJ Best Practice.
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/50/investigations#referencePop74
Diakses pada 17 Juni 2020
Portea.
https://www.portea.com/labs/diagnostic-tests/tpha-test-236/#section_4
Diakses pada 17 Juni 2020
Medical Microbiology Guide.
https://microbeonline.com/tpha-principle-procedure-results-and-interpretations/
Diakses pada 17 Juni 2020