Tes stres kontraksi adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil. Tes ini bertujuan mengukur denyut jantung bayi selama kontraksi rahim terjadi.
Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat memastikan bayi mendapatkan asupan oksigen yang cukup dari plasenta selama proses persalinan nanti.
Ketika rahim mengalami kontraksi, aliran darah dan asupan oksigen akan menurun selama beberapa waktu. Kondisi ini termasuk wajar dan biasanya tidak menimbulkan masalah pada janin normal.
Akan tetapi, denyut jantung bisa menurun pada sebagian calon bayi. Adanya penurunan detak jantung ini dapat dipantau pada layar.
Pada pemeriksaan yang juga dikenal dengan nama oxytocin challenge test (OCT) ini, ibu akan diberi hormon bernama oksitosin yang menyebabkan kontraksi rahim. Kemudian, denyut jantung janin selama kontraksi akan dipantau.Tes stres kontraksi biasanya dilakukan pada ibu hamil dengan usia kandungan 34 minggu atau lebih.
Tes stres kontraksi dapat membantu dokter dalam memperkirakan kondisi bayi selama proses persalinan. Pemeriksaan ini memicu kontraksi rahim, lalu memantau denyut jantung janin bayi selama kontraksi berlangsung.
Denyut jantung yang normal menjadi tanda bahwa calon buah hati dapat melalui proses persalinan dengan baik.
Tes stres kontraksi bisa dianjurkan bagi wanita hamil yang:
Dokter akan menganjurkan sederet upaya persiapan sebelum melakukan tes tres kontraksi. Beberapa di antaranya meliputi:
Prosedur tes stres kontraksi meliputi:
Pemeriksaan ini biasanya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Pasien mungkin akan merasa tidak nyaman selama kontraksi berlangsung.
Tes stres kontraksi dikatakan normal bila hasilnya negatif dan tidak normal bila hasilnya positif. Berikut penjelasannya:
Denyut jantung bayi normal dan tidak mengalami penurunan (deselerasi) dan akan melemah setelah kontraksi (deselerasi lambat).
Pada beberapa waktu tertentu, denyut jantung bayi akan melemah. Tapi kondisi ini bukan masalah serius apabila tidak berlangsung lama.
Bayi dinilai dapat melalui persalinan dengan normal bila tidak ada deselerasi lambat selama tiga kontraksi dalam 10 menit.
Denyut jantung bayi yang tidak normal akan mengalami penurunan (deselerasi) dan akan tetap melemah selama kontraksi (deselerasi lambat). Kondisi ini bisa terjadi lebih dari setengah durasi kontraksi.
Adanya deselerasi lambat yang lama tersebut akan menandakan bayi kemungkinan mengalami gangguan selama persalinan normal.
Hasil tes kontraksi yang tidak normal dapat menjadi pertanda masalah pada calon bayi. Dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Pada beberapa kasus, persalinan akan dilakukan lebih cepat dari hari perkiraan lahir (HPL).
Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah ibu hamil menjalani tes stres kontraksi. Namun hasil yang tidak jelas biasanya akan diulang dalam 24 jam ke depan.
Dokter juga mungkin akan mengulang pemeriksaan apabila kehamilan pasien termasuk kehamilan berisiko tinggi.
Secara umum, tes stres kontraksi tergolong pemeriksaan yang aman. Tetapi tes ini dapat memicu terjadinya persalinan pada sebagian ibu hamil.
Tes stres kontraksi berisiko lebih besar pada ibu hamil yang mengalami plasentra previa, memiliki risiko ruptur uteri (robekan pada rahim) yang tinggi, atau sudah pernah menjalani operasi caesar.
Baby Center. https://www.babycenter.com/0_contraction-stress-test_1276699.bc?showAll=true
Diakses pada 8 April 2020
Michigan Medicine. https://www.uofmhealth.org/health-library/aa77493
Diakses pada 8 April 2020
WebMD. https://www.webmd.com/baby/contraction-stress-test-cst
Diakses pada 8 April 2020
Summit Medical Group. https://www.summitmedicalgroup.com/library/adult_health/obg_contraction_stress_test/
Diakses pada 8 April 2020