Tes saliva Covid-19 adalah salah satu perangkat diagnosis Covid-19 yang menggunakan air liur sebagai sampelnya. Tindakan medis ini menggunakan metode RT-LAMP alias reverse transcription loop-mediated isothermal amplification.
RT-LAMP sendiri merupakan salah satu jenis pemeriksaan Covid-19 dengan basis metode deteksi molekuler atau NAAT (nucleic acid amplification test). Metode ini telah disetujui oleh Kementrian Kesehatan RI di samping tes RT-PCR dan tes cepat molekuler (TCM).
Berbeda dengan jenis deteksi molekular lain (seperti RT-PCR) yang perlu swab lendir dari hidung atau tenggorokan, pasien yang menjalani RT-LAMP hanya perlu mengumpulkan ludah sebagai sampel. Pasalnya, berdasarkan sebuah penelitian, RNA virus corona juga dapat terdeteksi dalam air liur.
Karena alasan tersebut, tes saliva Covid-19 dengan RT-LAMP diklaim sebagai pemeriksaan corona yang paling nyaman dan mudah. Pengambilan sampel air liur bahkan tidak memerlukan tenaga kesehatan dengan pelatihan khusus.
Sampel air liur pasien nantinya akan dibawa ke laboratorium. Kemudian, keberadaan virus penyebab Covid-19 akan diperiksa di dalam sampel ini.
Pemeriksaan dilakukan dengan mendeteksi asam nukleat secara spesifik. Senyawa ini merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2.
Dalam proses tes, materi genetik dari virus corona yang ada, akan disalin secara enzimatik untuk menghasilkan materi genetik yang lebih banyak. Dengan ini jumlahnya akan sesuai dengan kadar yang dibutuhkan agar dapat terdeteksi oleh instrumen yang digunakan.
RT-LAMP adalah metode amplifikasi yang kuat dengan pengaturan isotermal. Ini berarti, suhu pada proses ini berlangsung dengan konstan atau tetap.
Oleh karena itu, perubahan suhu yang biasanya dibutuhkan pada PCR konvensional, tidak diperlukan pada tes RT-LAMP.
Amplifikasi dan deteksi asam nukleat dapat diselesaikan di saat yang sama. Langkah ini menghasilkan proses yang lebih cepat daripada PCR.
Sebagai tes molekuler, akurasi metode RT-LAMP pun jauh lebih baik dibandingkan rapid test antigen, yang mendeteksi protein pada virus. Sensitivitas tes saliva dengan RT-LAMP untuk Covid-19 mencapai angka 94% dengan spesifisitas 98%.
Pada suatu riset yang membandingkan sampel lendir dari saluran pernapasan, sampel air liur dengan RT-LAMP menunjukkan angka sensitivitas 95%. Angka ini setara dengan sampel lendir yang diperiksa dengan metode PCR.
Tes saliva Covid-19 paling baik dilakukan pada pasien yang menunjukkan gejala Covid-19 ringan atau diketahui ada kontak erat dengan orang yang terpapar virus corona.
Meski masih belum dapat menggantikan metode RT-PCR sebagai baku emas (gold standard) dalam diagnosis Covid-19, tes saliva dengan RT-LAMP memiliki banyak kelebihan daripada tes corona lainnya. Kelebihan ini meliputi:
Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pasien sebelum tes saliva Covid-19 meliputi:
Dalam praktiknya, tes saliva Covid-19 bersifat non-invasif, jadi bisa dlakukan secara rawat jalan. Bahkan, pengambilan sampel ludah dapat dilaksanakan di rumah atau secara drive thru.
Secara umum, tes saliva Covid-19 dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Umumnya, hasil tes saliva Covid-19 dapat terlihat kurang lebih satu jam.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dengan RT-LAMP, hasilnya dapat diartikan sebagai berikut:
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07, alur pemeriksaan saliva Covid-19 setelah hasilnya keluar adalah sebagai berikut:
Jika hasil swab antigen positif: Lanjutkan dengan pemeriksaan NAAT < 48 jam. Apabila hasil tetap positif, pasien terkonfirmasi mengalami Covid-19.
Sementara bila hasil berubah menjadi negatif, pasien dianggap tidak terinfeksi Covid-19.
Secara umum, tes saliva Covid-19 sangat aman untuk dilakukan, selama pasien dan petugas mengikuti protokol yang dianjurkan. Namun ada pula beberapa risiko yang mungkin muncul. Apa sajakah itu?
RT-LAMP dapat menghasilkan amplifikasi nonspesifik, terutama pada reaksi yang dilakukan lebih lama. Hal ini dapat mengacaukan sensitivitas dan memberikan hasil tidak akurat, misalnya positif palsu atau negatif palsu.
Risiko penularan muncul apabila pasien atau petugas kesehatan tidak taat dalam menerapkan protokol kesehatan ketika proses pengumpulan sampel air ludah.
Pada sebagian orang, produksi ludah bisa saja sangat sedikit. Kondisi ini dapat memengaruhi jumlah sampel yang kemungkinan berdampak hasil tes yang kurang akurat.
COVID19.GO. covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Februari/KMK%20No.%20HK.01.07-MENKES-446-2021%20ttg%20Rapid%20Diagnostic%20Test%20Antigen%20Dalam%20Pemeriksaan%20COVID-19-sign.pdf
Diakses pada 6 Juni 2021
Journal of Dental Research. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7604673/#bibr25-0022034520969670
Diakses pada 6 Juni 2021
Consistent Detection of 2019 Novel Coronavirus in Saliva. https://www.researchgate.net/publication/339238721_Consistent_Detection_of_2019_Novel_Coronavirus_in_Saliva
Diakses pada 6 Juni 2021
Healthline. https://www.healthline.com/health-news/noninvasive-saliva-tests-for-Covid-19-as-effective-as-nose-throat-swabs
Diakses pada 6 Juni 2021
Sensors and Actuators. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S266605392030014X
Diakses pada 6 Juni 2021
NCBI. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16384659/
Diakses pada 6 Juni 2021
NYU. https://www.nyu.edu/life/safety-health-wellness/coronavirus-information/safety-and-health/coronavirus-testing/ongoing-testing/step-3-collect-your-sample.html
Diakses pada 6 Juni 2021
FDA. https://www.fda.gov/media/138249/download
Diakses pada 6 Juni 2021