Pemeriksaan protein urine adalah prosedur untuk mengetahui kadar protein di dalam urine. Jika ternyata ditemukan protein dalam jumlah berlebih di dalam urine, maka ada kemungkinan pasien tersebut mengalami kerusakan fungsi ginjal, infeksi ataupun penyakit lain seperti diabetes dan darah tinggi. Pada kondisi normal, protein tidak seharusnya ada di dalam urine atau kalaupun ada, jumlahnya tidak signifikan.
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mendiagnosis penyakit-penyakit seperti infeksi saluran kemih, infeksi ginjal, kerusakan ginjal akibat konsumsi obat-obatan tertentu, keracunan logam berat, hingga kanker kandung kemih.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan protein urine jika mencurigai adanya gangguan pada ginjal Anda. Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk:
Pastikan Anda memberitahu dokter mengenai setiap obat yang sedang dikonsumsi. Sebab, ada beberapa obat yang dapat memengaruhi kadar protein dalam urine. Dokter mungkin akan meminta Anda menghentikan konsumsi obat tertentu atau mengganti dosisnya sebelum menjalani pemeriksaan.
Obat-obatan yang bisa memengaruhi kadar protein dalam urine adalah:
Pastikan Anda cukup minum sebelum pemeriksaan. Dengan demikian, Anda jadi lebih mudah untuk buang air kecil saat harus memberikan sampel urine, sekaligus menghindari dehidrasi yang bisa memengaruhi hasil tes.
Selain itu, hindari olahraga berat sebelum pemeriksaan, yang juga bisa memengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila Anda baru saja menjalani tes radioaktif dengan zat pewarna kontras, Anda harus menunggu setidaknya 3 hari untuk bisa menjalani pemeriksaan protein urine. Sebab, zat pewarna kontras masih mengendap dalam urine pada jangka waktu tersebut, dan bisa berdampak pada hasil pemeriksaan.
Ada dua jenis pemeriksaan protein urine, yaitu pemeriksaan acak (random) dan pemeriksaan urine yang keluar selama 24 jam.
Pada pemeriksaan ini, Anda akan memberikan sample urine di klinik, laboratorium medis, atau bahkan menampungnya terlebih dahulu di rumah. Anda akan mendapat wadah steril tertutup dan kain penyeka untuk membersihkan area genital.
Berikut ini tahap-tahap yang perlu dilakukan saat melakukan pemeriksaan protein urine metode acak:
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan ini jika menemukan adanya protein dalam hasil tes protein urine acak. Dalam tes 24 jam ini, Anda akan mendapat wadah besar dan beberapa kain penyeka. Jangan menampung urine pertama dalam hari pemeriksaan. Namun, catat waktu buang air kecil pertama tersebut, sebagai awal dari periode pemeriksaan protein urine 24 jam.
Pada 24 jam berikutnya, tampung urine dalam wadah yang sudah Anda terima. Pastikan Anda membersihkan area genital sebelum buang air kecil. Sama seperti tes random, jangan sampai wadah bersentuhan dengan area genital.
Selama periode penampungan urine, simpan sampelnya di kulkas. Setelah 24 jam, serahkan sampel tersebut pada dokter maupun petugas laboratorium.
Dokter akan memeriksa kadar protein dalam sampel urine Anda. Jika hasilnya menunjukkan protein dalam kadar tinggi, Anda akan diminta menjalani pemeriksaan protein urine lagi. Dokter juga mungkin merekomendasikan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
Tingginya kadar protein dalam sampel urine sebenarnya tidak serta-merta menggambarkan adanya gangguan medis yang membutuhkan perawatan. Olahraga berat, diet, stres, kehamilan, dan sejumlah faktor lainnya, bisa membuat kadar protein tinggi untuk sementara waktu dalam urine.
Namun jika setelah menjalani sejumlah rangkaian kesehatan, kadar protein dalam urine Anda tetap tinggi, kondisi ini bisa mengindikasikan:
Tidak ada risiko dari pemeriksaan protein urine ini.
Healthline.
https://www.healthline.com/health/urine-protein-test#followup
Diakses pada 17 Mei 2020
Medline Plus.
https://medlineplus.gov/lab-tests/protein-in-urine/
Diakses pada 17 Mei 2020
Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/12983-urine-protein-test
Diakses pada 18 Februari 2021