Tes Pendengaran

Tes pendengaran bisa dilakukan dengan beberapa metode seperti acoustic reflex measure, pure tone test, dan pemeriksaan garpu talaTes pendengaran bisa dilakukan dengan beberapa cara

Apa itu tes pendengaran?

Tes pendengaran adalah pemeriksaan untuk mengukur seberapa baik fungsi pendengaran seseorang. Contoh tes pendengaran yang biasa dilakukan antara lain acoustic reflex measure, pure tone test, dan pemeriksaan garpu tala.

Pemeriksaan tersebut akan mendeteksi jenis gangguan yang dialami pasien, sehingga bisa menerima perawatan yang tepat. 

Terdapat 3 macam gangguan pendengaran, yaitu:

1. Gangguan pendengaran sensorineural (tuli saraf)

Tipe gangguan pendengaran ini terjadi ketika terdapat masalah pada struktur dalam telinga dan saraf yang menghantarkan persepsi suara ke otak. Tipe gangguan pendengaran ini bersifat permanen dan derajatnya bisa dari ringan sampai berat (sama sekali tidak dapat mendengarkan suara)

2. Gangguan pendengaran konduktif

Tipe gangguan pendengaran ini terjadi ketika terdapat penyumbatan pada jalur transmisi suara. Gangguan pendengaran ini bisa terjadi pada siapa saja, namun yang paling sering adalah pada anak-anak dan bayi.

Tidak seperti gangguan pendengaran sensorineural, gangguan pendengaran konduktif bersifat lebih ringan dan dapat diobati sehingga kembali ke keadaan fungsi pendengaran semula.

3. Gangguan pendengaran campuran

Jenis gangguan pendengaran ini adalah campuran dari gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural.

Penyebab gangguan pendengaran secara garis besar ada 3 yaitu: masalah pada telinga sendiri, masalah saraf dalam telinga, dan gangguan pada bagian otak yang berfungsi menginterpretasikan suara yang ditangkap oleh telinga.

Kenapa tes pendengaran dilakukan?

Anda mungkin memerlukan tes pendengaran bila Anda mengalami gejala gangguan pendengaran seperti:

  • Kesulitan mengerti pembicaraan orang lain, terutama pada tempat yang ramai
  • Seringkali membutuhkan orang lain mengulangi perkataan mereka
  • Kesulitan mendengar suara nada tinggi
  • Seringkali butuh memperbesar suara TV atau alat pemutar musik
  • Telinga sering berdenging

Seberapa sering Anda harus menjalani tes pendengaran?

Tidak terdapat panduan spesifik mengenai seberapa sering seseorang harus menjalani tes pendengaran.

Apa saja persiapan untuk menjalani tes pendengaran?

Tidak  ada persiapan khusus yang harus Anda jalani sebelum melakukan tes pendengaran. Persiapan berikut ini dapat Anda lakukan sebelum menjalani tes pendengaran:

  • Bersihkan liang telinga terlebih dahulu dari kotoran telinga
  • Beritahukan kepada dokter/pemeriksa bila Anda sedang mengalami batuk pilek atau infeksi telinga sebelumnya karena hasil pemeriksaan saat itu dapat mengganggu hasil pemeriksaan.

Bagaimana tes pendengaran dilakukan?

Terdapat banyak macam tes pendengaran, oleh sebab itu prosedur tes pendengaran adalah berdasarkan jenis tes yang dilakukan. Tes pendengaran dapat dilakukan oleh:

  • Audiologis: petugas kesehatan yang dapat mendiagnosis dan menangani gangguan pendengaran.
  • Dokter spesialis THT

Terdapat beberapa macam tes pendengaran, diantaranya:

1. Acoustic reflex measure

Tes pendengaran ini disebut juga middle ear muscle reflex (MEMR), yang mengukur bagaimana telinga seseorang berespon terhadap suara keras. Pada telinga yang fungsi pendengarannya normal, otot kecil di dalam telinga akan mengencang ketika terdengar suara kencang. Ini disebut reflex akustik.

Selama pemeriksaan, audiologis atau petugas pemeriksaan akan meletakkan sumbatan berbahan karet di dalam telinga Anda. Suara yang keras kemudian akan digetarkan melalui ujungnya dan kemudian direkam dalam sebuah mesin. Mesin akan menunjukkan kapan suara tersebut mencetuskan refleks pada telinga.

2. Pure tones test (audiometri nada murni)

Pemeriksaan ini disebut juga sebagai tes audiometri nada murni. Prosedur pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:

  • Anda akan diberikan headphone untuk menutupi kedua telinga Anda
  • Beberapa nada suara akan dikirimkan ke headphone Anda
  • Pemeriksa akan mengubah nada dan volume suara beberapa kali selama pemeriksaan. Pada satu titik, nada yang didengar mungkin akan sangat kecil dan sulit didengar.
  • Pemeriksa akan meminta Anda memberikan respon bila Anda mendengarkan suara. Cara Anda merespon bila Anda mendengar suara adalah dengan mengangkat tangan atau menekan tombol yang telah disediakan.
  • Pemeriksaan ini bertujuan menemukan ambang suara terendah yang dapat Anda dengar pada beberapa tingkat nada.

3. Tuning Fork Test (pemeriksaan garpu tala)

Tes garpu tala dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Pemeriksa akan meletakkan garpu tala pemeriksaan di belakang telinga atau pada puncak kepala Anda
  • Pemeriksa akan memukulkan garpu tala sehingga garpu tala tersebut bergetar dan menghasilkan suara
  • Anda akan diminta memberitahukan pemeriksa ketika Anda mendengar nada pada berbagai volume atau bila Anda mengarkan suara hanya pada telinga kiri, telinga kanan, atau dapat mendengarkan pada kedua telinga dengan sama baiknya

4. Speech and word recognition test

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan seberapa baik Anda dapat mendengarkan bahasa yang diucapkan pemeriksa. Prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut:

  • Anda akan diberikan headphone untuk menutupi kedua liang telinga
  • Pemeriksa akan berbicara melalui headphone tersebut dan meminta Anda mengulang beberapa kata sederhana yang diucapkannya pada beberapa volume yang berbeda (volume tinggi, volume normal, volume rendah)
  • Petugas pemeriksaan akan pada volume terendah yang mana Anda masih bisa mengulangi kalimat yang diucapkan pemeriksa
  • Pemeriksaan mungkin juga dilakukan di tempat keramaian karena kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran mengalami gangguan pendengaran pada tempat ramai

5. Timpanometri

Tahap pemeriksaan timpanometri adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksa akan meletakkan sebuah alat kecil di dalam liang telinga
  • Alat ini akan mendorong udara ke dalam liang telinga sehingga membuat gendang telinga bergerak maju mundur
  • Sebuah mesin (yang disebut timpanogram) akan merekam pergerakan gendang telinga
  • Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah terdapat infeksi telinga atau masalah lain seperti cairan. kotoran liang telinga

6. Otoacoustic emissions (OAE)

Otoacoustic emissions adalah tes pendengaran yang dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa baik fungsi telinga bagian dalam yang disebut koklea.

Saat ada bunyi yang masuk ke telinga, koklea akan mengeluarkan suara emisi otoakustik. Suara ini berasal dari sel-sel rambut yang bergetar akibat bunyi tersebut.

Suara emisi inilah yang diukur pada pemeriksaan yang satu ini.

Untuk melakukan tes pendengaran OAE, berikut ini tahap-tahap yang dilakukan dokter:

  • Dokter akan menempatkan earphone atau probe kecil di telinga.
  • Earphone atau probe tersebut kemudian akan mengeluarkan bunyi dan mengukur suara balasan atau OAE yang datang dari dalam telinga
  • Selama pengukuran berlangsung, pasien tidak perlu berbicara.
  • Hasil pengukuran akan langsung tampak di layar.

Tes pendengaran OAE biasanya dilakukan pada bayi baru lahir.

7. Brainstem auditory evoked response (BAER)

Brainstem auditory evoked response (BAER) adalah tes pendengaran untuk mengevaluasi fungsi telinga bagian dalam yang disebut koklea dan bagian otak yang berhubungan dengan kemampuan mendengar. Pemeriksaan ini disebut juga sebagai Auditory Brainstem Response (ABR).

Biasanya, BAER dilakukan pada anak-anak yang belum bisa menjalani tes pendengaran biasa.

Berikut ini tahapan yang dilakukan pada pemeriksaan BAER:

  • Dokter akan memasang earphone di telinga dan meletakkan elektroda di kulit pasien. Elektroda tersebut terhubung ke komputer.
  • Elektroda akan merekam aktivitas otak saat merespon suara yang keluar dari earphone.
  • Pasien hanya perlu diam atau bahkan tidur saat pemeriksaan berlangsung.
  • Hasil pemeriksaan akan langsung tampak di layar komputer.

Seperti apa hasil tes pendengaran?

Hasil tes pendengaran bergantung dari jenis tes pendengaran yang seseorang jalani, yaitu:

1. Acoustic reflex measure

Pada pemeriksaan ini, seseorang diinterpretasikan mengalami gangguan pendengaran bila butuh suara intensitas sangat tinggi untuk mencetuskan refleks pada telinga.

2. Pure-tone test

Tes ini dilakukan untuk menentukan ambang suara terendah yang masih dapat Anda dengar. Hasil pemeriksaan pure-tone test antara lain sebagai berikut:

  • Fungsi pendengaran normal: ambang pendengaran <25 dB
  • Gangguan pendengaran ringan: ambang pendengaran 25-40 dB
  • Gangguan pendengaran sedang: ambang pendengaran 41-65 dB
  • Gangguan pendengaran berat: ambang pendengaran 66-90 dB
  • Gangguan pendengaran sangat berat: ambang pendengaran >90 dB

3. Tuning fork test (tes garpu tala)

Berdasarkan dimana posisi garpu tala diletakkan dan bagaimana respon Anda, pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah terdapat gangguan pendengaran pada satu atau kedua sisi telinga. Pemeriksaan ini juga dapat  menunjukkan apakah gangguan pendengaran yang seseorang alami adalah gangguan pendengaran konduktif atau sensorineural.

Terdapat 2 macam pemeriksaan garpu tala, yaitu tes rinne dan weber. Pemeriksaan rinne bertujuan membandingkan konduksi udara dibandingkan konduksi tulang pada telinga. konduksi udara terjadi melalui udara di dekat liang telinga dan melibatkan liang dan gendang telinga. Hasil pemeriksaan rinne adalah sebagai berikut:

  • Fungsi pendengaran normal yaitu bila fungsi konduksi udara dua kali lebih tinggi dibandingkan waktu konduksi tulang. Dengan kata lain, bila fungsi pendengaran Anda normal, maka ketika garpu tala diletakkan pada bagian belakang telinga dan sudah tidak terdengar lagi dan ketika dipindahkan ke bagian depan telinga suara garpu tala tersebut masih terdengar (2 kali lebih panjang)
  • Gangguan pendengaran sensorineural: hasil pemeriksaan tes rinne hampir sama dengan orang yang fungsi pendengarannya normal, namun biasanya tidak sepanjang pada yang fungsi pendengarannya normal
  • Gangguan pendengaran konduktif: pada kondisi ini, konduksi tulang lebih panjang dibandingkan konduksi udara. Maksudnya adalah ketika garpu tala digetarkan dan sudah tidak terdengar ketika diletakkan di bagian belakang telinga, kemudian diletakkan lagi di bagian telinga depan, suara garpu tala tersebut tidak terdengar lagi.

Pada pemeriksaan weber yang diperiksa adalah bagaimana fungsi persarafan telinga. Hasil tes weber adalah sebagai berikut:

  • Fungsi sensorineural pendengaran normal bila pada saat garpu tala diletakkan di puncak kepala seseorang akan menghasilkan suara yang simetris di telinga kanan dan kiri
  • Gangguan pendengaran konduktif bila suara lebih kencang pada sisi telinga yang mengalami masalah dibandingkan telinga yang sehat
  • Gangguan pendengaran sensorineural bila suara lebih kejang pada sisi telinga yang sehat dibandingkan telinga yang mengalami masalah.

4. Speech and recognition test

Pemeriksaan ini bertujuan menentukan seberapa peka dan baik telinga Anda mendengarkan dan mengenali suara yang diucapkan pembicara.

5. Timpanometri

Pemeriksaan ini menentukan apakah terdapat masalah pada liang telinga seperti ada tidaknya cairan, penumpukan kotoran telinga, atau lubang pada gendang telinga

Hasil pemeriksan timpanometri yang normal  antara lain:

  • Tidak terdapat cairan pada telinga tengah
  • Gendang telinga bergerak secara normal
  • Tekanan di telinga tengah normal
  • Pergerakan tulang bagian dalam telinga (osikel) normal
  • Tekanan normal di telinga tengah: +50 s/d -200 daPa

Hasil timpanometri dikatakan tidak normal bila:

  • Terdapat cairan di telinga tengah
  • Perforasi gendang telinga
  • Perlukaan pada gendang telinga
  • Tekanan telinga tengah melebihi normal
  • Terdapat kotoran yang menyumbat liang telinga
  • Gangguan mobilitas/pergerakan tulang di telinga tengah

6. Otoacoustic emissions (OAE)

Hasil tes pendengaran OAE dikatakan normal apabila ada emisi suara yang terdeteksi saat pemeriksaan. Pada orang dengan gangguan pendengaran yang tidak bisa mendengar suara mulai dari 25-30 desibel, maka emisi atau pantulan suara tersebut tidak akan diproduksi.

7. Brainstem auditory evoked response (BAER)

Hasil pemeriksaan BAER akan keluar dalam bentuk cetakan kertas yang menunjukkan grafik aktivitas otak setiap pasien mendengar suara.

Apabila garis pada grafik terlihat datar, maka tandanya tidak ada respon dari otak dan itu mengindikasikan adanya gangguan pendengaran.

Apa yang harus dilakukan bila hasil tes pendengaran tidak normal?

Bila pada  hasil tes pendengaran ditemukan kelainan, maka Anda akan dirujuk ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT)  untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang lebih komprehensif. 

Apa saja risiko tes pendengaran?

Tes pendengaran adalah tes yang relatif aman dilakukan.

gangguan pendengaranpenyakit telingatuli

Medline Plus. https://medlineplus.gov/lab-tests/hearing-tests-for-adults/
Diakses pada 1 April 2020

WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/bilirubin-test#1
Diakses pada 1 April 2020

Healthline. https://www.healthline.com/health/tympanometry
Diakses pada 1 April 2020

Healthline. https://www.healthline.com/health/rinne-and-weber-tests
Diakses pada 1 April 2020

Patient Info. https://patient.info/ears-nose-throat-mouth/hearing-problems/hearing-tests
Diakses pada 1 April 2020

American Speech-Language-Hearing Association. https://www.asha.org/public/hearing/otoacoustic-emissions/
Diakses pada 6 September 2021

American Speech-Language-Hearing Association.
https://www.asha.org/public/hearing/auditory-brainstem-response/
Diakses pada 6 September 2021

Healthline. https://www.healthline.com/health/baer-brainstem-auditory-evoked-response
Diakses pada 6 September 2021

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email