Tes otoacoustic emission (OAE) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis THT, untuk mengecek respons telinga bagian dalam terhadap suara. Tes ini biasanya skrining pendengaran pada bayi dan anak-anak yang belum bisa memberikan respons dalam jenis tes fungsi dengar lain.
Otoacoustic emission (OAE) merupakan suara yang dihasilkan oleh koklea (rumah siput) di telinga bagian dalam saat mendapat stimulus berupa suara bernada ‘klik’ yang halus.
Ketika suara ini mencapai koklea, sel-sel rambut koklea akan bergetar. Getaran ini kemudian menghasilkan gelombang suara lembut yang menggema kembali ke telinga bagian tengah.
Koklea pada orang tanpa gangguan pendengaran akan menghasilkan suara atau emisi yang normal. Sementara itu, pasien dengan gangguan pendengaran tidak akan menghasilkan emisi tersebut.
Tes OAE dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
Tidak ada persiapan khusus sebelum tes OAE. Pemberian obat bius atau anestesi juga tidak diperlukan oleh pasien.
Selama tes otoacoustic emission, pasien dan semua orang yang berada di ruang pemeriksaan harus duduk diam agar tidak mengganggu jalannya pemeriksaan.
Tes otoacoustic emission dilakukandalam ruang kecil tertutup dan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Prosedurnya meliputi:
Setelah pemeriksaan selesai, hasil tes OAE akan langsung diberitahukan oleh dokter atau tenaga medis.
Hasil tes otoacoustic emission dapat berupa ada tidaknya emisi suara yang dihasilkan oleh koklea. Berikut penjelasannya:
Gangguan pendengaran tersebut bisa disebabkan oleh ketulian, kelainan bentuk telinga bagian dalam, atau kotoran, cairan, maupun infeksi pada telinga. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu penyebab tidak adanya OAE sekaligus menyingkirkan kemungkinan kondisi tuli.
Hasil tes OAE yang tidak normal tidak selalu menandakan adanya ketulian. Oleh karena itu, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kondisi pasien.
Tes ini seringkali menjadi kurang akurat karena bayi yang rewel saat prosedur atau adanya kotoran telinga yang menyumbat pendengaran pasien. Pada kondisi tersebut, tes menjadi tidak normal padahal pasien tidak mengalami kondisi tuli permanen.
Probe yang kurang rapat terpasang pada lubang telinga juga dapat menyebabkan kegagalan pemeriksaan.
Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan oleh pasien setelah tes OAE. Pasien umumnya bisa pulang atau kembali beraktivitas dengan normal.
Tes OAE bersifat nonivasif dan aman dilakukan. Hanya saja, anak mungkin merasa risih atau tidak nyaman saat menjalaninya.
Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/what-is-an-oae-otoacoustic-emissions-hearing-test-1191845
Diakses pada 22 Mei 2020
Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/otoacoustic-emission-testing-oae
Diakses pada 22 Mei 2020
Nationwide Children’s Hospital. https://www.nationwidechildrens.org/specialties/audiology/oae-testing
Diakses pada 22 Mei 2020
Brentwood Hearing Center. https://brentwoodhearingcenter.com/blog/what-is-otoacoustic-emissions-testing
Diakses pada 22 Mei 2020
Coshocton Regional Medical Center. https://www.coshoctonhospital.org/Services/Diagnostic-Services/Otoacoustic-Emission-Testing.aspx
Diakses pada 22 Mei 2020