Tes Mantoux adalah salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi kuman tuberkulosis yang merupakan penyebab infeksi TB.
Tes Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan zat khusus bernama purified protein derivative (PPD) pada kulit di bagian lengan. Apabila pasien pernah terpapar bakteri TB, biasanya akan muncul benjolan seperti bentol sebagai reaksi dari kulit.
Oleh karena itu, pemeriksaan ini disebut juga dengan tes tuberkulin atau tuberculin skin test (TST).
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan kepada orang yang sering berkontak erat dengan pasien TB, seperti keluarga atau petugas medis yang menangani kondisi ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penularan. Selain itu, tes Mantoux juga dilaksanakan untuk mendeteksi TB laten yang tidak menimbulkan gejala.
Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Bakteri ini dapat menyerang berbagai bagian tubuh, tapi paling sering menyerang paru-paru.
Selain tes Mantoux, pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis. Umumnya, tes Mantoux dianjurkan bagi pasien anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.
Pasien yang terpapar M. tuberculosis dapat mengalami penyakit TB aktif atau TB laten. TB aktif umumnya menimbulkan gejala, sedangkan TB laten tidak memicu gejala apapun. Tes Mantoux dapat mendeteksi infeksi TB baik yang aktif maupun laten.
Hal ini penting untuk diketahui karena TB laten bisa saja berkembang menjadi TB aktif. Orang yang mengalami TB laten juga perlu pengobatan agar kondisi ini tidak berkembang menjadi TB aktif yang lebih berbahaya.
Ketika penyakit tersebut sudah berkembang menjadi TB aktif, pasien membutuhkan pengobatan TBC selama 6-9 bulan tanpa putus.
Skrining TBC ini biasanya dilakukan pada pasien yang menunjukkan sejumlah kondisi berikut:
Biaya tes mantoux dapat bervariasi sesuai lokasi dan rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan tersebut. Di Indonesia, biaya satu kali tes mantoux berkisar di harga Rp100.000.
Tes ini tidak dianjurkan pada orang dengan kondisi seperti:
Sebelum tes Mantoux dilakukan, Anda perlu memberitahukan pada dokter atau tenaga medis apabila memiliki kondisi berikut:
Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dalam dua tahap di bawah ini:
Pada tahap pertama, dokter akan menyuntikkan sejumlah zat PPD di bawah kulit pasien, biasanya di bagian lengan. Zat ini dikenal juga dengan nama tuberkulin.
Setelah tuberkulin disuntikkan, akan muncul benjolan kecil berwarna pucat pada area penyuntikan. Dokter kemudian akan memberi tanda menggunakan spidol sebagai batas awal di sekeliling benjolan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bila terjadi perubahan pada ukuran benjolan.
Dalam 24-72 jam setelah penyuntikan, dokter akan memeriksa kondisi kulit pasien untuk melihat ada tidaknya reaksi terhadap tuberkulin. Reaksi kulit yang timbul menandakan adanya infeksi bakteri TB pada pasien.
Apabila pasien datang lebih dari 72 jam setelah penyuntikan, tes Mantoux harus diulang dari awal. Selain itu, jika tidak ada reaksi yang timbul pada tes Mantoux, terlebih jika tes ini merupakan pemeriksaan pertama pasien, tes perlu diulang dalam 1-3 minggu kemudian. Langkah ini bertujuan memastikan hasilnya benar-benar negatif.
Setelah tes Mantoux dilakukan, dokter akan melihat reaksi kulit pada area penyuntikan. Reaksi ini biasanya ditunjukkan dengan munculnya benjolan kecil yang menebal pada kulit, atau dikenal dengan nama indurasi.
Hasil positif atau negatif dalam tes tuberkulin tergantung pada ukuran indurasi yang muncul pada kulit pasien. Berikut penjelasannya:
Hasil tes Mantoux dikatakan positif apabila ditemukan ukuran indurasi yang lebih besar dari batas normal. Kondisi ini menandakan bahwa pasien telah terinfeksi oleh bakteri penyebab tuberkulosis.
Pemeriksaan lebih lanjut biasanya perlu dilakukan untuk memastikan apakah pasien mengalami penyakit TB aktif atau TB laten.
Tes Mantoux juga bisa menunjukkan hasil positif palsu. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang baru saja menerima vaksin BCG atau mengalami infeksi bakteri Mycobacterium dari jenis yang berbeda, prosedur dan teknik penyuntikan yang tidak tepat, serta penggunaan antigen yang salah.
Hasil tes tuberkulin dinyatakan negatif jika ukuran indurasi lebih kecil dari batas normal. Hal ini menandakan bahwa pasien tidak terinfeksi oleh bakteri TB.
Akan tetapi, pasien yang memiliki riwayat kontak dengan pengidap TB dalam waktu dekat, perlu mengulangi tes dalam 8-12 minggu sesudah tes pertama.
Hasil negatif palsu juga dapat terjadi, yakni hasil tes negatif pada pasien yang sebenarnya terinfeksi TB. Hasil negatif palsu pada tes tuberkulin dapat muncul karena:
Menurut CDC, hasil tes Mantoux dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran indurasinya, seperti berikut ini:
Indurasi 15 mm atau lebih dianggap positif apabila pasien tersebut tidak berisiko tinggi atau tidak memiliki faktor risiko terkena infeksi TB.
Hasil tes Mantoux positif biasanya akan dikonfirmasi dengan rontgen thorax guna menentukan apakah infeksi tuberkulosis berupa TB aktif atau laten. Dokter juga mungkin menyarankan pemeriksaan CT scan dada karena hasilnya lebih akurat.
Apabila pemeriksaan tersebut mengindikasikan adanya penyakit tuberkulosis, dokter akan menyarankan Anda melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa tes dahak (sputum test).
Dahak yang dikeluarkan ketika pasien batuk akan diperiksa di laboratorium untuk memastikan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Tes dahak dapat membantu dokter dalam menentukan strategi pengobatan yang paling tepat untuk kondisi pasien.
Pasien dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari sesudah pemeriksaan. Namun beberapa hal di bawah ini sebaiknya Anda terapkan:
Secara umum, tes Mantoux tergolong pemeriksaan yang aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius. Meski begitu, kemungkinannya tetap ada.
Efek samping yang mungkin terjadi meliputi reaksi kulit terhadap tuberkulin yang ditandai dengan pembengkakan dan kemerahan pada area penyuntikan. Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien yang pernah menerima vaksin BCG atau mengalami infeksi tuberkulosis.
CDC. https://www.cdc.gov/tb/topic/testing/tbtesttypes.htm
Diakses pada 18 Oktober 2021
Healthline. https://www.healthline.com/health/what-does-a-positive-tb-test-look-like
Diakses pada 18 Oktober 2021
Medicine Net.https://www.medicinenet.com/tuberculosis_skin_test_ppd_skin_test/article.htm
Diakses pada 18 Oktober 2021
Healthy WA. https://healthywa.wa.gov.au/Articles/S_T/Tuberculin-Skin-Test
Diakses pada 4 Maret 2020
WebMD. https://www.webmd.com/lung/tuberculin-skin-test
Diakses pada 4 Maret 2020
National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3481914/
CDC. https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.htm
Diakses pada 26 Juli 2021
Health Link British Columbia. https://www.healthlinkbc.ca/medical-tests/hw203560#hw203563
Diakses pada 18 Oktober 2021