Impotensi adalah ketidakmampuan penis untuk melakukan dan atau mempertahankan kondisi ereksi pada saat melakukan hubungan seksual. Diperkirakan 1 dari 10 pria mengalami disfungsi ereksi dalam hidupnya. Inilah pentingnya tes impotensi.
Disfungsi ereksi jarang berdiri sendiri sebagai suatu keluhan. Biasanya pasien mengeluhkan penurunan libido dan masalah pada orgasme serta ejakulasi. Untuk bisa ereksi, seorang pria membutuhkan koordinasi berbagai organ mulai dari otak hingga kelenjar untuk mengotrol hormon ke pembuluh darah dan penis.
Oleh sebab itu, ada banyak penyebab disfungsi ereksi seperti penyakit pembuluh darah, gangguan metabolik dan hormon, gangguan saraf, gangguan psikologis dan psikososial, serta riwayat trauma atau kecelakaan. Selain itu, pola hidup sedentari (tidak banyak gerak), penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan juga memiliki efek samping berupa disfungsi ereksi.
Tes impotensi adalah serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk mencari penyebab disfungsi ereksi. Pemeriksaan ini meliputi anamnesis berupa wawancara kesehatan, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah, urine, tes spesifik sampai pencitraan penis.
Disfungsi ereksi adalah salah satu masalah umum pada pria. Karena ereksi adalah kegiatan koordinatif yang melibatkan banyak organ, tes tunggal akan sangat sulit untuk menentukan penyebab kelainan. Selain itu, tes impotensi sangat penting untuk mendeteksi kombinasi penyebab disfungsi ereksi agar terapi yang diberikan dapat akurat. Biasanya kombinasi yang sering terjadi disebabkan oleh masalah pembuluh darah, saraf dan psikologi.
Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes impotensi. Hanya saja untuk rangkaian pemeriksaan laboratorium, Anda sebaiknya berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan darah. Pada saat berpuasa, Anda masih diperbolehkan minum air putih. Selain itu, bersikaplah tenang dan santai dalam menjawab pertanyaan dokter. Kejujuran dalam wawancara kesehatan memegang peranan penting agar pemeriksaan lanjutan dapat fokus. Pada tes spesifik nocturnal penile tumescence (NPT test), Anda diharuskan tidur 1 malam di RS untuk mengetahui frekuensi ereksi saat tidur.
Apa yang dilakukan dokter pada prosedur tes impotensi dan hasil apa yang didapatkan dari prosedur tes impotensi?
Anamnesis bukanlah sebuah tes. Dokter akan melakukan wawancara dan menggali status kesehatan Anda meliputi gejala yang dirasakan, riwayat kesehatan, riwayat aktifitas seksual dan riwayat obat-obatan yang rutin dikonsumsi. Selain itu, dokter juga akan bertanya tentang kondisi lingkungan potensi sumber stres, yang dapat menyebabkan gangguan ereksi. Terkadang, dokter juga akan bertanya kepada tentang gejala yang diderita pada pasangan seksual Anda.
Dokter akan mengukur tekanan darah, detak jantung dan suhu tubuh, lalu memeriksa kondisi penis dan testis Anda. Selanjutnya, dokter akan melakukan pengujian refleks saraf, baik secara sensorik maupun motorik. Pada tes refleks bulbocavernosus, dokter akan meremas kepala penis, yang dapat membuat anus berkontraksi. Jika fungsi saraf abnormal, maka terdapat keterlambatan waktu respons.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang yang meliputi:
Tes yang dijalani pasien berupa pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi infeksi, kadar gula darah (untuk mendeteksi diabetes), kadar hormon tiroid, testosteron, luteining hormon (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), prolaktin. Hormon-hormon tersebut berperan mengatur regulasi hormon seks. Selain itu dokter juga akan memeriksa profil kolesterol darah, fungsi ginjal, fungsi hati dan jantung. Nilai normal dari masing-masing pemeriksaan tergantung dari indikator laboratorium tempat pemeriksaan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi diabetes melalui keberadaan glukosa urind dan keton darah, kelainan ginjal dan infeksi. Selain itu kekurangan hormon testosteron dapat dideteksi dari pemeriksaan ini.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi aliran darah ke penis, kecepatan darah dan tanda kebocoran vena. Selain itu, tes ini dapat melihat proses aterosklerosis dan jaringan parut. Pemeriksaan dilakukan pada saat istirahat dan saat ereksi.
Tes ini mampu mengukur frekuensi ereksi seseorang saat tidur. Dalam kondisi normal, seorang pria ereksi 3-5 kali selama tidur di malam hari. Penurunan frekuensi ereksi menandakan masalah pada fungsi saraf atau sirkulasi darah penis. Jika Anda masih dapat ereksi dengan jumlah normal, maka masalah disfungsi ereksi berasal dari faktor psikologis, misalnya depresi, kecemasan dan insomnia. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di RS maupun di rumah dengan panduan dokter selama 2 malam berturut-turut.
Dalam tes ini, dokter akan menyuntikkan obat ke pangkal penis untuk membuat ereksi. Durasi dan panjang penis saat ereksi akan diukur. Jika Anda tidak mendapatkan ereksi setelah penyuntikkan, artinya Anda memiliki masalah dengan aliran darah ke penis.
Prosedur ini hampir sama dengan injeksi intracavernosal, tapi obat disuntikkan ke dalam uretra yang menyerupai selang kecil tempat keluarnya urine.
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan vibrasi elektormagnetik untuk mengukur sensitifitas dan fungsi saraf. Penurunan sensitivitas menandakan kerusakan saraf yang mengontrol penis.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien disfungsi ereksi yang memliki kebocoran vena.
Tes ini dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi rekonstruksi pembuluh darah.
Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan dynamic infusion cavernosometry untuk mendeteksi kebocoran vena pada penis.
Prosedur tes impotensi tidak memiliki risiko jangka panjang. Anda mungkin akan merasakan nyeri di lokasi pengambilan darah, memar dan bengkak dalam beberapa hari. Namun, hal ini jarang terjadi bila pengambilan darah dilakukan dengan hati-hati.
WebMD.https://www.webmd.com/erectile-dysfunction/guide/diagnosing-erectile-dysfunction#1
Diakses pada 17 Mei 2020
Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10035-erectile-dysfunction/diagnosis-and-tests
Diakses pada 17 Mei 2020
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/diagnosis-treatment/drc-20355782
Diakses pada 17 Mei 2020
American College of Cardiology. https://www.cardiosmart.org/Healthwise/hw23/1151/hw231151
Diakses pada 17 Mei 2020