Terapi Impotensi

Terapi impotensi bisa dilakukan melalui penggunaan pompa penis.Terapi impotensi dapat mengembalikan kepercayaan diri pasien.

Apa itu terapi impotensi?

Impotensi menjadi momok bagi banyak pria. Penyebabnya bisa beragam, sehingga terapi impotensi yang diberikan dapat berbeda-beda, tergantung penyebab dasar terjadinya impotensi. Secara garis besar, penyebab impotensi meliputi gangguan medis misalnya penyakit jantung, diabetes, gangguan hormon, maupun hipertensi.

Sementara itu, gangguan non-medis yang berisiko menyebabkan impotensi antara lain kecemasan, depresi, trauma sebagai korban kekerasan seksual, dan masalah pada hubungan pernikahan. Terapi impotensi adalah serangkaian perawatan yang bertujuan untuk mengatasi gangguan ereksi pada pria.

Perawatan ini yang dapat dilakukan dengan obat, non-obat, atau kombinasi keduanya. Pada dasarnya terapi impotensi terdiri dari 4 jenis, yaitu:

  • Konseling dan perubahan gaya hidup
  • Obat-obatan untuk gangguan ereksi, baik secara oral maupun suntikan
  • Terapi perilaku dan sex therapy
  • Tindakan pump dan tindakan operasi

Setiap terapi memiliki pro dan kontra. Diskusikan pilihan perawatan dengan dokter Anda untuk menentukan terapi terbaik. Namun sebelum menjalani terapi, Anda harus sudah mengetahui penyebab dasar dari gangguan ereksi yang Anda alami.

Mengapa terapi impotensi perlu dilakukan?

Impotensi sebagai disfungsi seksual atau orang menyebutnya dengan gangguan ereksi masih dianggap aib oleh banyak pria. Padahal, impotensi dapat dijadikan tanda utama terjadinya penyakit yang serius.

Contohnya, penyakit jantung dapat ditandai oleh impotensi sebagai indikasi adanya hambatan pada sistem pembuluh darah seseorang. Begitupun masalah psikologi seperti depresi dan kecemasan yang tidak terlihat, tapi ternyata dapat diawali dengan impotensi.

Selain itu, impotensi dapat menyebabkan banyak permasalahan, baik secara fisik, psikologis dan sosial, terutama dalam hubungan seksual yang dapat memperparah impotensi yang sudah terjadi. Oleh sebab itu, terapi impotensi yang tepat dapat memperbaiki gangguan ereksi, mengembalikan kesehatan sirkulasi pembuluh darah dan kepercayaan diri seorang pasien, serta meningkatkan kualitas hidup.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum menjalani terapi impotensi?

Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani terapi impotensi. Anda hanya perlu berkomunikasi dengan partner seksual Anda, karena terkadang dokter melibatkan partner Anda dalam proses terapi.

Namun, jika Anda dijadwalkan menjalani terapi operatif, Anda perlu melakukan penilaian status kesehatan pre-operatif. Dokter akan merekomendasikan Anda untuk pemeriksaan laboratorium darah maupun urine, cek fungsi ginjal dan cek fungsi jantung dengan rekam jantung dan USG jantung. Biasanya Anda pun akan berpuasa selama 10 jam sebelum operasi dimulai.

Apa yang dilakukan dokter pada terapi impotensi?

1. Konseling dan perubahan gaya hidup:

Pada sesi ini, dokter akan mewawancarai Anda mengenai aspek kesehatan, psikologis dan sosial secara mendalam. Jujurlah pada dokter dan pasangan Anda agar terapi yang diberikan dapat maksimal. Berbicara tentang ketakutan, kecemasan dan harapan Anda dapat membantu Anda untuk lebih rileks.

Jika kecemasan dan stres yang menjadi penyebab dasar impotensi, Anda tidak perlu mengonsumsi obat maupun menjalani tindakan operasi. Pada sesi ini, dokter akan merekomendasikan Anda untuk:

  • Selalu berpikir positif dan tidak fokus pada gangguan ereksi yang terjadi
  • Menghentikan kebiasaan merokok, jika Anda merokok
  • Menurunkan berat badan dengan diet seimbang
  • Meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga
  • Menghentikan konsumsi alkohol dan obat-obatan yang menyebabkan disfungsi erkesi
  • Meningkatkan komunikasi dengan pasangan seksual untuk membangun kepercayaan dan dukungan

2. Terapi perilaku dan sex therapy:

Ini adalah sesi lanjutan dari konseling yang dilakukan oleh dokter. Dokter akan merujuk Anda pada konselor seksual untuk menjalani terapi perilaku dan sex therapy. Fungsi terapi dalah ini untuk meredakan kecemmasan, stres, dan rasa bersalah yang berdampak pada aktivitas seksual Anda.

Pada sesi ini pun, Anda perlu melibatkan partner seksual agar iadapat memahami dan menerima kondisi yang terjadi. Sesi ini mengajarkan beberapa metode seperti membangun pikiran positif, teknik pernapasan maupun aktivitas seksual.

3. Pemberian obat-obatan:

Ada beberapa obat-obatan yang dapat mengatasi gangguan ereksi. Namun ingat, Anda tidak dapat membelinya tanpa resep dokter, karena dapat membahayakan kesehatan. Berikut ini jenis obat-obatan yang dimaksud.

a. Obat oral:

Obat oral yang biasa diberikan dokter adalah sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil. Keempatnya adalah golongan nitrit oxide, sebuah senyawa kimiawi alami yang dapat merelakskan otot pada penis, sehingga meningkatkan aliran darah ke penis dan membuat ereksi saat ada rangsangan seksual. Namun, obat ini sangat berbahaya bagi penderita penyakit jantung, penderita tekanan darah rendah serta orang yang mengonsumsi obat golongan nitrat (biasanya pada penderita angina pektoris) secara rutin. Hindari obat penambah hormon testosteron, trazodone (obat antidepresan yang belum terbukti khasiatnya), jamu-jamuan dan suplemen herbal yang tidak jelas kandungannya.

b. Obat suntikan dan suppositoria:

Jika obat oral tidak bekerja maksimal, dokter akan meresepkan obat suntik atau obat suppository. Obat suppository adalah obat yang dimasukkan ke dalam penis, dan disebut sebagai medicated urethral system for erections (MUSE). Kedua metode ini menggunakan obat alprostadil. Setelah menyuntikkan atau memasukkan obat ini, ereksi biasanya mulai terjadi dalam 10 menit, dan bertahan selama 30-60 menit.

c. Pengganti hormon:

Jika Anda terbukti memiliki kadar hormon testosteron yang rendah, dokter akan merekomendasikan hormon pengganti. Metode ini dapat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain.

3. Pump dan tindakan operasi:

Jika terapi obat-obatan tidak efektif, maka tindakan operasi atau penggunaan alat bantu dapat dipertimbangkan. Penis pump adalah sebuah tabung dengan baterai yang diletakkan di penis kemudian di pompa untuk menyedot udara di dalam tabung sehingga membuat ereksi. Sebanyak 80% pria mendapatkan manfaat dari penggunaan alat ini. Saat sudah ereksi, alat dapat dilepaskan selama berhubungan seksual. Bentuk dan jenis alat akan disesuaikan dengan anatomi pasien.

Sementara itu, tindakan operasi dilakukan dengan menempatkan implan buatan pada penis disertai dengan rekonstruksi pembuluh darah untuk mengurangi kebocoran vena. Ada 2 jenis implan yaitu malleable implants dan inflatable implants. Malleable implant tidak memengaruhi ukuran penis, sedangkan inflatable implant dapat meningkatkan ukuran dan panjang penis saat ereksi. Namun, implantasi direkomendasikan sebagai pilihan terakhir atau hanya pada beberapa kasus disfungsi ereksi yang berat.

Hasil apa yang didapatkan dari terapi impotensi?

Terapi impotensi bukanlah terapi tunggal. Terapi ini direkomendasikan dengan melihat permasalahan pada pasien secara menyeluruh, baik dari aspek fisik, emosional maupun sosial. Dengan terapi impotensi, Anda dapat mengalami ereksi secara normal dan mempertahankannya. Namun, hasil pada setiap orang bisa berbeda, tergantung penyebab dasar gangguan ereksi dan kedisiplinan rekomendasi dokter.

Apa risiko dari terapi impotensi?

Terapi impotensi harus direkomendasikan dokter ahli karena memiliki efek samping yang dapat membahayakan bahkan mengancam jiwa. Berikut ini adalah beberapa risiko atau efek samping dari terapi impotensi:

  • Terapi dengan obat-obatan oral: Sakit kepala, pandangan buram, tekanan darah rendah, nyeri perut, nyeri otot dan flushing
  • Terapi dengan obat-obatan suntik dan suppositoria: Perdarahan, nyeri, rasa terbakar pada penis, ereksi berkepanjangan (priapism) dan munculnya jaringan parut di lokasi penyuntikan
  • Pump untuk penis: memar
  • Implant surgery: infeksi
disfungsi ereksiimpotensidisfungsi seksual

WebMD. https://www.webmd.com/erectile-dysfunction/guide/erectile-dysfunction-treatment#1
Diakses pada 17 Mei 2020

American Urological Association. https://www.urologyhealth.org/urologic-conditions/erectile-dysfunction(ed)
Diakses pada 17 Mei 2020

Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/444220-treatment
Diakses pada 17 Mei 2020

Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/diagnosis-treatment/drc-20355782
Diakses pada 17 Mei 2020

Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10035-erectile-dysfunction/management-and-treatment
Diakses pada 17 Mei 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email