Ketidakseimbangan hormon estrogen dapat menimbulkan berbagai masalah pada wanita. Maka dari itu, tidak jarang wanita yang mengalami kondisi ini butuh terapi hormon estrogen.
Estrogen adalah hormon seks yang lebih dominan pada wanita. Hormon ini berfungsi membantu perkembangan tubuh dan pertahanan karakteristik wanita. Mulai dari perkembangan payudara, rambut kelamin maupun ketiak, pengaturan siklus menstruasi, hingga perkembangan sistem reproduksi.
Perlu diketahui bahwa terapi hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ERT) berbeda dengan terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy/HRT). HRT menggunakan kombinasi hormon estrogen dan progesteron. Sedangkan pada terapi hormon estrogen, yang digunakan hanyalah hormon estrogen.
Terapi hormon estrogen dianjurkan oleh dokter guna mengatasi kondisi-kondisi di bawah ini:
Tidak semua wanita yang mengalami gejala menopause termasuk kandidat yang cocok untuk menerima terapi hormon estrogen. Beberapa kelompok wanita berikut sebaiknya tidak menjalani terapi ini:
Tidak ada panduan spesifik mengenai seberapa sering seseorang harus menjalani terapi hormon estrogen. Dokter akan menentukan frekuensinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Anda.
Meski begitu, terapi ini umumnya hanya diberikan selama 3-5 tahun. Pengurangan dosis estrogen secara bertahap akan dibutuhkan bila terapi hormon estrogen dilakukan selama lebih dari periode tersebut.
Tidak terdapat persiapan khusus untuk menjalani terapi hormon estrogen. Namun pastikan Anda sudah berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu mengenai jenis terapi yang paling cocok untuk Anda.
Sebelum memberikan terapi hormon estrogen, dokter juga akan menilai status kesehatan Anda secara keseluruhan.
Terdapat berbagai jenis terapi hormon estrogen. Mulai dari pemberian pil untuk diminum, koyo atau patch, obat oles, serta obat yang langsung digunakan di vagina.
Terapi estrogen dalam bentuk pil merupakan cara paling umum dan praktis yang bisa diberikan oleh dokter. Salah satu contohnya adalah pil estrogen terkonjugasi dan estradiol. Kebanyakan pil ini diminum sekali sehari dalam keadaan perut kosong.
Untuk lebih jelasnya, ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan kapan waktu tepat untuk mengkonsumsi pil estrogen.
Estrogen ini diberikan dalam bentuk koyo (patch). Lokasi penempelan koyo umumnya pada area perut bagian bawah, yakni di bawah pinggang. Tapi Anda juga bisa menempelkannya di lengan atas.
Agar hasil terapi bisa memberikan hasil optimal, koyo estrogen harus diganti sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.
Bagian tubuh yang sudah ditempeli koyo juga sebaiknya tidak terkena matahari langsung. Paparan sinar mahatari bisa mempercepat pelepasan estrogen sehingga memicu kadar estrogen yang lebih tinggi.
Anda juga tidak disarankan untuk melakukan proses penggelapan kulit (tanning) maupun sauna selama memakai koyo estrogen.
Bentuk terapi hormon estrogen ini tersedia dalam krim dan semprotan. Keduanya bisa diaplikasikan pada kulit.
Estrogen jenis ini diaplikasikan langsung pada vagina. Bentuknya bisa berupa supositoria (obat dimasukkan ke liang vagina), cincin vagina, serta krim.
Secara spesifik, terapi yang langsung dipakai ke vagina ditujukan bagi wanita yang mengalami vagina kering, terasa gatal, dan muncul sensasi panas seperti terbakar. Namun terapi ini tidak dianjurkan untuk dijalani jangka panjang pada wanita yang masih dengan rahim yang masih utuh karena dapat meningkatkan risiko kanker rahim.
Wanita yang sedang menjalani terapi hormon estrogen dapat mengalami hal-hal di bawah ini:
Dokter akan memantau kondisi Anda selama tiga bulan pertama sejak terapi dimulai. Bila tidak ada efek samping yang berarti, dokter akan meneruskan terapi sesuai dosis awal.
Namun jika Anda mengalami beragam efek samping yang mengganggu rutinitas, dokter akan kembali menyesuaikan dosis terapi hormon estrogen berikutnya. Dengan ini, efek samping diharapkan bisa berkurang.
Terapi hormon estrogen memiliki risiko komplikasi tersendiri. Beberapa komplikasi tersebut meliputi:
WebMD. https://www.webmd.com/menopause/guide/which-type-of-estrogen-hormone-therapy-is-right-for-you#1
Diakses pada 24 Februari 2020
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/277177.php
Diakses pada 24 Februari 2020
NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25138681
Diakses pada 24 Februari 2020
NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9689198
Diakses pada 24 Februari 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/womens-health/benefits-of-estrogen
Diakses pada 24 Februari 2020
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menopause/in-depth/hormone-therapy/art-20046372
Diakses pada 24 Februari 2020