Rontgen leher (cervical) adalah jenis prosedur pencitraan yang digunakan untuk memeriksa kondisi tulang leher belakang. Tulang ini dikenal dengan istilah vertebra servikal dan terdiri dari tujuh tulang yang mengelilingi serta melindungi saraf tulang belakang leher.
Secara umum, rontgen menggunakan energi sinar elektromagnetik untuk menghasilkan gambar organ, tulang, dan jaringan dalam tubuh. X-ray melewati tubuh ke pelat khusus dan gambar rontgen akan dihasilkan. Pemeriksaan ini melibatkan radiasi dalam prosesnya.
Selain untuk memeriksa tulang belakang leher, rontgen leher juga dapat melihat keadaan struktur di sekitarnya. Misalnya, pita suara, tonsil, amandel, trakea (saluran napas), dan epiglotis (jaringan yang menutup trakea ketika seseorang menelan).
Rontgen leher dibutuhkan untuk mendeteksi kondisi-kondisi medis yang meliputi:
Pemeriksaan ini akan direkomendasikan bagi pasien dengan cedera atau nyeri leher, mengalami sensasi mati rasa yang menetap, atau kelemahan anggota gerak atas.
Leher merupakan bagian tubuh yang rentan mengalami cedera. Kondisi seperti jatuh, kecelakaan, atau cedera akibat olahraga dapat menyebabkan otot dan ligamen (jaringan penghubung antar tulang) bergeser keluar melebihi batas gerak normalnya.
Cedera otot dan ligamen tersebut bisa memicu dislokasi atau patah tulang leher yang kemudian dapat mencederai saraf tulang belakang leher.
Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum rontgen leher meliputi:
Pasien biasanya tidak perlu berpuasa sebelum menjalani pemeriksaan. Obat bius juga umumnya tidak digunakan.
Secara umum, prosedur rontgen leher (cervical) umumnya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan prosedur sebagai berikut:
Hasil rontgen leher berupa gambar hitam-putih organ-organ di area leher. Struktur yang padat seperti tulang tidak dapat ditembus oleh radiasi dan akan tampak berwarna putih.
Sedangkan jaringan lunak yang dapat dilewati oleh radiasi akan tampak berwarna abu-abu gelap. Jaringan lunak ini terdiri atas pembuluh darah, kulit, lemak, dan otot.
Dokter akan menganalisis hasil rontgen leher dan mencari tanda-tanda yang mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit tertentu. Hasil pemeriksaan kemudian akan didiskusikan bersama pasien. Demikian pula dengan rencana penanganan lebih lanjut.
Setelah rontgen leher, tidak ada perawatan khusus yang Anda perlukan. Dokter umumnya akan memberikan instruksi lain pascaprosedur sesuai dengan kondisi pasien.
Risiko rontgen leher adalah paparan sinar radiasi dalam jumlah rendah. Tetapi prosedur ini akan diatur dan dipantau sehingga kadar radiasi yang diperlukan untuk menghasilkan gambar akan sangat minim.
Meski begitu, ibu hamil dan anak-anak lebih sensitif terhadap risiko radiasi dari rontgen leher. Oleh sebab itu, dokter akan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya terlebih dulu.
Healthline. https://www.healthline.com/health/neck-x-ray
Diakses pada 4 Maret 2020
Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/xrays-of-the-spine-neck-or-back
Diakses pada 4 Maret 2020
Mount Sinai Health System. https://www.mountsinai.org/health-library/tests/neck-x-ray
Diakses pada 4 Maret 2020