Rapid test corona adalah salah satu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi virus Corona (COVID-19) dalam tubuh. Infeksi virus corona yang telah berkembang menjadi pandemi global ini dapat memicu sejumlah gejala, seperti batuk pilek, anosmia, dan sesak napas.
Yang dimaksud dengan rapid test corona di sini adalah rapid test antibodi, untuk memeriksa antibodi imunoglobulin. Disebut rapid test karena hasil pemeriksaannya yang dapat diketahui secara cepat (rapid) dibandingkan PCR test yang memakan waktu 24 jam.
Antibodi adalah protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan benda asing seperti bakteri atau virus, termasuk virus penyebab Covid-19. Jika di dalam tubuh terdeteksi antibodi lewat rapid test, ada kemungkinan Anda pernah terpapar virus SARS-CoV-2.
Prosedur rapid test untuk memeriksa antibodi terhadap virus Covid-19 menggunakan sampel darah. Ada dua jenis imunoglobulin yang diperiksa, antara lain:
Antibodi IgM dapat terbentuk di sekitar hari ketiga setelah terpapar dan dapat bertahan selama 3-4 bulan setelah infeksiSementara itu, IgG dapat terbentuk secara bersamaan atau menyusul 2-3 hari kemudian. Itu sebabnya, rapid test antibodi untuk mendeteksi virus penyebab Covid-19 efektif jika dilakukan pada tujuh hari setelah terpapar virus corona.
Melakukan rapid test antibodi terlalu cepat dapat membuat pemeriksaan menjadi tidak akurat dan menghasilkan negatif palsu. Sebab, tubuh membutuhkan waktu untuk menciptakan antibodi terhadap virus Covid-19 sejak pertama kali terpapar.
Selain itu, pemeriksaan rapid antibodi ini juga bisa salah mengenali antibodi lain di dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan positif palsu.
Rapid test awalnya dibutuhkan sebagai langkah awal yang bisa mengakomodasi kebutuhan skrining COVID-19 dalam jumlah banyak dan dalam waktu bersamaan. Akan tetapi, rapid test antibodi untuk Covid-19 kini tidak dianjurkan lagi untuk menetapkan seseorang positif Covid-19 atau tidak.
Kini rapid test antigen, yang mencari keberadaan protein dari badan virus, dianggap lebih akurat dibandingkan tes antibodi. Hingga saat ini, tes PCR masih menjadi standar utama untuk menentukan seseorang positif Covid-19 atau tidak.
Meski begitu, WHO menyatakan bahwa rapid test antibodi tetap bisa digunakan sebagai bagian dari penelitian.
Mengingat rapid test antibodi tidak lagi digunakan untuk mendiagnosis Covid-19, maka peruntukannya pun sedikit berubah.
Pada awal pandemi, saat alat tes masih sulit, kelompok orang berikut mungkin direkomendasikan melakukan tes antibodi:
Meski begitu, tes antibodi sekarang lebih sering digunakan untuk mendeteksi apakah tubuh telah membentuk antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 atau belum.
Selain itu, rapid test antibodi mungkin saja digunakan di daerah yang tidak memungkinkan atau tidak tersedia rapid antigen atau PCR.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, pasien dalam pengawasan (PDP) dengan hasil rapid tes reaktif perlu dianjurkan ke rumah sakit rujukan COVID-19 guna menjalani pemeriksaan PCR.
Kini, banyak fasilitas kesehatan, baik itu rumah sakit, klinik, ataupun laboratorium yang menyediakan prosedur rapid test corona. Harganya pun cukup beragam tergantung dengan paket yang ditawarkan oleh fasilitas kesehatan.
Rata-rata harga rapid test corona yang terpantau saat ini ada di kisaran Rp50.000-Rp150.000. Biasanya, tes ini dilakukan bersamaan dengan beberapa tes lainnya, seperti rontgen thorax dan tes darah.
Beberapa fasilitas kesehatan mungkin memiliki harga yang lebih rendah atau tinggi dari angka yang telah disebutkan. Namun selalu pastikan untuk memilih fasilitas kesehatan yang terpercaya.
Pada tes cepat antibodi, sampel yang digunakan adalah darah pasien. Prosedur pengambilan darah ini meliputi:
Selain dengan cara tersebut, pengambilan darah juga dapat dilakukan dengan menusukkan jarum di ujung jari pasien. Prosesnya mirip dengan tes golongan darah.
Darah yang keluar dari penusukan berupa darah kapiler dan akan diteteskan pada alat rapid test. Hasilnya akan keluar dalam waktu beberapa menit.
Hasil rapid test antibodi akan berupa reaktif atau tidak reaktif. Berikut penjelasannya:
Hasil rapid test reaktif menandakan salah satu atau kedua antibodi (IgM atau IgG) telah terbentuk. Ini menandakan bahwa pasien pernah atau masih mengalami infeksi tertentu.
Hasil IgM positif berarti menunjukkan Anda mungkin terinfeksi Covid-19. Akan tetapi, petugas kesehatan juga akan memperhatikan gejala yang muncul. Sementara itu, jika hasil IgG positif, dapat disimpulkan bahwa Anda sudah pernah terinfeksi dan telah terbentuk kekebalan tubuh.
Jangan langsung panik jika hasil tes Anda positif. Pasalnya, antibodi yang diperiksa pada rapid test ini bisa saja muncul karena virus corona jenis lain dan bukan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Biasanya, dokter akan langsung merujuk Anda untuk melakukan swab test (tes usap), yakni PCR, untuk memastikan hasil positif akibat COVID-19 atau bukan.
Hasil deteksi antibodi dikatakan non-reaktif bila kedua antibodi IgG dan IgM tidak terdeteksi. Ini berarti, pasien tidak sedang (atau mungkin belum pernah) mengalami infeksi.
Hasil rapid test negatif perlu diulang sekali lagi pada 7-10 hari setelahnya. Anda juga disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah meski merasa sehat.
Hasil pemeriksaan rapid test antibodi Covid-19 rentan menghasilkan negatif palsu. Ini artinya, tes menunjukkan hasil negatif, padahal sebenarnya antibodi di dalam tubuh sudah terbentuk. Artinya, Anda mungkin pernah terinfeksi Covid-19.
Hasil negatif palsu bisa terjadi karena waktu pemeriksaan yang terlalu cepat atau mungkin terlalu lama. Pasalnya, antibodi IgG dan IgM tidak langsung terbentuk saat itu juga begitu Anda terinfeksi. Butuh waktu sekitar tujuh hari sampai antibodi muncul.
Jadi jika Anda baru terpapar virus kemarin dan melakukan rapid test hari ini, hasil tes kemungkinan akan negatif karena antibodi belum terbentuk. Pada kondisi seperti ini, rapid test ulang perlu dilakukan pada tujuh hari kemudian.
Rapid test corona tergolong aman untuk dilakukan. Namun sama seperti pengambilan sampel darah pada umumnya, efek samping ringan seperti memar dan nyeri pada lokasi penyuntikan bisa terjadi.
WHO. https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/risk-comms-updates/update-34-immunity-2nd.pdf?sfvrsn=8a488cb6_2
Diakses pada 27 Oktober 2021
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. https://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Februari/SE%20Satgas%20No.%207%20Tahun%202021%20tentang%20Perjalanan%20Dalam%20Negeri_compressed.pdf
Diakses pada 27 Oktober 2021
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200318/2833430/kemenkes-mulai-kaji-metode-pemeriksaan-spesimen-darah-corona/
Diakses pada 20 April 2020
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/apa-yang-harus-dilakukan-jika-hasil-rapid-tes-covid-19-positif
Diakses pada 20 April 2020
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. https://covid19.idionline.org/wp-content/uploads/2020/04/18.-PATKLIN-Rapid-test.pdf
Diakses pada 20 April 2020
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. https://www.pdspatklin.or.id/post/alur-px-rapid-test-covid-19-pds-patklin
Diakses pada 27 Oktober 2021
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/immunoglobulin-test#1
Diakses pada 27 Oktober 2021
WHO. https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/advice-on-the-use-of-point-of-care-immunodiagnostic-tests-for-covid-19
Diakses pada 27 Oktober 2021