Tacrolimus atau FK506 termasuk imunosupresan, yakni obat penekan sistem kekebalan tubuh. Obat ini yang diberikan pada pasien setelah menjalani transplantasi organ, seperti ginjal, hati, atau jantung.
Obat tacrolimus dapat diberikan dengan cara diminum atau disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena.
Normalnya, sistem imun manusia akan mengenali organ transplantasi dari pendonor sebagai benda asing dan menyerangnya. Kondisi ini disebt reaksi penolakan atau rejeksi.
Tacrolimus akan membatasi sistem kekebalan tubuh dengan menghambat kerja salah satu jenis sel imun bernama limfosit T. Obat ini akan mencegah terjadinya reaksi penolakan dari tubuh penerima donor terhadap organ pendonor yang telah dicangkok ke dalam tubuhnya.
Selama menggunakan tacrolimus, kadar tacrolimus dalam darah pasien perlu dipantau oleh dokter. Langkah ini dilakukan melalui tes darah.
Pemeriksaan tacrolimus adalah tes darah yang dilakukan untuk mengukur kadar obat ini di dalam darah penerima donor.
Kadar obat tacrolimus dalam darah perlu dijaga selama penggunaannya. Langkah ini dilakukan agar penerima donor tidak mengalami komplikasi tertentu.
Bila kadar tacrolimus terlalu rendah dalam darah, reaksi penolakan organ transplantasi dapat terjadi. Sementara ketika kadarnya terlalu tinggi, pasien bisa mengalami gejala toksisitas atau keracunan obat.
Pemeriksaan tacrolimus umumnya dilakukan pada:
Dokter umumnya mengganjurkan tes tacrolimus setiap hari guna mengatur dosis obat yang sesuai. Ketika dosis obat sudah ditentukan, tes tacrolimus bisa dijalani oleh pasien dengan frekuensi yang lebih jarang.
Pemeriksaan tacrolimus juga dilakukan saat dosis obat diubah atau pasien mengalami gejala yang mengindikasikan adanya efek samping, toksisitas (keracunan), ataupun reaksi penolakan organ. Gejala-gejala ini meliputi:
Oleh karena itu, pemantauan kadar tacrolimus perlu dilakukan secara berkala selama obat dikonsumsi oleh penerima donor.
Obat tacrolimus biasanya dikonsumsi dua kali sehari, sebelum atau sesudah makan. Setelah obat ini dikonsumsi, kadarnya dalam darah akan mencapai puncaknya pada 2-3 jam kemudian menurun secara perlahan-lahan.
Pemeriksaan tacrolimus dilakukan ketika kadar obat dalam darah paling rendah, yakni pada 12 jam setelah atau sesaat sebelum konsumsi obat.
Pemeriksaan tacrolimus melibatkan pengambilan sampel darah dari pasien. Berikut prosedurnya:
Proses pengambilan darah biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Hasil pemeriksaan tacrolimus akan ditunjukkan dalam satuan nanogram per mililiter (ng/mL). Angka normal pemeriksaan ini adalah 5-15 ng/mL.
Akan tetapi, hasil tes tacrolimus bisa bervariasi. Hal ini tergantung pada jenis transplantasi, imunosupresan lain yang dikonsumsi, protokol medis yang digunakan, dan durasi pascatransplantasi.
Kadar tacrolimus yang lebih tinggi dari normal akan meningkatkan risiko toksisitas, termasuk kerusakan ginjal dan saraf. Sementara itu, kadarnya yang lebih rendah dapat menyebabkan reaksi penolakan terhadap organ transplantasi.
Efek samping obat tacrolimus dapat dialami oleh pasien, berapapun dosis obat yang ada digunakan. Namun dampak ini cenderung lebih berat pada kadar tacrolimus yang tinggi.
Hasil pemeriksaan tacrolimus akan dinilai oleh dokter dengan mempertimbangkan kondisi dan gejala yang menandakan reaksi penolakan atau keracunan obat. Dokter kemudian menyesuaikan dosisnya berdasarkan hasil tes ini.
Tidak ada hal khusus yang perlu diperhatikan setelah pemeriksaan tacrolimus. Pasien biasanya dapat pulang atau kembali beraktivitas.
Pemeriksaan tacrolimus dilakukan dengan pengambilan sampel darah yang tergolong aman. Namun kemungkinan komplikasi tetap ada dan bisa berupa:
Lab Tests Online. https://labtestsonline.org/tests/tacrolimus
Diakses pada 13 Juni 2020
Mayo Clinic Laboratories. https://www.mayocliniclabs.com/test-catalog/Clinical+and+Interpretive/35145
Diakses pada 13 Juni 2020