Pemeriksaan hepatitis adalah tes yang dilakukan untuk mengecek ada tidaknya infeksi virus hepatitis di tubuh. Pada diagnosis tahap awal, dokter akan menanyakan seluruh gejala yang dialami oleh pasien dan mengecek kondisi pasien. Ketika mencurigai adanya infeksi virus hepatitis, dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani tes darah.
Seringkali, pemeriksaan pencitraan lebih lanjut juga diperlukan. Misalnya, ultrasonografi (USG) dan biopsi hati.
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis. Karena virus penyebabnya berbeda-beda, penyakit hepatitis dikelompokkan ke dalam lima jenis berikut:
Hepatitis A bersifat menular, namun biasanya tidak berlangsung lama dan tidak menimbulkan komplikasi. Virus hepatitis A dapat ditularkan dari makanan atau minuman yang terlah terkontaminasi oleh tinja penderita penyakit ini.
Infeksi virus hepatitis A biasanya akan sembuh dalam kurun waktu dua bulan dan dapat dicegah dengan imunisasi.
Meskipun hepatitis B dapat menyebabkan kerusakan hati jangka panjang, kebanyakan penderita anak-anak dan dewasa bisa sembuh dalam waktu enam bulan.
Virus ini bisa menular lewat hubungan seks, jarum suntik, dan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari penderita. Pengidap yang sedang hamil juga dapat menularkannya pada bayinya ketika persalinan.
Hepatitis C tergolong infeksi jangka panjang dan sering tidak bergejala. Penyakit ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan luka pada hati atau sirosis.
Sampai sekarang, belum ada vaksin yang dapat mencegah hepatitis C. Virus penyebabnya bisa menular melalui jarum suntik, transfusi darah, serta kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari penderita. Meski jarang terjadi, hubungan seksual bisa menjadi sarana penyebarannya.
Penyakit ini diderita oleh pasien yang telah terinfeksi hepatitis B. Infeksi virus hepatitis D menyebabkan infeksi hepatitis B makin parah, dan dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau ibu hamil pada bayinya saat bersalin.
Seperti hepatitis A, penyakit ini biasanya menyebar lewat makanan atau minuman yang sudah tercemar oleh virus hepatitis E.
Pemeriksaan hepatitis dibutuhkan untuk memastikan diagnosis pasien. Ketika terjadi hepatitis dan peradangan hati, fungsi organ tersebut akan terganggu dan bisa membahayakan penderita.
Pasien dengan gejala infeksi virus hepatitis dan memiliki faktor risiko perlu melakukan pemeriksaan ini. Gejala hepatitis umumnya sama pada semua jenisnya dan meliputi:
Pasien dengan hepatitis A atau B juga dapat mengalami nyeri sendi.
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum prosedur pemeriksaan hepatitis.
Untuk mendeteksi dan mendiagnosis hepatitis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
Pemeriksaan hepatitis yang paling sering dilakukan adalah tes antibodi virus hepatitis. Pada pemeriksaan ini, sampel darah pasien akan diperiksa untuk mendeteksi antigen dan antibodi hepatitis yang ada dalam darah.
Antigen merupakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, misalnya bakteri, virus, atau jamur. Sedangkan antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh sebagai respons terhadap antigen.
Antibodi akan mengikat antigen agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. Tes darah hepatitis dilakukan untuk mendeteksi adanya antigen dan antibodi terhadap masing-masing jenis virus hepatitis.
Berikut tahapan yang perlu dilalui saat pemeriksaan antibodi virus hepatitis:
Proses pengambilan darah tersebut biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Tes fungsi hati juga dilakukan dengan pengambilan sampel darah. Namun, hal yang diamati berbeda dari tes antibodi virus hepatitis. Pada tes fungsi hati, kadar enzim yang lebih tinggi dari normal mengindikasikan adanya gangguan fungsi hati maupun kerusakan organ.
USG atau ultrasonografi adalah pemeriksaan untuk melihat organ dalam di area perut. Dengan melakukan pemeriksaan ini, dokter dapat melihat lebih detail kondisi liver pasien. Beberapa kelainan hati yang bisa terdeteksi lewat pemeriksaan USG perut antara lain:
Biopsi hati adalah pengambilan sampel jaringan hati untuk melihat kelainan yang terjadi pada organ tersebut. Pemeriksaan ini bisa dilakukan menggunakan jarum yang dimasukkan melalui kulit, sehingga pasien tidak perlu menjalani operasi pembedahan.
Dengan melakukan biopsi, dokter dapat melihat bagaimana infeksi hepatitis yang terjadi memengaruhi kondisi hati pasien.
Hasil pemeriksaan hepatitis lewat metode tes antibodi umumnya terdiri atas hasil positif dan negatif. Interpretasinya tergantung pada jenis virus hepatitis berikut:
Hasil pemeriksaan dilihat berdasarkan deteksi antibodi terhadap virus hepatitis A dalam darah.
Hasil positif menandakan pasien sudah terinfeksi, sedang terinfeksi, atau pernah menjalani vaksinasi, sehingga kebal terhadap infeksi. Sementara hasil negatif mengindikasikan bahwa pasien belum pernah terinfeksi atau menerima vaksin hepatitis A.
Keberadaan antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) menandakan pasien terinfeksi dan dapat menularkannya ke orang lain. Jika ditemukan core antibody virus hepatitis B, berarti pasien pernah terinfeksi penyakit ini.
Sementara keberadaan antibodi permukaan virus hepatitis B menandakan bahwa tubuh pasien memiliki perlindungan terhadap virus hepatitis B. Misalnya, pada orang yang sudah sembuh total dari penyakit ini atau pernah menerima vaksin hepatitis B.
Untuk lebih jelasnya, hasil tes penyakit hepatitis B berbeda pada jenis akut dan kronis. Pada jenis akut, hasilnya berupa HBsAg positif, anti-HBc positif, IgM anti-HBc positif, dan anti-HBs negatif.
Sedangkan pada hepatitis B kronis, hasilnya meliputi HbsAg positif, anti-HBc positif, IgM anti-HBc negatif, dan anti-HBs negatif.
Hasil positif menandakan pasien sudah atau sedang mengalami infeksi kronis hepatitis C. Sementara hasil negatif akan mengindikasikan bahwa pasien belum pernah terinfeksi atau antibodinya belum terbentuk karena baru saja megalami infeksi.
Pemeriksaan ulang perlu dilakukan dalam enam bulan kemudian guna memastikan diagnosis infeksi hepatitis C.
Pada hepatitis D dan E, dokter juga akan melihat keberadaan antibodi maupun antigen virus dalam sampel darah. Untuk pemeriksaan hepatitis D, dokter juga akan melakukan tes hepatitis B guna memastikan infeksi ini bersifat akut, kronis, atau superinfeksi.
Dokter bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan diagnosis penyakit hepatitis. Bila pasien terdiagnosis mengidap hepatitis, dokter akan memberikan penanganan yang sesuai dengan jenis hepatitis yang dideritanya.
Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah pengambilan darah untuk pemeriksaan hepatitis. Pasien umumnya bisa pulang atau kembali beraktivitas seperti biasa.
Proses pengambilan darah memiliki efek samping yang sangat kecil. Pasien mungkin mengalami nyeri ringan atau memar pada lokasi pengambilan darah. Tetapi gejala ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Medline Plus. https://medlineplus.gov/hepatitistesting.html
Diakses pada 16 Mei 2020
WebMD. https://www.webmd.com/hepatitis/understanding-hepatitis-treatment#1
Diakses pada 16 Mei 2020
Lab Test Online. https://labtestsonline.org/conditions/hepatitis
Diakses pada 16 Mei 2020
Hepatitis Victoria. https://www.hepvic.org.au/page/24/viral-hepatitis-testing
Diakses pada 16 Mei 2020
NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92029/
Diakses pada 16 Mei 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/hepatitis
Diakses pada 26 Februari 2021