Pemeriksaan BTA adalah tes yang dapat mendeteksi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab TBC. Bakteri ini mampu bertahan hidup di lingkungan yang asam. Itu sebabnya, pemeriksaan ini disebut dengan pemeriksaan BTA (basil/bakteri tahan asam). Selain bakteri TBC, pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi keberadaan bakteri penyebab lepra atau kusta.
Tes ini merupakan pemeriksaan utama mendiagnosis TBC. Umumnya, sampel yang digunakan dalam tes BTA menggunakan dahak (sputum). Namun, bisa juga memakai sampel darah, tinja, urine, atau sumsum tulang jika TB terjadi di luar paru-paru (TB ekstra paru).
Dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan BTA jika pasien telah mengalami gejala TBC dalam jangka waktu yang cukup lama (3 minggu lebih).
Selain itu, orang dengan kondisi berikut juga biasanya disarankan melakukan pemeriksaan dahak untuk TBC:
Pada hari pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk tidak makan atau minum sebelum tes berlangsung. Pasien dapat menyikat gigi sebelum pemeriksaan, akan tetapi tidak diperbolehkan menggunakan obat kumur antiseptik (mouthwash).
Pemeriksaan bakteri tahan asam secara umum terdiri dari proses pengumpulan sampel hingga analisis sampel. Berikut penjelasannya:
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan dengan mengumpulkan 3 sampel dahak yang diambil secara berurutan dalam dua hari kunjungan. Sampel tersebut dinamakan sampel SPS (sewaktu-pagi-sewaktu).
Pengambilan sampel dahak untuk pemeriksaan TBC dilakukan dengan cara:
Dahak yang diambil haruslah lendir kental, keruh, dan lengket yang dikeluarkan dari paru-paru. Bukan dari hidung atau air liur dari mulut. Ada beberapa metode pengambilan dahak yang bisa Anda lakukan:
Sampel yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis di laboratorium. Ada dua jenis pemeriksaan dahak dalam tes BTA, antara lain:
Akan tetapi, dibutuhkan 6-8 minggu untuk menumbuhkan bakteri dalam jumlah yang cukup agar dapat mendeteksi infeksi.
Hasil BTA negatif artinya pasien tidak mengidap TB aktif dan gejala yang dirasakan mungkin disebabkan oleh kondisi lain.
Akan tetapi, hasil negatif juga bisa didapatkan bila jumlah jumlah bakteri dalam dahak terlalu sedikit. Setelah hasil pemeriksaan BTA dinyatakan negatif, dokter akan meresepkan obat antibiotik non-OAT(obat antituberkulosis).
Jika gejala pasien mereda dan hilang, dapat dipastikan pasien tidak terinfeksi TB. Namun, jika gejala tidak juga membaik, dokter akan melakukan kembali pemeriksaan sputum BTA yang disertai dengan rontgen thorax.
Apabila ketiga sampel dahak pada pemeriksaan sputum BTA menunjukkan hasil positif, artinya, terdapat bakteri pada dahak Anda. Maka, pasien dapat dinyatakan menderita infeksi TB. Hasil kultur BTA tetap diperlukan untuk memastikan hasil tersebut.
Kultur bakteri dapat mengidentifikasi jenis infeksi yang dimiliki. Selain itu, apabila hanya salah satu sampel yang menyatakan hasil positif, dokter juga akan melakukan rontgen toraks pada pasien untuk memastikan diagnosis.
Setelah menjalani tes BTA, dokter mungkin saja melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan, antara lain:
Rontgen dada adalah suatu pemeriksaan pencitraan untuk melihat paru-paru dengan menggunakan sinar-X (X-ray). Paru-paru yang terinfeksi tuberkulosis akan menunjukkan tanda-tanda abnormal seperti adanya infiltrat (dahak), fibrosis (jaringan parut), kalsifikasi, kavitas, dan efusi pleura.
Setelah pasien didiagnosis menderita TBC, dokter akan melakukan tes resistensi terhadap antibiotik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu dokter menentukan antibiotik mana yang akan memberikan pengobatan paling efektif.
Setelah Anda dinyatakan benar mengalami tuberkulosis, dokter akan menganjurkan Anda untuk patuh untuk taat aturan minum obat TBC selama minimal 6 bulan
Pemeriksaan bakteri tahan asam termasuk prosedur yang aman dan minim risiko. Efek samping dari tes ini mungkin muncul saat proses pengumpulan dahak, misalnya iritasi pada tenggorokan atau sensasi pusing saat batuk kencang.
Sementara itu pengumpulan dahak dengan metode bronkoskopi dapat menimbulkan efek samping berupa:
Meski begitu, efek samping pengambilan dahak dengan bronkoskopi sangat jarang untuk terjadi.
Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (Tb) Menteri Kesehatan Republik Indonesia. https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk3642009.pdf
Diakses pada 3 November 2021
National Center for Biotechnology Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537121/
Diakses pada 3 November 2021
Guidance for National Tuberculosis Programmes on the Management of Tuberculosis in Children. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK214438/
Diakses pada 3 November 2021
Minnesota Department of Health. https://www.health.state.mn.us/diseases/tb/basics/factsheets/sputum.html
Diakses pada 3 November 2021
Medline Plus. https://medlineplus.gov/lab-tests/acid-fast-bacillus-afb-tests/
Diakses pada 3 November 2021
Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/972708-overview#a6
University of Rochester Medical Center Rochester. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=167&contentid=acid_fast_bacteria_culture
Diakses pada 3 November 2021
Francis J. Curry National Tuberculosis Center. https://www.currytbcenter.ucsf.edu/sites/default/files/ga_patient_prep.pdf
Diakses pada 3 November 2021
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1582
Diakses pada 3 November 2021
Lab Tests Online. https://labtestsonline.org/tests/acid-fast-bacillus-afb-testing
Diakses pada 3 November 2021
CDC. https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/diagnosis.htm
Diakses pada 3 November 2021