Pemeriksaan bayi baru lahir adalah pemeriksaan fisik dan tes darah sederhana yang dilakukan untuk mendeteksi gangguan medis pada bayi baru lahir (neonatus). Seorang bayi disebut neonatus sampai umurnya berusia 28 hari. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat mendiagnosis kelainan pada bayi dan memulai pengobatan sejak dini.
Prosedur yang juga disebut skrining bayi baru lahir umumnya meliputi pemeriksaan fisik, skrining pendengaran, dan tes darah. Dengan mendeteksi dan melakukan penanganan dini terhadap kelainan medis yang muncul, tumbuh kembang bayi dapat berjalan secara optimal.
Skrining neonatal juga memiliki jenis pemeriksaan yang dilaksanakan secara rutin maupun tipe yang hanya dilakukan pada kondisi khusus.
Pemeriksaan bayi baru lahir bertujuan mendeteksi ada tidaknya kelainan medis pada bayi yang hadir ke dunia.
Sebagian besar bayi tergolong sehat dan tidak memiliki kondisi medis tertentu. Namun bagi bayi dengan gangguan medis, tes ini memiliki manfaat yang sangat besar. Deteksi dan terapi dini dapat mencegah disabilitas dan bahkan kematian.
Skrining bayi baru lahir termasuk pemeriksaan yang mudah dan cepat dilaksanakan, serta tidak akan membahayakan Si Kecil.
Pemeriksaaan bayi baru lahir dilakukan dalam 48-72 jam pertama setelah bayi lahir ke dunia.
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan ini. Skrining neonatus umumnya dilaksanakan segera setelah bayi lahir.
Prosedur ini meliputi beberapa jenis pemeriksaan di bawah ini:
Sebelum prosedur, pakaian bayi akan dibuka untuk memudahkan pemeriksaan. Langkah ini meliputi:
Dokter akan memeriksa tampilan dan pergerakan bola mata bayi dengan senter khusus. Dokter dapat mendeteksi ada tidaknya katarak dan gangguan mata lainnya.
Meski begitu, pemeriksaan mata pada bayi baru lahir ini tidak dapat mendeteksi seberapa baik penglihatan bayi.
Dokter akan memeriksa detak dan suara jantung bayi melalui stetoskop. Pada beberapa kasus, bunyi jantung tambahan (murmur) dapat dideteksi karena adanya gangguan aliran darah pada jantung.
Murmur umum ditemukan pada bayi. Namun delapan dari 1.000 bayi yang mengalami kondisi ini, memiliki penyakit jantung bawaan yang perlu ditangani.
Beberapa bayi baru lahir mungkin saja memiliki sendi panggul yang tidak terbentuk dengan baik. Kondisi ini dikenal dengan nama developmental dysplasia of the hip (DDH).
Bila tidak ditangani, DDH dapat menyebabkan kelainan sendi serta gangguan berjalan di kemudian hari.
Pada bayi laki-laki yang baru lahir, dokter akan memastikan testis berada pada tempatnya, yakni di dalam skrotum (kantong testis).
Testis yang tidak turun ke skrotum (kriptorkismus) perlu ditangani untuk mencegah masalah kesuburan di kemudian hari.
Skrining pendengaran akan dilakukan segera setelah bayi lahir. Pemeriksaan ini hanya menunjukkan ada tidaknya respons terhadap rangsangan suara dengan intensitas tertentu, dan tidak mengukur tingkat gangguan pendengaran maupun membedakan jenis tuli
Alat yang digunakan pada skrining pendengaran bayi adalah otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem response (AABR).
Pada pemeriksaan ini, tenaga medis akan mengambil sampel darah dari tumit bayi pada 1-2 hari pertama setelah bayi lahir. Darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.
Bila sampel darah diambil saat usia bayi kurang dari 24 jam, tes ulang akan dilakukan pada 1-2 minggu setelahnya.
Tes darah diperlukan untuk skrining hipotiroid kongenital atau bawaan. Hipotiroidisme adalah kondisi medis yang ditandai dengan rendahnya hormon tiroid di dalam darah. Hipotiroidisme kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi mental yang berat.
Skrining hipotiroid dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam. Sedikit sampel darah bayi akan diteteskan di atas kertas saring khusus. Setelah bercak darah mengering, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar hormon TSH.
Selain itu, tes darah bertujuan mendeteksi berbagai jenis kelainan medis yang berupa:
Retinopathy of prematurity (ROP) sering terjadi pada bayi prematur dan merupakan salah satu penyebab kebutaan bayi serta anak di dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh karena itu, skrining pada bayi prematur untuk mendeteksi ROP akan dilakukan oleh dokter. Dengan begitu, penanganan yang sesuai dapat diberikan guna mencegah kebutaan.
Hasil pemeriksaan fisik dan skrining pendengaran segera diketahui setelah pemeriksaan. Sementara hasil tes darah mungkin butuh waktu lebih lama, yakni sekitar beberapa hari.
Hasil pemeriksaan bayi baru lahir dapat berupa hasil yang normal (bayi sehat) atau tidak normal.
Hasil yang abnormal tidak selalu berarti bayi memiliki kelainan medis. Dokter akan melakukan sederet tes lanjutan guna memastikan atau menyingkirkan diagnosis.
Bila hasil pemeriksaan bayi baru lahir menunjukkan adanya kelainan medis, dokter akan merujuk bayi ke dokter spesialis anak. Dengan ini, tes lanjutan bisa dilakukan, begitu juga pengobatan yang diperlukan.
Penanganan kelainan medis akan dilakukan sedini mungkin. Langkah ini bisa meliputi pemberian obat-obatan maupun suplemen, penerapan pola makan khusus, serta pemantauan medis secara ketat.
Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah pemeriksaan ini. Orang tua bisa langsung membawa buah hati pulang sesudahnya.
Pemeriksaan fisik dan skrining pendengaran bayi baru lahir tidak memiliki risiko apapun. Sedangkan pengambilan sampel darah mungkin terasa sakit sehingga bayi bisa menangis, namun prosedur ini akan dilakukan dengan cepat oleh dokter.
NHS. https://www.nhs.uk/conditions/baby/newborn-screening/overview/
Diakses pada 22 April 2021
NHS. https://www.nhs.uk/conditions/baby/newborn-screening/physical-examination/
Diakses pada 22 April 2021
Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/newborn-screening-tests.html
Diakses pada 22 April 2021
IDAI. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/%E2%80%9Cskrining%E2%80%9D-pada-bayi-baru-lahir-untuk-diketahui-oleh-orangtua
Diakses pada 22 April 2021
Raising Children Network. https://raisingchildren.net.au/newborns/health-daily-care/health-concerns/newborn-screening
Diakses pada 22 April 2021