Pembekuan sel telur, alias egg freezing, adalah salah satu metode untuk memperpanjang masa subur wanita. Artinya, melalui prosedur ini, seorang wanita masih mungkin hamil sekalipun dirinya sudah tidak menghasilkan sel telur lagi karena usia.
Bagaimana pembekuan sel telur dilakukan? Siapa saja yang bisa melakukannya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Melansir dari Mayo Clinic, pembekuan sel telur (egg freezing) adalah metode menyimpan sel telur dengan cara dibekukan, agar seorang wanita masih dapat memiliki keturunan di masa yang akan datang, sekalipun tubuhnya tak lagi memproduksi sel telur (ovum). Secara medis, prosedur ini dikenal dengan oocyte cryopreservation.
Lewat prosedur ini, sel telur yang sudah matang diambil dan disimpan untuk keperluan mendatang. Sel telur beku ini nantinya dapat dicairkan kembali ketika sudah ingin digunakan dan dipertemukan dengan sperma di laboratorium.
Pembekuan sel telur bisa menjadi salah satu rangkaian program bayi tabung. Namun, tidak semua orang yang menjalani program bayi tabung membutuhkan pembekuan sel telur. Sebab, dalam proses bayi tabung, sel telur langsung digunakan dan dipertemukan dengan sel sperma.
Tujuan pembekuan sel telur adalah memberikan kesempatan seorang wanita dan pasangannya dapat mengalami kehamilan dan memiliki anak di masa depan.
Prosedur ini menjadi salah satu opsi bagi seorang perempuan yang belum siap atau belum bisa hamil saat ini, tapi ingin memiliki anak di masa depan.
Seiring berjalannya usia, tingkat kesuburan wanita akan mengalami penurunan. Biasanya, memasuki usia 30, kesuburan wanita dan kemungkinan hamilnya akan mulai menurun.
Memasuki usia 45 tahun, merencanakan kehamilan secara alami akan semakin sulit bagi wanita. Apalagi, pada usia ini, beberapa wanita juga akan mulai mengalami masa peralihan dari subur ke pre-menopause.
Untuk mengatasi masalah itulah, egg freezing dilakukan. Pengambilan sel telur biasanya akan dilakukan saat usia produktif dan sel telur masih baik.
Dokter mungkin juga akan menganjurkan Anda minum beberapa obat-obatan untuk mematangkan sel telur agar berhasil mengambil ovum yang paling optimal.
BACA JUGA: Terapi Program Hamil yang Efektif Tangani Infertilitas, Apa Saja?
Setiap wanita yang masih mengaktifkan sel telur bisa melakukan prosedur oocyte cryopreservation.
Selain masalah kesiapan mental untuk hamil, ada beberapa kondisi kesehatan yang bisa jadi pertimbangan untuk menjalani prosedur ini, yaitu:
Beberapa wanita juga melakukan egg freezing pada usia yang lebih muda dengan alasan untuk mendapatkan sel telur yang lebih muda. Pasalnya, perempuan yang lebih mudah memiliki tingkat kesuksesan lebih tinggi untuk mendapatkan sel telur yang berkualitas baik secara optimal.
Sebelum menjalani prosedur ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yang berhubungan dengan kesuburan, seperti melihat siklus menstruasi, jumlah sel telur yang dihasilkan, hingga, melihat kadar hormon di dalam darah.
Normalnya, seorang wanita melepaskan satu sel telur matang setiap bulannya. Akan tetapi, biasanya dokter akan berusaha merangsang produksi sel telur supaya jadi lebih banyak untuk dibekukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan.
Semakin banyak sel telur yang bisa dibekukan, semakin tinggi pula peluang untuk hamil.
Secara umum, beberapa hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pembekuan sel telur, antara lain:
Terapi hormon untuk memperbanyak sel telur biasanya dilakukan lewat injeksi hormon sebanyak 1-3 kali sehari. Suntik hormon ini dapat dilakukan secara mandiri di rumah.
Selain suntik hormon, kebanyakan wanita juga diminta untuk mengonsumsi pil kontrasepsi selama sebulan sebelum menerima suntikan hormon.
Pembekuan sel telur mirip dengan pembekuan embrio. Bedanya, sel telur tidak dipertemukan dengan sperma terlebih dulu.
Untuk membekukan sel telur, pertama dokter akan terlebih dulu mengambil sel telur yang sudah matang. Prosedur ini dinamakan ovum pick-up dan menggunakan bius total.
Dokter akan membuat sayatan kecil di bagian perut untuk memasukkan jarum aspirasi. Jarum ini nantinya akan mengambil sel telur yang telah matang. Dokter akan menggunakan ultrasonografi untuk menuntun jarum menemukan sel telur yang telah matang
Segera setelah ovum berhasil diambil, dokter akan menyuntikkan cairan khusus terlebih dulu sebelum dibekukan. Cairan ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya kristal es pada ovum jika dibekukan sesegera mungkin.
Terbentuknya kristal es dapat merusak sel telur yang sudah diambil. Setelah itu, sel telur akan disimpan di lab pada suhu di bawah 0 derajat Celcius untuk digunakan di masa yang akan datang.
Setelah pengambilan sel telur untuk dibekukan, Anda mungkin akan mengalami kram perut. Anda juga mungkin mengalami begah dan perut terasa penuh beberapa hari setelah proses pengambilan sel telur.
Akan tetapi, secara umum, Anda sudah bisa beraktivitas normal setelah prosedur.
BACA JUGA: Mengenal Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung, Apa Bedanya dengan Kloning?
Sama halnya dengan prosedur medis lainnya, egg freezing juga berisiko menimbulkan beberapa efek samping, walaupun cenderung jarang terjadi. Risiko efek samping yang dialami mirip dengan efek samping prosedur IVF.
Beberapa risiko efek samping yang mungkin muncul, antara lain:
Umumnya, biaya pembekuan sel telur mirip dengan biaya IVF karena prosedurnya yang serupa. Menurut laman Fakultas Kedokteran UGM yang dikutip dari CNN Indonesia, rata-rata biaya yang diperlukan untuk satu kali siklus pembekuan sel telur adalah Rp99 juta.
Sementara itu, situs Medical News Today menyebutkan harga pembekuan sel telur bisa berkisar di atas Rp100 juta rupiah.
Namun, harga tersebut mungkin saja berbeda tergantung fasilitas kesehatan yang menyediakannya.
Perlu diingat pula, biaya tersebut mungkin saja belum termasuk biaya penyimpanan sel telur yang hendak dibekukan. Untuk menjalani prosedur ini, seseorang harus “menyewa tempat” untuk menyimpan sel telur yang dibekukan.
Waktu penyimpanan ini bisa tak terbatas, bahkan hingga 10-15 tahun. Meski begitu, perlu diingat risiko hamil di usia yang semakin tua akan meningkat.
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/egg-freezing/about/pac-20384556
Diakses pada 20 Januari 2022
UCLA Health. https://www.uclahealth.org/obgyn/egg-freezing
Diakses pada 20 Januari 2022
Human Fertilisation and Embryology Authority. https://www.hfea.gov.uk/treatments/fertility-preservation/egg-freezing/
Diakses pada 20 Januari 2022
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/314815#who-would-benefit
Diakses pada 20 Januari 2022
American College of Obstetricians and Gynecologists. https://www.acog.org/womens-health/faqs/having-a-baby-after-age-35-how-aging-affects-fertility-and-pregnancy
Diakses pada 20 Januari 2022