Intrauterine device atau IUD adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang ditempatkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia, alat ini dikenal dengan KB spiral.
Tergantung jenis yang dipakai, alat kecil berbentuk huruf T ini dapat mencegah terjadinya kehamilan hingga 10 tahun. IUD termasuk salah satu tipe alat KB yang paling efektif dengan tingkat kegagalan hanya berkisar 1%.
Pemasangan IUD biasanya hanya membutuhkan waktu beberapa menit, dan bisa dilakukan dengan dua jenis IUD berikut:
IUD lapis tembaga dapat mencegah kehamilan dengan cara membunuh sperma, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.
IUD hormonal akan melepaskan hormon progestin yang menyerupai progesteron, yakni hormon alami dalam tubuh. Progestin dapat mencegah terjadinya ovulasi dan membuat cairan leher rahim menjadi lebih kental, sehingga akan mencegah pembuahan.
Selain mencegah kehamilan, IUD hormonal dapat pula membantu mengurangi gejala premenstruasi. Misalnya, pendarahan atau kram perut. Oleh karena itu, IUD hormonal juga disarankan bagi pasien dengan gejala-gejala PMS.
Manfaat menggunakan IUD adalah alat ini bisa dilepas kapan saja. Setelah dilepas, kesuburan bisa kembali dalam waktu yang cukup singkat dan tidak menyebabkan kelebihan berat badan.
Pemasangan IUD dapat dilakukan pada semua wanita dewasa yang ingin mencegah kehamilan. Namun metode kontrasepsi ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang sedang hamil maupun mengalami penyakit radang panggul.
IUD hormonal dapat mencegah kehamilan selama 3-5 tahun. Sedangkan IUD lapis tembaga dapat mencegah kehamilan hingga 10 tahun.
Pasien disarankan untuk makan terlebih dahulu sebelum prosedur, agar tidak merasa pusing selama pemasangan IUD. Sampel urine juga akan diperiksa untuk memastikan pasien tidak hamil.
Pada beberapa kasus, obat pereda nyeri mungkin diperlukan untuk mencegah kram perut selama pemasangan KB spiral. Misalnya, paracetamol atau ibuprofen.
Pertama, pasien akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua kaki diangkat ke atas.
Dokter akan memasukkan alat bernama spekulum atau cocor bebek ke dalam vagina. Dengan menggunakan alat ini, dokter dapat:
IUD berbentuk seperti huruf T, dengan lengan di kedua sisinya. Dokter akan melipat kedua lengan tersebut dan memasukkan IUD ke dalam rahim menggunakan aplikator.
Setelah IUD selesai dimasukkan, lengan IUD akan dibebaskan dari lipatan dan aplikator dikeluarkan.
IUD memiliki benang di bagian bawahnya yang akan tampak menggantung di leher rahim hingga vagina. Dokter akan memotong benang ini sekitar 2-4 cm di luar serviks.
Pasien mungkin akan mengalami kram perut ringan dan perdarahan dari vagina sekitar 3-6 bulan setelah menggunakan KB spira. Obat pereda rasa nyeri maupun kantong pemanas (heating pad) dapat digunakan untuk meredakan gejala dan rasa tidak nyaman.
Setiap bulan selama 3 bulan pertama setelah pemasangan IUD, pasien disarankan untuk memeriksa adanya benang IUD yang keluar dari leher rahim.
Jangan pula untuk mencuci tangan, lalu masukkan jari ke dalam vagina hingga mencapai leher rahim, yang terasa seperti bagian keras di bagian atas vagina. Benang IUD akan terasa menggantung keluar dari leher rahim.
Apabila benang terasa lebih pendek atau lebih panjang dari biasanya, kemungkinan IUD telah berpindah posisi. Hubungi dokter kandungan dan gunakan kondom atau alat kontrasepsi lainnya untuk mencegah kehamilan.
Pada kedua jenis IUD, terdapat risiko kecil alat kontrasepsi ini mengalami ekspulsi. Ekspulsi adalah lepasnya IUD dari rahim, baik seluruhnya ataupun sebagian.
Selain itu, efek samping dari pemasangan IUD tergantung pada jenis IUD yang digunakan. Berikut penjelasannya:
Efek samping tersebut biasanya akan menghilang seiring berjalannya waktu. Namun perlu diketahui bahwa IUD tidak dapat mencegah infeksi HIV maupun penyakit menular seksual lainnya.
WebMD. https://www.webmd.com/sex/birth-control/iud-insertion#1
Diakses pada 25 Maret 2020
Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/what-to-expect-during-an-iud-insertion-906772
Diakses pada 25 Maret 2020
Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/325097
Diakses pada 25 Maret 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/birth-control/does-getting-an-iud-hurt#1
Diakses pada 25 Maret 2020