Microscopic agglutination test (MAT) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi antibodi yang spesifik terhadap bakteri leptospira. Bakteri ini merupakan penyebab dari leptospirosis.
Antibodi merupakan protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan bakteri, virus, dan benda asing lainnya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), MAT adalah pemeriksaan baku emas. Ini berarti, MAT dinilai sebagai pemeriksaan yang paling baik dalam mendiagnosis leptospirosis.
Leptospirosis adalah infeksi yang dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit akibat bakteri leptospira ini bisa tidak bergejala maupun menimbulkan banyak gejala pada pasien.
Tanpa pengobatan, beberapa kasus leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis, gagal napas, bahkan kematian.
Microscopic agglutination test (MAT) bertujuan mendeteksi ada tidaknya infeksi leptospirosis dalam tubuh pasien. Penyakit ini ditularkan melalui urine binatang, seperti anjing, tikus, dan hewan ternak.
Leptospirosis dapat ditularkan melalui tanah atau perairan yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi, seperti air sungai atau danau. Penularan dapat terjadi ketika pasien melakukan aktivitas yang berhubungan dengan air, contohnya berenang.
Infeksi bakteri ini juga dapat menyebar bila pasien menyentuh darah atau daging hewan yang sudah terinfeksi.
Pada kebanyakan kasus, leptospirosis menimbulkan gejala yang tidak berbahaya seperti flu, dan berlangsung lebih dari seminggu.
Namun pada sekitar 10 persen di antara keseluruhan kasus, pasien dapat mengalami leptospirosis berat yang dikenal dengan nama Weil’s disease. Pasien dengan kondisi ini biasanya perlu dirawat di rumah sakit.
Tanda atau gejala leptospirosis biasanya muncul dalam dua minggu. Tapi pada sebagian kasus, keluhan bisa saja timbul pada sebulan setelah paparan atau bahkan tidak muncul sama sekali.
Gejala leptospirosis yang paling umum adalah demam. Selain itu, penderita juga bisa mengalami:
Tanda dan gejala leptospirosis tersebut tidak khas dan dapat menyerupai penyakit lain, seperti flu dan meningitis. Oleh karena itu, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mendiagnosis leptospirosis, termasuk microscopic agglutination test (MAT).
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan.
Pada microscopic agglutination test, tenaga medis akan mengambil sampel darah dari lengan pasien. Berikut prosedurnya:
Prosedur pengambilan darah biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Pada microscopic agglutination test, dokter akan melihat reaksi yang timbul ketika darah pasien dicampur dengan berbagai serotipe bakteri leptospira. Hasil tes yang menandakan leptospirosis adalah adanya kenaikan titer darah yang mencapai empat kali dari nilai normal.
Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah pemeriksaan ini. Pasien biasanya bisa langsung kembali beraktivitas dengan normal.
Hasil MAT yang positif menandakan pasien mengidap leptospirosis. Dokter akan memberikan obat antibiotik pada pasien dengan infeksi ringan maupun berat. Khusus pada leptospirosis tingkat berat, antibiotik akan diberikan lewat suntikan.
Leptospirosis berat dapat merusak organ tubuh dan menyebabkan kegagalan pada banyak organ. Oleh karena itu, pasien juga memerlukan terapi suportif dan penanganan komplikasi pada ginjal, hati, pembuluh darah, dan sistem saraf pusat.
Pemeriksaan yang melibatkan prosedur pengambilan darah, termasuk microscopic agglutination test, memiliki beberapa risiko komplikasi berikut:
NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4025277/
Diakses pada 29 September 2020
Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/220563-treatment#d1
Diakses pada 29 September 2020
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-leptospirosis#1
Diakses pada 29 September 2020
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/immunoglobulin-test#1
Diakses pada 29 September 2020
NHS. https://www.nhs.uk/conditions/leptospirosis/
Diakses pada 29 September 2020
CDC. https://www.cdc.gov/leptospirosis/index.html
Diakses pada 29 September 2020
Monash University. http://www.med.monash.edu.au/microbiology/leptospirosis/
Diakses pada 29 September 2020