Medical check up adalah pemeriksaan medis rutin untuk mengecek kondisi kesehatan secara menyeluruh, bahkan ketika seseorang sedang sehat. Pada prosedur ini, pasien dapat menanyakan dan berdiskusi mengenai perubahan atau masalah kesehatan yang ia alami.
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan dalam medical check up. Tergantung dari usia, riwayat medis, atau riwayat keluarga, dokter dapat merekomendasikan prosedur tes tambahan.
Mencegah suatu penyakit lebih baik daripada mengobati. Karena itu medical check up rutin sangat penting untuk dilakukan.
Mengevaluasi faktor risiko kondisi medis, skrining kanker dan penyakit lain, serta menilai pola hidup pasien bisa menjauhkan pasien dari penyakit kronis dan berbahaya.
Medical check up dilakukan untuk menentukan kondisi kesehatan pasien secara umum. Pada pemeriksaan ini, pasien juga dapat berkonsultasi terkait nyeri atau gejala lain yang sedang dialami.
Pemeriksaan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan setahun sekali, terutama pada orag di atas 50 tahun. Tujuannya meliputi:
Rekomendasi terkait seberapa sering medical check up dilakukan akan ditentukan berdasarkan usia, faktor risiko, dan kondisi kesehatan pasien saat ini. Pemeriksaan rutin umumnya dianjurkan:
Harus diingat bahwa pasien dengan penyakit kronis perlu melakukan pemeriksaan kesehatan yang lebih sering. Misalnya, pengidap diabetes atau PPOK.
Sebelum menjalani medical check up, pasien disarankan untuk mempersiapkan informasi di bawah ini:
Pasien juga disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan tidak memakai perhiasan atau make up secara berlebihan. Dengan ini, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Pada medical check up, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berikut:
Dokter akan menanyakan gejala, kebiasaan atau gaya hidup (seperti merokok, konsumsi alkohol, kesehatan seksual, pola makan, dan olahraga), status vaksinasi, serta riwayat medis pasien maupun keluarga.
Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan, serta suhu tubuh pasien.
Pemeriksaan fisik umumnya berupa:
Dokter dapat memperoleh banyak informasi terkait kesehatan pasien melalui kondisi umumnya. Misalnya, seperti apakah pasien bisa berjalan dan berdiri dengan baik, atau memiliki daya ingat dan keadaan mental yang baik.
Dokter akan mendengarkan suara jantung pasien dengan stetoskop. Langkah ii bertujuan mendeteksi ada tidaknya gangguan denyut jantung, bising jantung, dan masalah jantung lain.
Dengan stetoskop, dokter dapat mendengar ada tidaknya bunyi napas abnormal. Contohnya, ronki atau mengi.
Suara napas tidak normal ini bisa menjadi tanda adanya penyakit jantung atau paru-paru.
Dokter akan meminta pasien untuk membuka mulut guna memeriksa kondisi tenggorokan dan amandel.
Telinga, hidung, mata, kelenjar limpa, tiroid, serta pembuluh darah arteri karotis pasien juga akan diperiksa.
Dokter akan menekan perut pasien untuk mendeteksi ukuran hati dan ada tidaknya cairan dalam perut pasien, mendengar bising usus dengan stetoskop, dan mencari ada tidaknya nyeri tekan.
Dokter akan memeriksa kondisi saraf, kekuatan otot, refleks, keseimbangan, dan status mental pasien.
Pemeriksaan kulit dan kuku juga akan dilakukan.
Kaki dan tangan pasien akan diperiksa. Demikian juga dengan kondisi sendi untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan.
Tidak ada standar pemeriksaan laboratorium yang baku untuk medical check up, namun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
Tes panel lemak (kolesterol) direkomendasikan tiap 4-6 tahun sekali. Pemeriksaan akan dilakukan lebih sering bila pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung. Pasalnya, kadar kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Pasien dengan berat badan berlebih (obesitas) atau memiliki faktor risiko diabetes, perlu menjalani pemeriksaan kadar gula darah. Menurut American Diabetes Association, orang dewasa berusia 45 tahun ke atas butuh pengecekan gula darah, tak peduli berapapun berat badannya.
Selain itu, CDC merekomendasikan tes hepatitis C bagi setiap orang berusia 18 tahun ke atas.
Pada pasien laki-laki, dokter akan melakukan pemeriksaan penis, testis, prostat, serta mendeteksi keberadaan hernia.
Penis dan testis akan diperiksa untuk melihat ada tidaknya infeksi, peradangan, perubahan ukuran, atau gangguan lain yang mungkin terjadi. Misalnya, luka atau gejala kanker pada testis.
Sementara untuk mengecek kondisi prostat, dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur. Langkah ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya pembesaran kelenjar prostat.
Pada pasien wanita, dokter akan melakukan pemeriksaan pada payudara dan panggul. Dokter akan melihat ada tidaknya kelainan di payudara dan puting pasien, serta menekan area payudara.
Dokter juga akan mengecek kondisi kelenjar getah bening dengan meraba ketiak, guna mendeteksi ada tidaknya benjolan.
Organ dalam panggul pasien wanita pun akan diperiksa. Mulai dari vagina, vulva, leher rahim (serviks), ovarium, hingga rahim. Langkah ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit menular seksual atau gangguan kesehatan lain.
Sementara tes Pap smear atau HPV dapat dilakukan sebagai langkah skrining kanker serviks.
Karena pemeriksaannya sangat beragam, hasil medical check up juga bermacam-macam. Sebagai contoh, pemeriksaan tanda-tanda vital akan menghasilkan:
Setelah pemeriksaan, pasien bebas melakukan aktvitas seperti biasa. Dokter akan memberitahukan hasil via telepon atau email.
Salinan dokumen fisik pun bisa diberikan pada pasien di kunjungan berikutnya. Dokter kemudian menjelaskannya.
Tergantung pada hasil medical check up, pasien bisa saja membutuhkan pemeriksaan lanjutan atau skrining tambahan.
Bila hasil medical check up baik dan tidak ada pemeriksaan tambahan yang diperlukan, dokter dapat menganjurkan pemeriksaan kesehatan rutin sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
Medical check up tidak memiliki risiko yang berarti. Manfaat prosedur ini umumnya lebih besar daripada risikonya.
Namun pemeriksaan kesehatan yang melibatkan pengambilan darah memiliki beberapa risiko komplikasi berikut:
Healthline. https://www.healthline.com/health/physical-examination
Diakses pada 31 Maret 2021
Healthline. https://www.healthline.com/health/how-often-should-you-get-routine-checkups-at-the-doctor
Diakses pada 31 Maret 2021
WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/annual-physical-examinations#1
Diakses pada 31 Maret 2021