Laparotomi

13 Mar 2023|dr. Levina Felicia
Ditinjau olehRena Widyawinata
Pada laparotomi, dokter bedah akan membuat sayatan pada perut pasienOperasi laparotomi dilakukan dengan membuat sayatan di perut pasien

Laparotomi adalah prosedur pembedahan dinding perut untuk memeriksa berbagai organ yang berada di dalam rongga perut. Jenis operasi bedah ini dapat membantu dokter mendiagnosis masalah pada perut, seperti nyeri, cedera, atau penyebaran penyakit tertentu. 

Prosedur ini dikenal juga dengan sebutan laparotomi eksplorasi, alias eksplorasi abdomen. Melalui tindakan ini, biopsi atau pengambilan sampel jaringan pun dapat sekaligus dilakukan. Langkah ini berguna untuk membantu proses diagnosis.

Beberapa penyakit yang biasanya memerlukan operasi laparotomi, antara lain kanker hati, kehamilan ektopik, dan radang usus buntu (apendisitis).

Organ-organ dalam perut yang dapat diperiksa melalui prosedur laparotomi meliputi:

  • Usus buntu
  • Pankreas
  • Limpa
  • Lambung
  • Kandung kemih
  • Kantung empedu
  • Usus
  • Ginjal
  • Saluran kemih
  • Hati
  • Rahim
  • Tuba falopi
  • Indung telur (ovarium)

Pada beberapa kasus, operasi laparotomi juga dapat menjadi tindakan penanganan pada masalah perut yang berhasil diidentifikasi. 

Kenapa laparotomi diperlukan?

Tujuan utama laparotomi adalah untuk memeriksa kondisi organ di dalam perut. Prosedur ini umumnya diperlukan untuk pasien yang mengalami nyeri perut dengan penyebab yang tidak diketahui atau cedera di area perut. Cedera tersebut bisa berupa trauma tumpul (seperti terbentur saat kecelakaan) atau trauma tajam (seperti luka tembak atau luka tusuk).

Selain itu, laparotomi juga dapat dilakukan untuk memastikan penyebab dari gejala yang dialami oleh pasien atau menentukan penyebaran penyakit pada pasien endometriosis maupun kanker.

Dokter juga akan merekomendasikan laparotomi apabila pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen dan CT scan tidak dapat menegakkan diagnosis pasien.

Beberapa indikasi penyakit yang biasanya bisa didiagnosis dan ditangani lewat laparotomi antara lain: 

  • Kanker ovarium
  • Kanker kolon (usus besar)
  • Kanker pankreas
  • Kanker hati
  • Endometriosis
  • Batu empedu
  • Lubang pada usus atau perforasi usus
  • Peradangan usus buntu atau apendisitis
  • Peradangan kantung usus (divertikulitis)
  • Peradangan pankreas (pankreatitis)
  • Abses hati
  • Abses retroperitoneal
  • Abses abdomen
  • Abses pelvis
  • Kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik)
  • Terbentuknya perlengketan (adhesi) dalam rongga perut

Siapa yang tidak disarankan melakukan laparotomi?

Ada beberapa orang yang tidak disarankan untuk melakukan laparotomi (kontraindikasi), yakni mereka yang tidak bisa diberikan anestesi umum. 

Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor yang dimiliki pasien termasuk alergi obat anestesi, sepsis, ketidakstabilan hemodinamik, dan tumor ganas.

Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum menjalani laparotomi?

Sebelum operasi laparotomi eksplorasi dimulai, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, berupa:

  • Tanya jawab mengenai riwayat medis, riwayat operasi, obat-obatan, dan kebiasaan merokok pasien.

  • Pemeriksaan fisik atau tanda-tanda vital, yaitu pemeriksaan tekanan darah, suhu, detak jantung, dan frekuensi pernapasan. 

  • Pemeriksaan fisik paru-paru, jantung, abdomen dan organ lainnya juga dapat dilakukan sesuai dengan indikasi laparotomi.

  • Melakukan pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, CT Scan, MRI, dan tes darah pada pasien. 

  • Menjelaskan tentang operasi dan mendiskusikan kemungkinan operasi lanjutan setelah diagnosis pasien ditegakkan.

  • Meminta pasien untuk menandatangani formulir persetujuan operasi.

Selain menjalani berbagai pemeriksaan di atas, dokter juga akan menyarankan Anda untuk:

  • Berhenti merokok setidaknya 4 minggu sebelum jadwal operasi. Kebiasaan merokok dapat menimbulkan komplikasi dari efek obat bius dan memperlama penyembuhan pascaoperasi.
  • Makan makanan bergizi, seperti sayur buah, roti, dan gandum beberapa hari sebelum operasi. 
  • Minum  6-8 gelas air putih sehari
  • Jika memungkinkan, rutin berolahraga beberapa minggu sebelum operasi.
  • Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, mungkin akan diminta untuk berhenti meminumnya satu bulan sebelum operasi.
  • Menghentikan obat-obatan pengencer darah atau beberapa obat lain yang sedang dikonsumsi, seperti clopidogrel, warfarin, ibuprofen, vitamin E, aspirin, dan ticlopidine bila diperlukan.
  • Berpuasa pada hari operasi (tidak makan ataupun minum). 
  • Tidak menggunakan riasan, kuku palsu, cat kuku, bedak, losion, dan produk lain yang mengandung pewangi.
  • Sesaat sebelum operasi, suster mungkin akan mencukur bulu kemaluan Anda. 

Bagaimana laparotomi dilakukan?

Secara garis besar, prosedur laparotomi dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini:

  • Dokter anestesi akan memberikan anestesi umum atau bius total pada pasien.
  • Dokter bedah akan membuat sayatan pada kulit dan otot perut, sehingga organ di dalamnya dapat terlihat dengan jelas. Ukuran sayatan tergantung dari kondisi dan tindakan yang dilakukan.
  • Dokter lalu akan melakukan eksplorasi dengan cara memeriksa kondisi organ dengan teliti.
  • Ketika masalah pasien dapat didiagnosis, dokter akan menanganinya secara langsung. Pada beberapa kasus, operasi kedua mungkin diperlukan.
  • Otot dinding perut dan kulit kemudian ditutup dengan jahitan.

Sesudah operasi, Anda akan dipindah ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, dokter dan staf medis akan memantau suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan area luka operasi Anda. Dokter juga akan memasang selang drainase di lokasi sayatan untuk mengalirkan cairan.

Setelah kondisi Anda stabil, Anda akan dipindah ke ruang perawatan biasa untuk menjalani rawat inap.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah laparotomi?

Selama satu hingga dua hari pascaoperasi, selang khusus akan dipasang lewat hidung ke dalam perut Anda. Selang ini bertujuan membantu Anda untuk mengeluarkan cairan dari lambung.

Selang kateter juga akan dipasang agar urine bisa keluar. Infus pun diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pasalnya, Anda belum diperbolehkan makan selama beberapa hari pascaoperasi. 

Anda biasanya bisa makan dan minum seperti biasa dalam 2-3 hari setelah menjalani pembedahan ini.

Dokter akan memberikan pereda nyeri, obat antimual, dan antibiotik sebagai terapi setelah operasi.

Jika laparotomi dilakukan karena kondisi darurat medis, dokter akan memindahkan Anda ke ICU agar dapat dipantau secara intensif.

Durasi rawat inap di rumah sakit yang akan Anda jalani tergantung pada tingkat keparahan kondisi medis yang Anda alami. Secara umum, pemulihan laparotomi membutuhkan waktu empat minggu.

Apa saja komplikasi laparotomi?

Risiko komplikasi yang dapat muncul setelah prosedur laparotomi meliputi:

  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Kerusakan organ dalam
  • Terbentuknya adhesi (perlengketan) dalam perut
  • Sumbatan usus atau nyeri perut, yang dapat disebabkan oleh adhesi
  • Adanya nanah
  • Jahitan dinding perut terbuka kembali
  • Adanya lubang di saluran cerna (fistula)
  • Hernia

Meski begitu, dokter akan mempertimbangkan manfaat dan risiko laparotomi sebelum Anda menjalani operasi ini. Apabila dokter menilai kegunaan laparotomi lebih besar dibanding risikonya, dokter akan tetap merekomendasikannya.

kanker pankreaskanker usus besarusus buntu

Better Health Channel. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/laparotomy
Diakses pada 4 Januari 2022

Medline Plus. https://medlineplus.gov/ency/article/002928.htm
Diakses pada 4 Januari 2022

Health Direct. https://www.healthdirect.gov.au/laparotomy
Diakses pada 25 Februari 2020

Encyclopedia of Surgery. https://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Laparotomy-Exploratory.html#ixzz6DTfBxj7i
Diakses pada 25 Februari 2020

Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/laparotomy#what-to-expect
Diakses pada 4 Januari 2022

Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/facing-surgery-kick-cigarettes-now/
Diakses pada 4 Januari 2022

NHS. https://www.rdehospital.nhs.uk/media/xynlihro/patient-information-leaflet-having-a-laparotomy-for-gynaecological-surgery-rde-19-091-001.pdf
Diakses pada 4 Januari 2022

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email