Kultur darah adalah metode pemeriksaan darah untuk mendeteksi adanya bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lain penyebab infeksi. Dalam kondisi normal, darah seharusnya steril dari berbagai mikroorganisme tersebut.
Infeksi darah yang disebabkan oleh bakteri disebut sebagai bakteremia. Sementara itu yang disebabkan oleh jamur (fungi) disebut fungemia. Sedangkan, infeksi virus pada darah disebut sebagai viremia. Namun, sebagian besar infeksi terjadi karena bakteri.
Infeksi bakteri pada darah adalah kondisi yang berbahaya dan jika tidak segera ditangani, bisa memicu kondisi yang mengancam nyawa yang disebut sepsis atau septikemia.
Maka dari itu, saat seseorang mengalami gejala infeksi darah, dokter akan langsung melakukan pemeriksaan kultur darah untuk bisa memastikan diagnosis dan melakukan penanganan.
Prosedur kultur darah tidak jauh berbeda dari tes darah kebanyakan. Petugas akan mengambil sampel darah dari dua pembuluh yang berbeda, lalu sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Darah diambil dari dua pembuluh yang berbeda karena salah satunya akan digunakan sebagai pembanding. Sebab, saat proses pengambilan darah, mungkin saja ada bakteri yang masuk ke darah dari permukaan kulit saat jarum mulai disuntikkan.
Dokter akan menyarankan pemeriksaan kultur darah pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi darah. Beberapa gejala yang dapat muncul akibat kondisi tersebut antara lain:
Pada infeksi yang lebih parah, Anda mungkin bisa mengalami:
Selain itu, pemeriksaan kultur darah juga akan dilakukan pada pasien-pasien yang memiliki risiko lebih besar terkena infeksi darah, seperti pada pengidap beberapa penyakit di bawah ini:
Risiko terkena infeksi darah juga akan meningkat apabila:
Sebelum menjalani pemeriksaan kultur darah, informasikan kepada dokter mengenai obat dan suplemen yang sedang Anda konsumsi. Dokter mungkin saja meminta Anda untuk berhenti minum obat tertentu yang bisa memengaruhi hasil kultur darah.
Kultur darah dilakukan dengan dua tahapan besar, yakni pengambilan sampel darah dan pemeriksaan sampel di laboratorium. Berikut penjelasannya.
Pengambilan darah dapat dilakukan di rumah sakit, unit gawat darurat, atau fasilitas pengujian khusus. Tindakan ini jarang dilakukan dalam situasi rawat jalan.
Proses pengambilan darah yang dilakukan untuk pemeriksaan kultur darah sama dengan proses ambil darah pada umumnya. Hanya saja, pengambilan darah bisa dilakukan di 2 titik pembuluh vena. Tujuannya untuk meningkatkan akurasi pemeriksaan.
Pada pasien dewasa, biasanya akan dikumpulkan 2 atau 3 sampel darah yang dapat diambil dalam waktu yang berbeda. Nantinya, darah akan dikumpulkan ke dalam botol khusus yang telah diberi label.
Botol sampel akan diinkubasi dalam suhu 35-37°C dan akan dikirim ke laboratorium dalam waktu kurang dari dua jam.
Di laboratorium, sampel darah akan dicampur dengan medium kultur, yakni wadah khusus untuk pembiakan mikroorganisme. Medium kultur mengandung protein yang dapat membantu bakteri atau jamur berkembang biak lebih cepat pada sampel darah.
Beberapa jenis bakteri dan jamur tumbuh lebih lambat daripada yang lain atau mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk terdeteksi jika jumlahnya terlalu sedikit. Itu sebabnya, kultur darah mungkin saja diinkubasi selama beberapa hari sebelum analisis dibuat.
Jika terdapat pertumbuhan mikroba, hasil kultur darah dapat dikatakan positif. Mikroba spesifik yang menyebabkan infeksi akan diidentifikasi dan pengujian resistensi akan dilakukan untuk mengetahui antibiotik mana yang paling efektif untuk dijadikan pengobatan.
Di banyak laboratorium, proses pengujian kultur darah telah diotomatisasi dengan instrumen yang dapat memantau sampel secara terus-menerus. Begitu terdeteksi pertumbuhan bakteri atau jamur, pelaporan hasil dapat dilakukan saat itu juga. Hal ini sangat membantu pasien yang membutuhkan pengobatan sesegera mungkin, misalnya pada kasus sepsis.
Hasil kultur akan keluar setelah 1-4 minggu setelah pemeriksaan dilakukan. Waktu yang dibutuhkan memang cukup lama dibanding tes darah lain sebab bakteri maupun jamur di dalam darah butuh waktu untuk “tumbuh” hingga bisa terlihat di pemeriksaan laboratorium..
Hasil kultur darah dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil kultur darah dinyatakan positif apabila ada dua atau lebih medium kultur ditumbuhi mikroba yang sama.
Jika kedua sampel darah menunjukkan hasil negatif, kemungkinan bakteremia atau infeksi darah lainnya bisa dihilangkan.
Apabila dari dua sampel darah ada satu yang negatif dan satu positif, ada kemungkinan sampel terkontaminasi bakteri atau jamur dari jarum saat menyentuh kulit.
Pada beberapa kasus, sampel darah yang dikultur di laboratorium dapat menunjukkan hasil positif, tapi berganti menjadi negatif beberapa hari kemudian. Jika hal ini terjadi, kemungkinan pasien mengalami infeksi darah ringan.
Jika gejala infeksi masih terus terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan darah lengkap dan tes urine.
Risiko dari pengambilan darah dalam pemeriksaan kultur darah adalah:
NHS. https://www.ouh.nhs.uk/microbiology/diagnostic-tests/atoz/blood-culture.aspx
Diakses pada 10 November 2021
Healthline.
https://www.healthline.com/health/blood-culture#risks
Diakses pada 10 November 2021
Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/labtest3.html
Diakses pada 10 November 2021
WebMD.
https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-a-blood-culture-test#1
Diakses pada 21 Mei 2020
MedlinePlus.
https://medlineplus.gov/ency/article/003744.htm
Diakses pada 21 Mei 2020
Lab Test Online. https://labtestsonline.org/tests/blood-culture
Diakses pada 10 November 2021