Donor Darah

Donor darah bisa langsung diberikan kepada penerima, maupun disimpan di bank darah.Donor darah bisa mendeteksi adanya penyakit tertentu.

Apa itu prosedur donor darah?

Ada 2 jenis donor darah, yaitu donor darah pengganti dan donor darah langsung. Donor darah pengganti dilakukan ketika seseorang menyumbangkan darahnya pada seseorang dan pendonor mengetahui pasien penerimanya. Biasanya, pendonor adalah anggota keluarga atau kerabat yang mengetahui kebutuhan darah pasien.

Sementara itu, donor darah langsung atau sukarela dilakukan ketika seseorang menyumbangkan darahnya tanpa mengetahui penerimanya. Jenis donor ini biasanya untuk stok Palang Merah Indonesia (PMI).

Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap (whole blood) atau komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih maupun trombosit (keping darah). Setelah diambil, darah akan diproses agar terbebas dari penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis dan sifilis.

Menurut Palang Merah Indonesia (PMI), kebutuhan transfusi darah di Indonesia besar. Sehingga, setiap donor yang masuk sangat berarti dan bisa menyelematkan nyawa. 

Mengapa prosedur donor darah perlu dilakukan?

Darah adalah komponen penting bagi tubuh kita. Dengan darah, berbagai zat makanan juga oksigen diantarkan ke seluruh tubuh untuk melakukan berbagai metabolisme. Pada orang dewasa, rata-rata terdapat 4.5-5.5 liter darah yang bersirkulasi di tubuh. Pada keadaan tertentu, seperti perdarahan akibat kecelakaan atau sebab lain, tubuh kehilangan darah dan membutuhkan darah dari orang lain.

Donor darah bisa membantu para pasien yang membutuhkan darah dalam situasi mendesak. Selain itu, ternyata donor darah tak hanya bermanfaat bagi penerima. Pendonor juga menerima manfaat berikut ini:

  • Penurunan risiko serangan jantung dan stroke. Donor darah dapat mengurangi kekentalan darah dan zat besi berlebih dalam tubuh. Zat besi dapat menyebabkan oksidasi kolesterol yang berakhir pada serangan jantung dan stroke.
  • Penurunan risiko kanker. Donor darah dapat mengurangi kadar zat besi berlebih dalam darah yang dapat meningkatkan kerusakan akibat radikal bebas di tubuh, cikal bakal sel kanker.
  • Penurunan berat badan. Ketika menyumbangkan 450 cc darah, Anda telah membakar 650 kalori. Namun, donor darah bukan pilihan yang tepat untuk diet ya. Tetap jaga asupan dan berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan.
  • Sebagai deteksi dini penyakit serius. Prosedur donor darah yang ketat dapat mendeteksi penyakit hepatitis B dan C, HIV/AIDS, sifilis dan malaria. Dengan kata lain, Anda bisa cek kesehatan gratis melalui donor darah.
  • Memperpanjang umur. Menolong orang lain membuat hati senang dan ini akan berdampak pada kondisi psikologis. Anda bisa panjang umur jika level stres berkurang.

Setelah melakukan donor darah, tubuh akan mengantikan volume darah yang hilang dalam waktu 48 jam. Semua sel darah merah yang hilang akan benar-benar diganti dalam waktu 4-8 minggu dengan sel-sel darah merah yang baru. Proses pembentukan sel-sel darah merah yang baru akan membantu tubuh tetap sehat dan bekerja lebih efisien serta produktif.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum menjalani prosedur donor darah?

Sebelum donor darah, petugas medis akan memberi pertanyaan tentang riwayat kesehatan Anda, termasuk kebiasaan yang berisiko terhadap penularan infeksi lewat darah. Semua informasi yang Anda sampaikan bersifat rahasia. Karena adanya risiko penularan infeksi lewat darah tadi, maka tidak setiap orang isa melakukan donor darah.

Selain itu, sebaiknya Anda melakukan persiapan berikut ini sebelum donor darah:

  • Tidur yang cukup di malam hari sebelum jadwal donor darah
  • Mengonsumsi makanan sehat
  • Menghindari makanan berlemak seperti hamburger, kentang goreng, atau es krim. Sebab, hasil pemeriksaan infeksi dalam prosedur donor darah dapat terganggu, jika Anda mengonsumsi makanan berlemak beberapa jam sebelumnya.
  • Minum cairan lebih banyak
  • Jika akan mendonorkan platelet, hindari konsumsi aspirin 2 hari sebelum donor darah. Obat selain aspirin masih boleh dipergunakan sesuai resep dokter.

Apa saja syarat untuk melakukan donor darah?

Berikut ini persyaratan untuk melakukan donor darah, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 tentang standar pelayanan transfusi darah:

  • Sehat jasmani dan rohani
  • Berusia 17-60 tahun, atau sampai dengan 65 tahun untuk pendonor darah yang sudah rutin mendonorkan darahnya
  • Berat badan minimal 45 kilogram untuk menyumbang sekitar 350 cc darah
  • Tekanan darah normal (Sistole 100-180 dan Diastole 70-100)
  • Kadar hemoglobin 12,5-17,0 gr/dL%
  • Interval waktu sejak donor darah terakhir minimal 2 bulan

Apa yang dilakukan pada prosedur donor darah?

Anda akan diminta duduk atau berbaring di kursi maupun ranjang dengan menjulurkan lengan. Tali pengikat atau tourniquet akan dipasang di sekeliling lengan agar pembuluh darah vena terisi dengan lebih banyak darah. Dengan begitu, petugas medis bisa lebih gampang menusukkan jarum, dan kantong darah pun semakin cepat terisi.

Selanjutnya, berikut ini langkah-langkah yang dilakukan petugas medis:

  1. Memasukkan jarum steril ke pembuluh darah vena di lengan Anda. Jarum ini terhubung dengan selang plastik tipis dan kantong darah
  2. Meminta Anda untuk mengepalkan tangan berulang kali, untuk meningkatkan aliran darah dari pembuluh darah vena
  3. Menampung darah dulu ke tabung untuk diperiksa
  4. Mengalirkan darah dari pembuluh vena ke kantong darah, kira-kira selama 10 menit
  5. Melepaskan jarum, dan memasang plester pada bekas suntikan

Selain itu, ada metode donor darah lain yang juga umum dilakukan, yaitu aphresis. Melalui metode ini, darah dipompa dan diambil dengan mesin. Kemudian, mesin ini memilah-milah komponen darah secara spesifik, misalnya platelet.

Kemudian, komponen darah sisanya akan dipompa kembali masuk ke pembuluh darah vena pada lengan lainnya. Proses memungkinkan tim medis untuk mengumpulkan lebih dari satu komponen darah. Langkah ini akan membutuhkan waktu lebih panjang dibanding donor darah standar.

Hasil apa yang didapat dari prosedur donor darah?

Darah Anda akan diuji untuk melihat golongannya (A, B, AB, atau O) dan faktor rhesus atau Rh. Faktor rhesus ini mengacu pada ada atau tidaknya antigen, yaitu substansi yang bisa menstimulasi respons kekebalan tubuh, di dalam darah.

Rhesus positif menandakan adanya antigen, dan sebaliknya. Informasi mengenai golongan darah dan faktor rhesus ini penting, untuk melihat kesesuaiannya dengan calon penerima darah.

Darah Anda juga akan menjalani pemeriksaan penyakit yang bisa menular lewat darah, seperti hepatitis, infeksi HIV, dan sifilis. Jika tes menunjukkan hasil negatif, maka darah akan disalurkan untuk penerima maupun rumah sakit dan klinik yang membutuhkan. Namun jika hasilnya positif, petugas medis akan menghubungi Anda. Dalam kondisi ini, darah Anda tidak dapat didonorkan.

Apa saja risiko dari prosedur dari donor darah?

Donor darah tidak berbahaya bagi tubuh. Namun bagi sebagian orang, ada efek samping ringan sampai sedang setelah mendonorkan darah, seperti berikut ini:

  • Efek samping ringan: memar di daerah bekas suntikan, pusing, mual, nyeri pada lengan bekas suntikan. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengonsumsi air putih dan makanan bergizi.
  • Efek samping sedang: perdarahan di tempat suntikan, mual dan pusing yang tidak kunjung hilang, kesemutan terus-menerus, memar di area luas. Dalam kondisi ini, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan.

Bagaimana cara donor darah plasma konvalesen untuk pasien Covid-19?

Pada masa pandemi, plasma konvalesen bisa membantu kesembuhan pasien Covid-19 dengan gejala berat. Permintaan donor plasma konvalesen pun terus meningkat, namun stok yang ada saat ini masih terbatas. Karena itu, para penyintas Covid-19 diharapkan untuk mau menyumbangkan darahnya.

Pemerintah melalui satgas penanganan Covid-19 bekerja sama dengan PMI telah membuka website khusus yang bisa dipakai untuk mendaftarkan diri apabila ada penyintas Covid-19 yang bersedia menjadi pendonor plasma konvalesen. 

Plasma konvalesen adalah metode imunisasi pasif yang dilakukan dengan memberikan plasma orang yang sudah sembuh dari Covid-19 kepada pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Plasma tersebut akan membantu daya tahan tubuh pasien agar lebih kuat dalam melawan virus yang menginfeksi tubuh.

Berikut ini syarat umum yang perlu dipenuhi untuk menjadi pendonor plasma konvalesen:

  • Usia 18-60 tahun
  • Berat badan ≥ 55 kg
  • Diutamakan pria, apabila perempuan belum pernah hamil
  • Pernah terkonfirmasi Covid-19 dan memiliki surat keterangan sembuh dari dokter yang merawat
  • Bebas keluhan minimal 14 hari
  • Tidak menerima tranfusi darah selama 6 bulan terakhir
  • Lebih diutamakan yang pernah mendonorkan darah

Sama seperti proses donor darah biasa, pendonor plasma konvalesen juga akan melalui pemeriksaan fisik sebelum prosedur donor dilakukan.

Setelah darah didapatkan, maka sebelum disaring plasmanya, petugas akan memeriksa darah donor tersebut di laboratorium untuk mengonfirmasi golongan darah hingga mendeteksi apabila ada penyakit-penyakit yang bisa menular lewat transfusi seperti HIV, hepatitis, dan sifilis.

golongan darahsel darahdonor darah

Zacharski, et al. Decreased Cancer Risk After Iron Reduction in Patients With Peripheral Arterial Disease: Results From a Randomized Trial. Journal of the National Cancer Institute. 2007

UNS.
https://ksrpmi.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Donor-Darah.pdf
Diakses pada 12 April 2020

PMI Provinsi DKI Jakarta.
http://utdpmidkijakarta.or.id/faq
Diakses pada 12 April 2020

WHO. https://www.who.int/news-room/campaigns/world-blood-donor-day/2018/who-can-give-blood
Diakses pada 12 April 2020

Medical Daily.
https://www.medicaldaily.com/why-donating-blood-good-your-health-246379
Diakses pada 12 April 2020

Mayo Clinic.
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-donation/about/pac-20385144
Diakses pada 18 April 2020

Palang Merah Indonesia. http://ayodonor.pmi.or.id/about.php
Diakses pada 30 Juni 2021

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email