Kolonoskopi

Ditinjau olehdr. Reni Utari
Kolonoskopi adalah pemeriksaan usus besar untuk mendeteksi gangguan dan abnormalitas pada organ tersebutKolonoskopi dilakukan dengan alat khusus bernama kolonoskop yang memiliki kamera di ujungnya

Apa itu kolonoskopi?

Colonoscopy atau kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi perubahan atau abnormalitas usus besar (kolon) dan rektum seperti kanker, polip, buang air besar berdarah, dan sakit perut yang parah. Pada prosedur ini, sebuah selang fleksibel dengan kamera kecil di ujungnya akan dimasukkan ke dalam anus. Gambar dari kamera tersebut akan tampil pada layar, sehingga dokter bisa melihat dan menilai bagian dalam usus. 

Apa saja indikasi kolonoskopi

Kolonoskopi biasanya dilakukan untuk hal-hal di bawah ini:

  • Mendeteksi dini atau skrining kanker usus besar (kolon).
  • Mengevaluasi penyebab dari keluhan pada sistem pencernaan, seperti adanya darah pada tinja, nyeri perut, diare, dan perubahan pola buang air besar (BAB).
  • Sebagai proses diagnosis lebih lanjut apabila hasil rontgen atau CT scan perut abnormal.
  • Mendeteksi kekambuhan polip usus besar bagi orang untuk menurunkan risiko terjadinya kanker usus besar. 

Seberapa sering Anda harus menjalani kolonoskopi?

Sebagai proses deteksi dini kanker usus besar, colonoscopy umumnya dianjurkan sekali tiap 10 tahun atau lebih cepat pada orang yang berusia 50 tahun ke atas dan tidak memiliki risiko kanker usus besar selain faktor usia.

Sementara bagi Anda sudah menjalaninya, frekuensi kolonoskopi lanjutan yang harus Anda lakukan akan tergantung pada tingkat risiko kanker usus besar dan abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan sebelumnya. 

Apa saja persiapan untuk menjalani kolonoskopi?

Sebelum menjalani kolonoskopi, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk mengeluarkan semua kotoran pada usus besar. Pasalnya, zat-zat sisa di usus besar akan mengganggu hasil pemeriksaan. Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengosongkan usus besar meliputi:

  • Diet khusus sehari sebelum pemeriksaan

Diet ini dilakukan dengan menghindari makanan padat, hanya minum air mineral, sup kaldu, atau teh tanpa penambah rasa apapun. Anda juga tidak boleh mengonsumsi minuman berwarna merah terang karena dapat disalahartikan sebagai darah pada pemeriksaan.

Anda pun sebaiknya berpuasa (alias tidak makan atau minum lagi) sejak jam 12 malam sebelum hari pemeriksaan. 

  • Mengonsumsi obat pencahar

Pencahar atau laksatif bisa Anda gunakan dalam bentuk pil atau cairan. Anda akan diminta untuk menggunakannya pada malam sebelum colonoscopy dan terkadang pada pagi hari sebelum pemeriksaan.

Anda juga bisa saja butuh menggunakan pencahar yang diberikan lewat anus yang disebut enema. Anda bisa membelinya secara bebas di apotek.

Enema lebih efektif untuk membantu dalam mengosongkan usus besar dibandingkan pencahar biasa.

Sebelum menjadwalkan pemeriksaan kolonoskopi, penting bagi Anda untuk memberitahukan pada dokter tentang obat-obatan yang rutin Anda konsumsi, setidaknya seminggu sebelum pemeriksaan. Mengapa?

Beberapa obat yang Anda konsumsi mungkin saja memengaruhi hasil pemeriksaan kolonoskopi. Misalnya, obat untuk mengendalikan diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung, obat pengencer darah, serta suplemen yang mengandung zat besi.

Bagaimana prosedur kolonoskopi dilakukan?

Kolonoskopi dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan biasanya berlangsung selama sekitar 30-60 menit. Secara garis besar, langkah prosedur ini meliputi:

  • Sebelum pemeriksaan dilakukan, Anda akan diminta untuk melepaskan pakaian dan menggantinya dengan gaun khusus rumah sakit.
  • Anda akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi miring ke salah satu sisi tubuh. Dokter juga umumnya meminta Anda untuk menekuk kedua lutut hingga menempel pada dada.
  • Anda akan menjalani pembiusan yang bisa berupa pil minum atau suntikan guna mengurangi ketidaknyamanan selama prosedur berlangsung.
  • Setelah bius efektif, dokter akan memasukkan kolonoskop dengan kamera di ujungnya ke dalam anus. Dokter juga bisa memompa karbiondioksida ke dalam usus besar agar menyediakan ruang lebih untuk alat colonoscope. Dengan ini, visualisasi bagian dalam usus besar akan lebih baik. 
  • Dokter kemudian mengambil beberapa gambar yang diperlukan saat pemeriksaan.
  • Dokter juga terkadang mengambil sedikit jaringan usus besar (biopsi) untuk diperiksa di bawah mikroskop.
  • Apabila colonoscopy dilakukan pada penderita polip usus besar, dokter bisa sekaligus mengangkat polip tersebut.
  • Ketika pemeriksaan telah selesai dan dokter mengeluarkan selang. Anda mungkin merasakan kram perut dan dorongan untuk buang air besar setelahnya.

Bila dokter juga sekaligus mengangkat polip usus besar lewat colonoccopy, Anda akan disarankan untuk makan dengan pola makan khusus selama beberapa waktu. 

Seperti apa hasil pemeriksaan kolonoskopi?

Berikut beberapa hasil yang bisa didapatkan dari pemeriksaan colonoscopy:

1. Normal atau negatif

Hasil kolonoskopi disebut normal atau negatif bila dokter tidak menemukan kelainan pada usus besar Anda. Dokter kemudian bisa menyarankan Anda untuk kembali melakukannya pada:

  • 10 tahun bila faktor risiko kanker usus besar Anda hanyalah pengaruh bertambahnya usia.
  • 5 tahun bila Anda memiliki riwayat polip usus besar pada hasil colonoscopy  sebelumnya.
  • 1 tahun bila terdapat tinja dalam usus besar yang menghalangi visualisasi saat pemeriksaan.

2. Tidak normal 

Hasil kolonoskopi dikatakan tidak normal bila dokter menemukan polip dalam usus besar atau jaringan abnormal.

Kebanyakan polip usus besar tidak berpotensi menjadi kanker. Tetapi ada sebagian yang dapat berisiko berubah menjadi tumor ganas. Oleh sebab itu, sampel jaringan polip tersebut akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

Berdasarkan ukuran dan jumlah polip usus besar, Anda bisa diminta untuk kembali menjalani colonoscopy lanjutan di kemudian hari.

Apa yang harus dilakukan bila hasil kolonoskopi tidak normal?

Bila dokter menemukan satu atau dua polip usus besar berukuran kurang dari 1 cm, dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan kolonoskopi lagi dalam 5-10 tahun ke depan. 

Dokter bisa menganjurkan colonoscopy lanjutan dalam waktu lebih dekat apabila:

  • Terdapat lebih dari dua buah polip usus.
  • Polip berukuran besar, yakni lebih dari 1 cm.
  • Polip dan tinja masih tersisa dalam usus besar serta mengganggu pemeriksaan usus besar.
  • Polip dengan karaksteristik sel khusus yang mengindikasikan risiko kanker kolon yang tinggi di kemudian hari.
  • Polip yang berpotensi menjadi kanker usus besar.

Apa saja risiko komplikasi dan efek samping pemeriksaan kolonoskopi?

Komplikasi prosedur kolonoskopi jarang terjadi. Bila adapun, biasanya hanya berupa efek samping ringan yang meliputi: 

  • Efek pembiusan yang mungkin masih terasa selama sekitar sehari pascaprosedur. Karena itu, Anda sebaiknya meminta teman atau keluarga untuk mendampingi Anda ketika menjalani kolonoskopi maupun saat pulang.
  • Kembung dan buang angin selama beberapa jam setelah prosedur. Berjalan kaki dapat membantu Anda untuk menghilangkan sensasi tidak nyaman ini. 
  • Perdarahan pada lokasi biopsi atau pengangkatan polip. Perdarahan biasa hanya sedikit dan dapat berhenti sendiri. Namun segera berkonsultasi ke dokter bila hal ini terus berlangsung, muncul gumpalan, atau terjadi nyeri perut yang persisten, menggigil, maupun demam.

Kebocoran atau robekan pada dinding usus besar juga bisa saja terjadi. Tapi komplikasi ini sangat jarang terjadi dan bila terjadi hal ini biasanya tidak membutuhkan pembedahan.

infeksi ususradang ususpolip usus

Mayoclinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/colonoscopy/about/pac-20393569
Diakses pada 5 Februari 2020

WebMd. https://www.webmd.com/colorectal-cancer/colonoscopy-what-you-need-to-know#1
Diakses pada 5 Februari 2020

Medicinet. https://www.medicinenet.com/colonoscopy/article.htm
Diakses pada 5 Februari 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email