Rasa cemas, gundah, dan takut memang bisa dirasakan oleh siapa saja. Tapi kamu tentu tidak ingin hidup di bawah bayang kecemasan hingga berlarut-larut, kan? Ada banyak cara yang bisa membantu meredakan kecemasan. Selain meditasi dan terapi, kamu juga bisa mulai menjalani hidup dengan menganut filosofi stoicism atau stoikisme.
Filosofi ini akan mengajarkan kamu untuk mengendalikan emosi. Sehingga rasa cemas, gundah, ataupun takut yang biasanya muncul, bisa dicegah atau setidaknya berkurang.
Tidak mudah memang menjalani filosofi ini. Tapi dengan penerapan yang tekun, filosofi stoikisme bisa menjadi jalanmu untuk merasa lebih bahagia.
Stoikisme adalah sebuah filosofi yang menekankan pada cara kita melihat suatu kejadian di dunia. Para filsuf stoik percaya bahwa untuk bisa hidup dengan tenang dan bahagia, kita hanya perlu fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol dan tidak perlu terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak bisa kita ubah.
Ada tiga orang filsuf yang paling dikenal menerapkan filosofi stoicism dalam hidupnya, yaitu Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Pola pikir ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan kini jadi salah satu dasar dalam terapi perilaku kognitif modern.
Dalam filosofi stoikisme, disebutkan bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini sebanarnya adalah netral. Lantas yang membuat kita merasa bahwa hal tersebut adalah buruk dan baik adalah penilaian atau rasa yang kita berikan terhadap hal tersebut.
Tentu, bukan berarti di dunia ini tidak ada hal yang baik dan buruk. Namun pada dasarnya, ada banyak hal yang kita beri rasa berlebihan, sehingga memicu rasa marah, cemas, hingga takut.
Dengan menyadari bahwa kita bisa mengontrol rasa atau nilai dari suatu kejadian, kita jadi lebih bisa mengendalikan emosi, rasa marah, rasa cemas, dan emosi negatif lain dalam hidup.
Salah satu contoh penerapan filosofi stoicism adalah waktu kamu sedang berkendara lalu disalip oleh motor yang posisinya terlalu mepet dengan kendaraanmu. Umumnya, orang akan merasa marah saat mengalaminya karena kita cenderung sudah punya opini akan hal tersebut.
Tapi ketika kita sadar bahwa perilaku pengendara tersebut tidak bisa kita ubah dan kita sadar bahwa kita masih baik-baik saja, maka rasa marah akan kejadian itu akan berkurang. Karena kita tahu, kita tidak perlu membuang-buang waktu untuk marah dan merasa emosi.
Contoh lainnya adalah soal pandemi Covid-19. Di masa-masa seperti sekarang, rasa cemas, takut, khawatir, sangatlah wajar dirasakan. Tapi kita perlu ingat bahwa kita tidak bisa terus menerus tenggelam dalam kecemasan.
Karena biar bagaimanapun, ada terlalu banyak hal yang berkaitan dengan pandemi, tidak bisa kita ubah.
Untuk mengurangi rasa cemas akibat pandemi, kamu bisa menerapkan filosofi stoicism dengan beberapa cara, misalnya:
Fokus pada hal-hal yang ada di dalam kontrol kita. Misalnya, menjaga diri dengan pakai masker, rajin cuci tangan, rajin olahraga, dan mengonsumsi makanan bergizi.
Jaga pikiran dari hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Misalnya, kamu cemas melihat berbagai berita tentang Covid-19, maka batasi menonton berita seputar pandemi.
Batasi juga melihat media sosial dan jangan beri terlalu banyak rasa saat melihat hal-hal yang bisa memicu rasa cemas. Kamu bisa unfollow atau mute temanmu yang terlalu sering menyebarkan kecemasan di media sosial.
Kembali mengingat bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita kontrol, termasuk bencana alam dan wabah.
Berusaha untuk tidak selalu memikirkan skenario terburuk dari sesuatu. Melainkan, melakukan hal-hal logis dan praktis untuk melindungi diri.
Bagi banyak orang, menerapkan filosofi stoicism bisa menjadi salah satu cara untuk mendapatkan hidup yang lebih tenang. Kalau kamu ingin mulai mencobanya, ini beberapa cara dan hal yang perlu diperhatikan.
Istilah dikotomi kendali tidak bisa dipisahkan dari filosofi stoicism. Dikotomi kendali adalah memisahkan hal-hal apa saja yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Ini adalah inti dari filosofi stoikisme.
Kita harus sadar bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita ubah dan dengan menyadari hal itu, kita akan menghemat emosi. Misalnya, kamu jadi tidak bisa ke luar rumah karena hujan. Kamu tidak bisa mengendalikan hujan, jadi kamu tidak perlu merasa marah, kecewa, atau sedih karena itu tidak akan mengubah apapun.
Semakin kamu latih dan memahami dikotomi kendali, maka kamu tidak hanya akan menjadi lebih tenang dan bahagia, tapi juga akan terhindar dari pertengkaran yang tidak perlu.
Rutin menulis jurnal adalah salah satu kebiasaan filsuf stoik. Para filsuf tersebut menulis kegiatannya sehari-hari, termasuk hal-hal yang mereka syukuri, hal yang mereka dengar dan pelajari hari itu, hingga kekhawatiran yang dirasakan.
Dengan begitu, kamu bisa mengenal diri lebih jauh. Sehingga, saat kita perlu mengatur emosi, kita bisa tahu hal-hal apa yang perlu dilakukan.
Para filsuf stoik menyisihkan satu hari dalam satu bulan atau jangka waktu tertentu untuk berlatih kemalangan. Seneca, misalnya, menyisihkan satu hari untuk berlatih menjadi gembel. Menggunakan pakaian terburuknya, makan roti yang sudah keras, dan tidur hanya beralaskan tanah.
Ini ia lakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi skenario terburuk yang bisa ia pikirkan dalam hidup. Sehingga jika suatu saat dirinya menghadapi kemalangan, ia sudah siap.
Kamu tentu tidak harus berlatih menjadi gembel seperti Seneca untuk melatih kemalangan. Alternatifnya, kamu bisa membayangkan secara rinci kemalangan yang mungkin terjadi dalam hidupmu, lalu mulai menata hal-hal apa saja yang perlu dilakukan ketika hal tersebut benar-benar datang.
Kalau kamu memilih untuk tidak merasa tersakiti, maka kamu tidak akan tersakiti. Itu adalah salah satu “mantra” yang kerap diucapkan dalam filosofi stoicism. Ingat bahwa segala yang terjadi di dunia ini, menurut para stoik, adalah netral. Kamu lah yang memberinya rasa.
Saat kamu mengalami hambatan, maka ubahlah persepsimu. Misalnya, di kantor kamu harus berhadapan dengan orang yang tidak kooperatif. Maka, kamu bisa mengubah persepsi dari yang tadinya menganggap ini sebagai kemalangan, jadikan ini sebagai kesempatan yang menguntungkan.
Seorang stoik akan berpikir bahwa berhadapan dengan orang tersebut bisa menjadi ajang latihan kesabaran. Sehingga kedepannya kamu akan punya kelebihan baru, yaitu menjadi orang yang lebih sabar.
Saat ada suatu hal yang membuatmu cemas, marah, atau gelisah, maka cobalah berhenti sejenak dan mundur beberapa langkah. Lihat hidup dari lensa yang lebih besar dan luas.
Seperti astronot yang melihat bumi dari luar angkasa, kita akan sadar betapa kecilnya manusia dan permasalahan-permasalahan yang dialaminya. Ini akan membuat kita sadar bahwa nantinya, semua akan baik-baik saja.
Tentu berat rasanya saat kita mengalami masalah. Tapi seorang stoik akan mengerti bahwa agar masalah bisa terlewati dengan baik, ada langkah-langkah yang bisa ia lakukan. Melihat sesuatu dari jauh akan membuat kita melihat masalah dengan lebih jernih.
Di atas hanyalah beberapa contoh kamu bisa menerapkan filosofi stoicism dalam hidup. Untuk bisa meresapi filosofi ini dalam hati, tentu dibutuhkan banyak latihan dan disiplin dalam penerapan. Namun kamu bisa mulai dari hal-hal yang ringan, sehingga filosofi ini bisa diresapi dengan perlahan dan menyenangkan.
Hidup sebagai seorang stoik bukan berarti bebas rasa cemas dan sedih. Kedua hal ini adalah rasa yang sangat-sangat manusiawi. Tapi filosofi stoikisme akan membantumu mengatur kedua emosi tersebut, sehingga kamu tidak terus menerus tenggelam dalam kecemasan dan kesedihan. Sehingga, hidup akan lebih tenang.
Psych Central. https://psychcentral.com/blog/how-the-stoics-can-keep-us-calm-during-the-coronavirus-outbreak#1
Diakses pada 5 Agustus 2021
Daily Stoic. https://dailystoic.com/what-is-stoicism-a-definition-3-stoic-exercises-to-get-you-started/#how-to-be-a-stoic
Diakses pada 5 Agustus 2021
Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/open-gently/201808/how-be-stoic
Diakses pada 5 Agustus 2021
Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/how-do-life/201610/stoicism-doesn-t-mean-emotionless
Diakses pada 5 Agustus 2021