1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Pengobatan vaskulitis tergantung kepada penyebab dan organ tubuh yang terjangkit.
Vaskulitis adalah peradangan pada pembuluh darah. Peradangan dapat membuat dinding pembuluh darah menebal dan mengurangi aliran darah, sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan organ dan jaringan.
Peradangan merupakan respons alami sistem kekebalan tubuh terhadap suatu cedera atau infeksi. Pada vaskulitis, sistem imun menyerang pembuluh darah yang sehat. Akibatnya, muncul pembengkakan dan penyempitan pembuluh darah.
Vaskulitis biasanya dipicu oleh infeksi atau obat-obatan. Namun penyebab pastinya sering tidak diketahui.
Terdapat banyak jenis vaskulitis dan kebanyakan jarang terjadi. Vaskulitis dapat mempengaruhi satu atau beberapa organ saja, dan dapat bersifat sementara atau berlangsung lama. Kondisi ini dapat terjadi pada semua orang meskipun beberapa jenis vaskulitis lebih sering terjadi pada kelompok usia tertentu.
Beberapa jenis vaskulitis tidak membutuhkan pengobatan dan sisanya perlu pengobatan untuk mengatasi peradangan dan mencegah kekambuhan.
Beberapa jenis vaskulitis dapat berupa:
Kondisi ini merupakan salah satu jenis vaskulitis yang mempengaruhi pasien dewasa berusia 30-45 tahun. Kondisi ini dapat menyebabkan asma, rhinitis alergi, demam, nyeri otot dan sendi, rasa lelah, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan.
Pada beberapa kasus, sindrom Churg-Strauss dapat mempengaruhi saraf dan menimbulkan kelemahan, baal, atau kesemutan. Kondisi ini juga dapat merusak ginjal dan otot jantung.
Giant cell arteritis adalah jenis vaskulitis yang sering mempengaruhi pembuluh darah arteri di kepala dan leher.
Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan temporal arteritis karena area pelipis sering terdampak. Selain itu, giant cell arteritis paling sering terjadi pada pasien dewasa berusia 50 tahun ke atas.
Jenis vaskulitis ini mempengaruhi pembuluh darah di hidung, sinus, telinga, paru-paru, dan ginjal. Kondisi ini sering dialami oleh pasien dewasa atau lansia.
Granulomatosis with polyangiitis dapat menyebabkan demam, keringat malam, sinusitis, mimisan, sesak napas, batuk darah, dan gangguan ginjal.
Vaskulitis yang jarang ditemui ini biasanya terjadi pada anak-anak dan dapat mempengaruhi kulit, ginjal, atau usus. Gejalanya dapat berupa ruam yang tampak seperti memar atau titik-titik keunguan, nyeri sendi, sakit perut, diare, dan darah pada urine atau feses.
Penyakit Kawasaki adalah kondisi yang umum ditemukan pada anak di bawah lima tahun. Gejala utamanya berupa demam selama lima hari atau lebih, disertai ruam, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, bibir kering dan pecah-pecah, jari tangan serta kaki yang kemerahan, atau mata merah.
Microscopic polyangiitis jarang terjadi dan dapat menyebabkan vaskulitis jangka panjang. Kondisi ini sering dialami pasien dewasa muda.
Penyakit ini dapat mempengaruhi berbagai organ, namun paling sering melibatkan paru-paru, ginjal, dan saraf.
Penyakit yang utamanya menyerang pembuluh darah arteri pada usus, ginjal, dan saraf ini cukup langka. Polyarteritis nodosa dapat dipicu oleh infeksi seperti hepatitis B, namun penyebab pastinya tidak diketahui.
Gejala polyarteritis nodosa dapat berupa nyeri otot dan sendi, sakit perut, ruam, kesemutan, baal, atau perdarahan usus.
Polymyalgia rheumatica sering berkaitan dengan giant cell arteritis. Kondisi ini sering dialami orang dewasa berusia di atas 50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Gejalanya berupa nyeri dan kaku pada bahu, leher, maupun pinggang yang memburuk setelah bangun tidur. Gejala lainnya adalah demam, rasa lelah, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, dan depresi.
Kondisi yang paling sering dialami perempan ini mempengaruhi arteri utama jantung dan arteri besar lainnya yang bercabang dari jantung. Takayasu arteritis dapat menyebabkan rasa lelah, demam, berat badan menurun, nyeri otot dan sendi, pusing, sesak napas, dan nyeri, baal, atau rasa dingin pada kaki.
Vaskulitis | |
---|---|
Dokter spesialis | Dokter Penyakit Dalam |
Gejala | Demam, sakit kepala, mudah lelah |
Faktor risiko | Infeksi, kanker darah, penyakit autoimun |
Metode diagnosis | Tes darah, pemeriksaan pencitraan, angiografi |
Pengobatan | Obat-obatan, operasi |
Obat | Kortikosteroid, methotrexate, azathioprine |
Komplikasi | Kerusakan organ, aneurisma, kebutaan |
Kapan harus ke dokter? | Mengalami gejala vaskulitis |
Gejala vaskulitis berbeda-beda. Karena sering dihubungkan dengan penurunan aliran darah dalam tubuh, gejala umum yang biasa ditimbulkan oleh vaskulitis diantaranya:
Tanda dan gejala vaskulitis lainnya terkait dengan bagian tubuh yang terkena, yaitu:
Bila lambung atau usus pasien terdampak, gejala berupa nyeri setelah makan dapat dirasakan pasien. Luka atau lubang pada usus dapat terjadi dan menyebabkan perdarahan pada feses.
Pusing, telinga berdenging, dan gangguan pendengaran dapat terjadi.
Vaskulitis dapat menyebabkan mata tampak kemerahan dan gatal atau terasa terbakar. Pada giant cell arteritis, pandangan ganda, dan kebutaan baik sementara atau permanen di satu atau kedua mata. Kelainan mata seringkali merupakan tanda pertama penyakit ini.
Beberapa jenis vaskulitis dapat menyebabkan baal atau kelemahan pada tangan atau kaki. Telapak tangan dan kaki dapat mengalami pembengkakan atau mengeras.
Pasien dapat mengalami sesak napas atau batuk darah bila vaskulitis menyerang paru-paru.
Perdarahan di bawah kulit dapat tampak seperti titik-titik merah. Vaskulitis juga dapat menyebabkan benjolan atau luka terbuka pada kulit.
Hingga saat ini, penyebab vaskulitis belum diketahui. Namun para pakar menduga bahwa ada sederet faktor yang bisa memengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalaminya.
Faktor-faktor risiko vaskulitis tersebut meliputi:
Untuk memastikan diagnosis vaskulitis, dokter akan melakukan langkah-langkah pemeriksaan di bawah ini:
Dokter akan menanyakan gejala serta riwayat medis pasin maupun keluarga
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda vaskulitis.
Tes darah berfungsi melihat ada tidaknya peradangan, kadar protein C yang tinggi dalam darah, menilai jumlah sel darah merah, dan mendeteksi antineutrofil sitoplasma untuk memastikan vaskulitis.
Tes urine dilakukan untuk menilai ada tidaknya kandungan protein atau sel darah merah dalam air seni pasien, yang dapat menandakan masalah medis.
Tes pencitraan berfungsi memastikan pembuluh darah dan bagian tubuh yang terkena, serta melihat efektivitas pengobatan. Beberapa tes yang disarankan meliputi rontgen, ultrasonografi (USG), CT scan, MRI, dan positron emission tomography (PET).
Angiografi menggunakan zat pewarna khusus yang disuntikkan ke dalam arteri besar atau vena. Tes pencitraan lalu dilakukan untuk melihat aliran zat ini dan kondisi pembuluh darah.
Prosedur biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari tubuh yang dicurigai terkena vaskulitis. Sampel ini lalu diperiksa di laboratorium.
Advertisement
Pengobatan vaskulitis bertujuan mengendalikan peradangan dan mengatasi kondisi yang mendasarinya. Dokter dapat menganjurkan cara mengobati vaskultis berikut ini:
Obat yang paling sering diresepkan untuk mengendalikan peradangan yang disebabkan oleh vaskulitis adalah kortikosteroid. Contohnya, prednison.
Namun obat ini memiliki efek samping yang perlu diwaspadai. Misalnya, peningkatan berat badan, diabetes, dan tulang keropos.
Bila obat kortikosteroid digunakan untuk terapi jangka panjang, dokter mungkin akan meresepkan dosis terendah bagi pasien.
Obat-obatan lain juga bisa diberikan oleh dokter untuk digunakan bersama kortikosteroid. Langkah ini dilakukan mengendalikan peradangan, sehingga dosis kortikosteroid dapat dikurangi lebih cepat.
Jenis obat tersebut tergantung pada jenis vaskulitis yang dialami okeh pasien. Contoh obat ini meliputi methotrexate, azathioprine, mycophenolate, cyclophosphamide, tocilizumab, atau rituximab.
Pada beberapa kasus, vaskulitis menyebabkan aneurisma. Pada aneurisma, dinding pembuluh darah akan menipis dan menonjol. Kondisi ini membutuhkan operasi untuk mengurangi risiko pecahnya pembuluh darah.
Pembuluh darah yang tersumbat juga memerlukan operasi untuk mengembalikan aliran darah menjadi normal pada area yang terdampak.
Komplikasi vaskulitis yang muncul akan tergantung pada tipe dan tingkat keparahan kondisinya. Komplikasi juga dapat terkait dengan efek samping obat-obatan yang digunakan oleh pasien.
Secara umum, komplikasi tersebut dapat berupa:
Beberapa jenis vaskulitis dapat bersifat berat, sehingga menyebabkan kerusakan pada organ-organ besar.
Gumpalan darah dapat terbentuk dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah. Meski jarang, vaskulitis juga bisa memicu pembuluh darah melemah dan menonjol, sehingga menimbulkan aneurisma.
Kebutaan dapat terjadi pada pasien dengan giant cell arteritis yang tidak diobati.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk menangani vaskulitis, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi.
Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah vaskulitis juga tidak tersedia.
Apabila mengalami gejala yang mengarah pada vaskulitis, segera konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis vaskulitis. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved