1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Tuli ditandai dengan penurunan kemampuan dengar
Tuli adalah kondisi medis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kemampuan mendengar suara. Derajat gangguan pendengaran ini bervariasi, dari ringan hingga sangat berat.
Kondisi tuli dapat disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari cedera, penyakit, kelainan genetik, hingga faktor penuaan.
Derajat ketulian atau gangguan pendengaran dinilai berdasarkan intensitas suara (desibel). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeskripsikan disabling hearing loss sebagai gangguan mendengar di intensitas suara lebih dari 40 desibel pada dewasa dan lebih dari 30 desibel pada anak-anak.
Menurut data WHO, sekitar lima persen dari seluruh penduduk dunia mengalami disabling hearing loss. Jumlah ini terdiri dari 432 juta orang dewasa dan 34 juta anak-anak.
Lebih jauh lagi, WHO juga memperkirakan akan ada lebih dari 900 juta orang, atau sekitar 10 persen orang akan mengalami kondisi ini pada tahun 2050.
Pada awalnya, gejala tuli berupa kesulitan mendengar suara bernada tinggi. Misalnya, suara anak-anak dan wanita. Huruf S dan F juga sulit didengar dengan jelas.
Selain itu, gejala tuli atau gangguan pendengaran lainnya dapat berupa:
Penyebab tuli berbeda-beda dan tergantung pada jenisnya. Secara umum, tuli disebabkan oleh gangguan pada proses pendengaran.
Proses dengar terjadi ketika gelombang suara memasuki telinga, dialirkan dalam saluran telinga, dan mencapai gendang telinga.
Gendang telinga akan bergetar. Getaran ini dialirkan ke telinga tengah, dan menyebabkan tulang-tulang pendengaran ikut bergetar. Tulang pendengaran lalu memperbesar getaran dan ditangkap oleh koklea di telinga bagian dalam.
Dari koklea, getaran suara dibawa ke otak melalui serabut saraf pendengaran. Otak kemudian menginterpretasi getaran suara menjadi suara yang kita dengar. Apabila terjadi gangguan pada proses dengar tersebut, kondisi tuli bisa terjadi.
Secara umum, terdapat tiga jenis gangguan pendengaran di bawah ini:
Pada tuli konduktif, gelombang suara tidak dapat dialirkan dari telinga luar ke telinga bagian dalam. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi ini meliputi:
Infeksi dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut yang bisa mengurangi fungsi gendang telinga. Tulang pendengaran juga bisa mengalami kerusakan karena cedera, infeksi, atau menyatunya tulang-tulang pendengaran (ankylosis).
Tuli sensorineural disebabkan oleh kerusakan pada telinga bagian dalam. Contohnya, koklea, saraf pendengaran, maupun otak.
Jenis tuli ini biasanya disebabkan oleh:
Tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli konduktif dan sensorineural. Kondisi ini biasanya terjadi karena:
Degenerasi karena penuaan dapat merusak struktur telinga bagian dalam.
Paparan suara bising dapat merusak sel-sel telinga bagian dalam. Kerusakan bisa terjadi akibat paparan dalam waktu yang lama (misalnya kebiasaan mendengarkan musik dengan volume tinggi) maupun seketika (seperti suara tembakan atau ledakan).
Penyakit infeksi virus juga dapat merusak telinga. Misalnya, meningitis, campak, dan gondongan (mumps).
Kerusakan telinga dalam dapat pula disebabkan cedera pada bagian kepala.
Lebih dari 200 jenis obat bersifat ototoksik, yakni dapat merusak telinga. Beberapa jenis obat yang bisa memicu kerusakan telinga permanen meliputi sebagian antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), serta obat untuk kemoterapi.
Contoh tumor yang dapat menyebabkan gangguan telinga adalah acoustic neuroma dan cholesteatoma.
Ketulian kongenital terjadi sejak lahir. Penyebabnya bisa berupa kelahiran prematur, diabetes pada ibu hamil, rendahnya oksigen saat bayi lahir, faktor keturunan, dan penyakit infeksi (seperti rubella) yang ditularkan dari ibu hamil pada sang bayi.
Terdapat beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko tuli. Faktor risiko tersebut meliputi:
Seiring bertambahnya usia, degenerasi pada struktur telinga akan terjadi dan dapat mengganggu pendengaran.
Paparan suara terlalu nyaring dapat merusak sel-sel di telinga bagian dalam. Kerusakan ini dapat terjadi akibat paparan suara keras dalam waktu lama atau singkat (seperti ledakan atau tembakan).
DNA dapat membuat seseorang lebih rentan untuk mengalami kerusakan telinga akibat paparan suara atau proses penuaan.
Pekerjaan yang mengharuskan seseorang mendengar suara bising pun berpengaruh pada penurunan kemampuan dengar dan risiko ketulian. Contohnya, suara mesin pabrik, mesin konstruksi, dan pertanian.
Melakukan aktivitas berisiko paparan suara keras dapat memicu gangguan pendengaran permanen. Contohnya, bunyi senjata api, mesin tenaga jet, serta bunyi saat menebang kayu.
Obat-obatan tertentu juga dapat merusak telinga bagian dalam. Contohnya, gentamisin, viagra, dan obat kemoterapi.
Efek samping sementara berupa telinga berdenging (tinnitus) atau berkurangnya pendengaran juga bisa dialami setelah mengonsumsi aspirin, obat pereda nyeri, obat antimalaria, atau obat jenis diuretik dosis tinggi.
Penyakit yang melibatkan demam tinggi (seperti meningitis) pun dapat merusak koklea.
Untuk memastikan diagnosis tuli, dokter bisa melakukan beberapa pemeriksaan di bawah ini:
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada telinga pasien untuk mencari penyebab gangguan pendengaran. Misalnya, penumpukan kotoran telinga atau peradangan karena infeksi.
Dokter juga akan mencari kelainan pada anatomi telinga pasien, yang mungkin menyebabkan ketulian.
Dokter dapat melakukan tes bisik untuk memeriksa respons pasien terhadap suara. Pasien akan diminta untuk menutup telinga satu per satu dan membisikkan kata dengan berbagai volume.
Tes pendengaran bisa diakses dengan mudah dari ponsel untuk memeriksa gangguan pendengaran.
Garpu tala adalah alat khusus berbentuk seperti garpu berbahan dasar logam. Tes pedengaran dengan garpu tala dapat membantu dokter dalam mendeteksi ketulian.
Dalam pemeriksaan audiometri, pasien akan menggunakan earphone. Mesin audiometri kemudian memperdengarkan suara dengan berbagai nada dan intensitas melalui earphone tersebut.
Melalui pemeriksaan medis, dokter akan menilai derajat ketulian atau gangguan pendengaran. Tingkat keparahan ini dinilai berdasarkan intensitas suara (desibel) dengan detail sebagai berikut:
Pasien dengan tuli derajat ringan biasanya mengalami masalah untuk memahami perkataan orang lain, terutama ketika ia berada di lingkungan bising.
Penderita tuli derajat ringan memerlukan alat bantu dengar. Sementara pasien dengan tuli derajat berat hanya dapat berkomunikasi dengan membaca gerakan bibir.
Tuli derajat sangat berat ditandai dengan penderita yang sama sekali tidak bisa mendengarkan suara, dan memerlukan bantuan gerakan bibir atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi.
Advertisement
Cara mengobati tuli dan gangguan pendengaran akan ditentukan oleh dokter berdasarkan penyebabnya. Sederet penanganan yang bisa dilakukan meliputi:
Kotoran telinga yang menyumbat saluran pendengaran akan diangkat oleh dokter dengan alat pengisap atau alat khusus lainnya.
Beberapa jenis tuli dapat ditangani dengan operasi. Misalnya, kelainan pada gendang telinga atau tulang-tulang pendengaran.
Bila pasien mengalami infeksi berulang dengan cairan yang terus muncul dalam telinga, dokter dapat memasukkan selang kecil untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Jika kondisi tuli disebabkan oleh kerusakan telinga bagian dalam, dokter bisa menyarankan penggunaan alat bantu dengar.
Pasien dengan tuli derajat berat dan tidak bisa membaik meski sudah memakai alat bantu dengar, direkomendasikan untuk menjalani implan koklea. Implan ini dapat membuat jalan pintas agar suara dapat langsung ditangkap oleh saraf-saraf pendengaran.
Tuli perlu ditangani dengan saksama. Pasalnya kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Sebagai contoh, kalangan lanjut usia (lansia) dengan gangguan pendengaran bisa mengalami depresi karena sulitnya berkomunikasi dan isolasi sosial. Kondisi tuli juga berkaitan dengan gangguan kognitif (fungsi berpikir).
Baca Juga: Implan Koklea Vs Alat Bantu Dengar Biasa, Mana yang Lebih Baik untuk Anda?
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah tuli meliputi:
Membatasi durasi dan intensitas paparan suara pada telinga adalah upaya pencegahan tuli yang terbaik. Misalnya untuk Anda yang bekerja di lokasi bising, gunakan alat penutup atau penyumbat telinga untuk melindungi telinga dari paparan suara bising.
Anda juga dapat melakukan proteksi kemampuan dengar dengan membatasi volume musik yang didengarkan, terutama ketika Anda memakai earphone atau headphone.
Pemeriksaan kesehatan telinga sebaiknya dilakukan secara berkala, khususnya pada orang yang bekerja di lingkungan bising. Ketika kondisi tuli terdeteksi, dokter akan merekomendasikan upaya untuk mencegah kondisi ini semakin parah.
Aktivitas atau kebiasaan tertentu bisa saja meningkatkan risiko Anda untuk mengalami tuli seiring berjalannya waktu. Misalnya, berburu dengan senjata api, menghadiri konser rock band, atau menggunakan alat-alat pertukangan tertentu.
Anda dapat menggunakan alat pelindung telinga atau berhenti sejenak dari aktivitas tersebut, atau menurunkan volume saat mendengarkan musik.
Imunisasi penting dilengkapi sejak anak-anak. Misalnya, untuk menghindari penyakit seperti campak, meningitis, rubella, dan gondongan.
Dengan begitu, risiko gangguan pendengaran maupun karena penyakit tersebut juga dapat dikurangi.
Segera berkonsultasi ke dokter THT (telinga hidung tenggorokan) bila Anda mengalami:
Namun ketulian akibat penuaan berlangsung secara perlahan-lahan, sehingga penderita sering tidak menyadarinya. Karena itulah, pemeriksaan telinga secara berkala dianjurkan.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Selama pemeriksaan, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis tuli dan gangguan pendengaran agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved