30 Agt 2023
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Penderita trikotilomania cenderung sulit menghentikan perilaku menarik rambutnya sendiri.
Trichotillomania atau trikotilomania adalah dorongan tidak tertahankan untuk menarik rambut sendiri. Tidak hanya rambut di bagian kepala, orang dengan kondisi ini juga mungkin mencabut rambut di alis atau bulu mata.
Kondisi yang lebih sering terjadi pada anak remaja dan dewasa muda ini tergolong sebagai gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Jika sifatnya parah, trikotilomania bisa menimbulkan efek yang sangat negatif terhadap kebahagiaan, kesejahteraan, dan kualitas hidup dari orang yang mengalaminya.
Berikut beragam gejala trikotilomania yang umumnya terjadi:
Segera periksakan diri ke dokter bila kamu atau anak sering mencabut rambut sendiri, atau apabila si kecil memiliki kebiasaan memakan rambut.
Memakan rambut dapat menyebabkan terbentuknya bola rambut (hairball) di lambung dan mengakibatkan penyakit serius.
Sampai saat ini, penyebab trikotilomania belum diketahui secara pasti. Tetapi, kondisi ini diyakini muncul akibat kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
Terdapat pula sejumlah hal yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini. Faktor-faktor risiko trikotilomania tersebut meliputi:
Jika memiliki kerabat dekat dengan penyakit ini, risiko seseorang untuk mengalami gangguan yang sama juga akan meningkat.
Trikotilomania biasanya terjadi sebelum atau selama masa awal remaja (paling sering antara usia 10-13 tahun). Kondisi ini juga umumnya berlangsung seumur hidup.
Orang dengan trikotilomania juga mungkin mengalami gangguan kesehatan lain, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau OCD.
Situasi atau kejadian yang sangat menegangkan dapat memicu kebiasaan mencabut rambut pada sebagian orang.
Bagi beberapa orang, kebiasaan mencabut rambut bisa membuat ketagihan. Semakin terbiasa, semakin besar pula hasrat untuk melakukannya secara terus-menerus.
Perubahan hormon selama masa pubertas juga dipercaya dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Untuk mendiagnosis trikotilomania, dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien maupun keluarga. okter juga bisa melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tandanya, seperti mengecek kondisi rambut.
Dalam menentukan diagnosis trikotilomania, dokter umumnya akan menggunakan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Berdasarkan DSM-5, seseorang bisa dianggap mengalami trikotilomania jika memenuhi kriteria berikut:
Advertisement
Untuk mengatasi trikotilomania, dokter dapat menganjurkan beberapa langkah berikut:
Terdapat beberapa jenis terapi psikologis atau psikoterapi yang bisa dijalani sebagai cara mengobati trikotilomania. Apa sajakah itu?
Pelatihan pembalikan kebiasaan (habit reversal training)
Terapi ini biasanya paling sering digunakan untuk membantu orang dengan trikotilomania.
Dalam habit reversal training, orang dengan trikotilomania diminta untuk membuat catatan harian mengenai perilaku menarik rambut yang ia lakukan, menyadari jenis situasi yang membuatnya ingin mencabut rambut, serta belajar untuk menghindari situasi tersebut.
Di samping itu, terapi ini mengharuskan orang dengan trikotilomania untuk menggantikan kebiasaan menarik rambutnya dengan perilaku lain. Contohnya, mengepalkan tangan untuk menghentikan dorongan yang dirasakan.
Terapi kognitif
Terapi kognitif membantu orang dengan kondisi ini untuk mengidentifikasi dan memeriksa pola pikir yang memicu perilaku menarik rambut.
Terapi penerimaan dan komitmen
Terapi penerimaan dan komitmen dapat membantu pasien untuk menerima dorongan mencabut rambut yang dirasakan tanpa melampiaskannya dalam bentuk perilaku.
Dalam beberapa kasus, dokter bisa meresepkan obat-obatan antidepresan dan antipsikotik untuk menangani trikotilomania. Beberapa obat yang biasanya diresepkan dokter berupa:
Selama menjalani pengobatan trikotilomania, pasien membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Pasalnya, penanganan ini memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Orang dengan kondisi ini mesti bersabar dalam menjalaninya. Demikian pula dengan pasangan, kerabat, maupun teman dekatnya.
Pasien juga bisa bergabung dalam support group (kelompok dukungan) untuk berbagi cerita. Dengan ini, proses pengobatan bisa lebih optimal.
Walau tidak terlihat sebagai gangguan mental yang serius, trikotilomania dapat memicu sederet komplikasi di bawah ini:
Orang dengan trikotilomania bisa diselimuti rasa malu dan terhina sehingga mungkin mengalami penurunan harga diri, depresi, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan alkohol maupun narkoba.
Rasa malu akibat rambut rontok bisa membuat orang dengan trikotilomania menghindari aktivitas sosial dan kesempatan untuk bekerja.
Sebagian orang dengan trikotilomania juga menghindari menjalin hubungan dekat keintiman dengan orang lain karena takut ketahuan mengidap kondisi tersebut.
Pasien mungkin akan menggunakan rambut atau bulu mata palsu, dan menata rambutnya untuk menutupi bagian rambut yang botak.
Mencabut rambut secara terus-menerus bisa menyebabkan luka dan kerusakan lainnya, termasuk kebotakan dan infeksi di kulit kepala atau area lain tempat rambut dicabut.
Memakan rambut dapat memicu terbentuknya bola rambut (hairball) di dalam sistem pencernaan. Dalam kurun waktu beberapa tahun, hairball bisa mengakibatkan penurunan berat badan, muntah-muntah, obstruksi usus, bahkan kematian.
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah trikotilomania yang pasti. Namun, menangani emosi negatif yang bisa memicunya dapat membantu pasien untuk menghindari keinginan mencabut rambut, termasuk stres.
Teratur berolahraga, bercerita dengan teman dan keluarga, serta melakukan hobi, meditasi, dan yoga, mungkin bisa menjadi langkah guna menurunkan tekanan stres sehingga terhindar dari kondisi ini.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved