logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Toxic shock syndrome (TSS)

1 Jun 2021

| Nurul Rafiqua

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Pemberian imunoglobulin pada pasien TSS dapat membantu melawan infeksi dari dalam.

Salah satu gejala TSS paling umum adalah timbulnya ruam pada tangan dan kaki.

Pengertian toxic shock syndrome (tss)

Toxic shock syndrome (TSS) atau sindrom syok toksik adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat racun dari bakteri strain Staphylococci

Racun yang dihasilkan dari bakteri tersebut dapat mengakibatkan kegagalan organ vital seperti hati, paru-paru atau jantung.

Kondisi ini kerap dikaitkan dengan penggunaan tampon dengan daya serap tinggi pada wanita muda. Meski begitu, TSS dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan gender, termasuk pria dan anak-anak.

Kondisi ini termasuk langka, tapi dapat membahayakan nyawa penderitanya ketika terjadi. Oleh karena itu, TSS digolongkan sebagai kondisi kegawatdaruratan medis. Penderita TSS dapat sembuh total selama mendapatkan perawatan medis dengan segera. 

Tanda dan gejala toxic shock syndrome (tss)

Gejala TSS dapat muncul secara tiba-tiba dengan tanda yang berbeda pada tiap orang, tergantung dari jenis bakteri penyebabnya.

Namun secara umum penderita sindrom syok toksik akan mengalami gejala-gejala berikut:

  • Muntah dan mual
  • Demam tinggi
  • Diare
  • Ruam seperti terbakar matahari terutama pada telapak tangan dan telapak kaki.
  • Kepala terasa pening, hingga pingsan.
  • Tekanan darah rendah
  • Sakit kepala
  • Mata menjadi merah (konjungtivitis).
  • Kulit mengelupas, terutama di area tumit kaki dan telapak tangan.
  • Nyeri otot
  • Terlihat linglung
  • Kejang
  • Mudah haus
  • Volume urine berkurang

Penyebab toxic shock syndrome (tss)

Toxic shock syndrome bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri, yaitu:

Staphylococcus aureus

Toxic shock syndrome dilaporkan pertama kali terjadi pada tahun 1978 akibat pemakaian tampon berdaya serap tinggi saat menstruasi.

Penyebabnya diduga karena pemakaian yang terlalu lama. Bahan kapas dari tampon yang dibiarkan terlalu lama menyerap darah akan membuat lingkungan dalam vagina terus-terusan lembap. Lingkungan vagina yang lembap menyebabkan  bakteri bertumbuh dengan cepat.

Selain itu, tampon yang bergeser bisa menghasilkan robekan mikroskopis di dinding vagina sehingga dapat merusak pembuluh darah kecil. Tampon yang tidak diganti dalam waktu yang lama juga bisa menyebabkan kekeringan di vagina yang membuat robekan lebih mungkin terjadi. Luka tersebutlah yang menjadi jalan masuk bakteri Staphylococcus ke pembuluh darah.

Sebenarnya, bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang normal berada di tubuh dan biasanya tidak menyebabkan infeksi. Sebagian besar orang memiliki antibodi atau kekebalan tubuh yang dapat mencegah terjadinya infeksi akibat bakteri ini.

Namun, tidak semua orang memiliki kekebalan tubuh tersebut sehingga lebih berisiko mengalami infeksi bakteri S.aureus. Selain dipicu oleh penggunaan tampon, infeksi bakteri ini juga dapat terjadi akibat penularan dari orang lain yang mengalami infeksi serupa.

Infeksi S.aureus pun bisa muncul sebagai lanjutan dari infeksi lain seperti pneumonia dan sinusitis.

Streptococcus pyogenes

TSS yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes dapat terjadi sebagai infeksi sekunder. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang baru saja mengalami cacar air, selulitis bakteri (infeksi pada kulit dan jaringan di bawahnya), atau orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Clostridium sordellii

Secara normal, bakteri ini terdapat di vagina dan tidak menyebabkan infeksi. Bakteri Clostridium sordellii dapat masuk ke rahim saat menstruasi, melahirkan, atau prosedur medis (seperti aborsi). Bakteri ini juga bisa masuk ke aliran darah melalui obat yang disuntikkan melalui pembuluh darah.

Baca juga: Jangan Salah, Begini Cara Memakai Tampon yang Aman

Faktor Risiko sindrom syok toksik (TSS)

Berikut ini faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom syok toksik:

  • Riwayat penggunaan tampon superabsorben 
  • Memiliki luka bekas operasi
  • Infeksi lokal di dalam kulit atau jaringan dalam tubuh
  • Riwayat penggunaan alat kontrasepsi spons atau diafragma.
  • Riwayat bersalin, keguguran, atau aborsi

Baca jawaban dokter: Gatal menggunakan pembalut saat haid, bagaimana cara mengatasinya?

Diagnosis toxic shock syndrome (tss)

Apabila mencurigai seseorang mungkin menderita toxic shock syndrome, dokter akan memberikan cairan infus serta antibiotik sesegera mungkin meski diagnosis TSS belum dipastikan sepenuhnya.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan, seperti:

  • Kultur darah. Pada pemeriksaan ini dokter akan mengambil sampel dari area yang terinfeksi (sepert serviks, tenggorokan, atau vagina) guna menemukan dan mengidentifikasi bakteri di dalam darah.
  • Tes darah, yaitu prosedur untuk mengukur pembekuan darah waktu perdarahan, jumlah sel, elektrolit, dan fungsi hati. Pemeriksaan darah dapat membantu dokter untuk melihat apakah organ tubuh lain, seperti ginjal atau hati masih bekerja dengan baik. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk mengecek apakah ada penyakit lain yang mungkin menyebabkan terjadinya kondisi tersebut.
  • Tes urine, untuk mencari tanda-tanda infeksi bakteri, terutama terjadi mioglobinuria dan hemoglobinuria.
  • Pungsi lumbal. Prosedur ini melibatkan penyisipan jarum di antara tulang belakang untuk mengambil cairan tulang belakang dan memeriksa kemungkinan adanya bakteri.
  • Studi pencitraan dapat dilakukan pada pasien TTS yang dicurigai mengalami disfungsi multiorgan dengan sindrom gangguan pernapasan akut.

Advertisement

Cara mengobati toxic shock syndrome (tss)

Penderita TSS harus segera dibawa ke rumah sakit. Penanganan untuk pasien TSS umumnya akan dilakukan di ICU (Intensive Care Unit). Perawatan akan dimulai dengan pemberian antibiotik guna meredakan infeksi yang terjadi.

Pada beberapa kasus, pasien dapat pula diberikan imunoglobulin. Imunoglobulin adalah antibodi murni yang didapatkan dari darah yang didonorkan oleh orang lain. Pemberian imunoglobulin juga dipercaya dapat membantu untuk melawan infeksi.

Selain kedua perawatan di atas, langkah-langkah di bawah ini juga dapat dilakukan untuk membantu mengatasi TSS:

  • Pemberian oksigen untuk membantu pernapasan.
  • Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi serta kerusakan organ.
  • Obat untuk membantu mengontrol tekanan darah.
  • Dapat juga dilakukan dialisis (cuci darah) apabila ginjal telah berhenti berfungsi.
  • Pada kasus yang parah, dapat dilakukan operasi untuk mengangkat jaringan-jaringan yang telah mati. Meski jarang terjadi, anggota tubuh yang terkena TSS bisa jadi perlu diamputasi.

Umumnya, penderita TSS akan membaik dalam waktu beberapa hari. Namun mungkin perlu waktu hingga beberapa minggu sebelum kondisi pasien benar-benar pulih dan diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.

Komplikasi sindrom syok toksik (TSS)

Sindrom syok toksik merupakan kondisi yang mengancam nyawa. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat mempengaruhi organ-organ utama tubuh. Jika tak ditangani, sindrom syok toksik dapat berujung pada komplikasi berupa:

Cara mencegah toxic shock syndrome (tss)

Untuk dapat mencegah penyebaran bakteri penyebab terjadinya toxic shock syndrome, Anda disarankan untuk rutin mencuci tangan. Selama menstruasi, risiko TSS pada wanita dapat berkurang apabila:

  • Mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum maupun sesudah memasang tampon. Atau menghindari penggunaan tampon untuk sementara dan menggantinya dengan alternatif lain.
  • Apabila Anda lebih memilih menggunakan tampon, pilih jenis yang memiliki tingkat penyerapan terendah namun masih dapat menampung volume darah menstruasi dan gantilah secara berkala. Jangan lupa untuk menggantinya tiap 4-8 jam sekali.
  • Saat aliran darah menstruasi sedang sedikit, hindari penggunaan tampon dan beralihlah pada pembalut.
  • Simpan tampon di tempat yang jauh dari sinar matahari dan lembap karena dapat memicu pertumbuhan bakteri.
  • Wanita yang memiliki riwayat TSS tidak diperkenankan untuk kembali menggunakan tampon.
  • Jika memiliki luka sehabis operasi, jaga luka dengan baik dengan sering mengganti balutan perban.

Baca juga: Kenali Kelebihan Pembalut, Tampon, dan Menstrual Cup

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Awal terjadinya toxic shock syndrome bisa serupa dengan infeksi lainnya. Namun, infeksi yang terjadi pada TSS dapat berkembang menjadi kondisi serius dan membahayakan nyawa.

Segera hubungi dokter saat Anda yang awalnya mengalami sakit ringan, namun berkembang dengan cepat menjadi kondisi parah. Terutama jika kondisi ini disertai dengan munculnya gejala di seluruh tubuh.

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Umumnya, TSS baru terdeteksi setelah memasuki fase gawat darurat. Namun apabila Anda khawatir tentang risikonya, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai pencegahan serta faktor risiko yang Anda miliki.

Berikut ini beberapa informasi yang dapat membantu Anda untuk mempersiapkan kunjungan ke dokter:

  • Perhatikan apakah ada pantangan yang perlu dihindari. Saat membuat janji dengan dokter, tanyakan apakah ada sesuatu yang harus Anda persiapkan sebelumnya.
  • Catat gejala apa saja yang Anda rasakan. Tidak hanya gejala yang menurut Anda berhubungan dengan TSS, Anda juga perlu mencatat kondisi lain meski sekiranya tidak berkaitan.
  • Catat informasi pribadi yang diperlukan. Tulis apabila terdapat perubahan besar yang akhir-akhir ini terjadi pada hidup Anda atau apabila Anda mengalami stres berat dalam beberapa waktu terakhir.
  • Catat tanggal mulainya menstruasi terakhir Anda.
  • Catat obat-obatan yang sedang Anda konsumsi. Tidak hanya obat, Anda juga perlu mencatat vitamin serta suplemen yang sedang Anda konsumsi.
  • Ajak anggota keluarga saat Anda melakukan pemeriksaan ke dokter. Orang yang mendampingi Anda mungkin dapat mengingat hal-hal yang disampaikan oleh dokter jika Anda melupakannya.
  • Tulis pertanyaan yang sekiranya ingin Anda ajukan ke dokter.

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Saat konsultasi, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti di bawah ini:

  • Sejak kapan gejala mulai Anda rasakan?
  • Apakah gejala yang Anda alami terjadi secara terus-menerus atau hanya pada saat tertentu?
  • Seberapa parah gejala yang Anda rasakan?
  • Apakah Anda menggunakan jenis tampon dengan daya penyerapan yang kuat?
  • Apa tipe kontrasepsi yang Anda gunakan?
  • Adakah hal tertentu yang memperburuk atau justru membuat gejala terasa lebih baik?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis toxic syok syndrome agar penanganan yang tepat bisa diberikan.

Advertisement

tampontoxic shock syndrometss

Bagikan

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved