1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Tenggelam merupakan gangguan proses bernapas karena terendam dalam air
Tenggelam adalah proses gangguan sistem pernapasan akibat seseorang terendam dalam air. Orang yang paling berisiko tinggi mengalaminya meliputi balita, anak-anak, remaja, berjenis kelamin pria, dan orang-orang yang sering melakukan kontak dengan air. Demikian pula dengan penderita epilepsi .
Tenggelam dapat diklasifikasikan kering atau basah, tergantung apakah kotak suara (laring) menjadi kejang dan air masuk ke paru-paru. Terlepas dari basah atau kering, tenggelam sama-sama memerlukan perawatan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), tenggelam adalah penyebab kematian akibat kecelakaan peringkat ketiga di dunia. Secara global, diperkirakan terdapat 236.000 orang yang meninggal akibat tenggelam.
Tenggelam terkadang tidak menimbulkan gejala dan tanda apapun. Korban biasanya menghabiskan energinya untuk menjaga kepalanya agar tetap berada di atas air dan mungkin terlalu lelah untuk berteriak meminta bantuan.
Bila air telah terhirup oleh korban dan menyebabkan spasme pita suara, korban tenggelam dapat mengalami masalah pernapasan. Seringkali, korban baru ditemukan setelah kehilangan nyawa.
Bagi korban tenggelam yang selamat, mereka mungkin akan cemas, kebingungan, dan mengalami sesak napas. Penting diingat untuk memprioritaskan fungsi otak dan paru terlebih dahulu pada semua korban tenggelam.
Penyebab utama tenggelam adalah seseorang tidak mampu bernapas di bawah air untuk jangka waktu yang signifikan. Selama hampir tenggelam, tubuh Anda terputus dari oksigen ke titik di mana sistem tubuh utama dapat mulai mati karena kekurangan aliran oksigen.
Dalam beberapa kasus (terutama pada anak kecil) hal ini bisa terjadi dalam hitungan detik. Proses ini biasanya memakan waktu lebih lama pada orang dewasa.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami tenggelam. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
Data global tentang kejadian tenggelam tahun 2014 menunjukkan bahwa usia adalah salah satu faktor risiko utama terjadinya tenggelam. Angka kejadian tenggelam tertinggi adalah pada kelompok usia anak-anak, terutama usia 1-4 tahun.
Pria lebih berisiko tinggi mengalami tenggelam. Pasalnya, pria lebih sering melakukan aktivitas yang berisiko. Contohnya, berenang sendirian dan mengonsumsi alkohol sebelum berenang atau berlayar
Orang yang sering melakukan kontak dengan air tentu lebih berisiko untuk mengalami tenggelam. Misalnya, nelayan.
Risiko tenggelam akan meningkat apabila ada bencana banjir, terutama bila banjir terjadi di negara dengan penghasilan rendah hingga menengah.
Gangguan medis tertentu juga bisa ikut andil dalam meningkatkan risiko tenggelam. Misalnya, kejang, serangan jantung, henti jantung mendadak, dan hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah).
Status sosial ekonomi yang rendah, kelompok minoritas, tingkat pendidikan rendah, serta kurangnya pegawasan pada anak pun akan membuat risiko tenggelam menjadi lebih tinggi.
Karena merupakan kecelakaan yang mendadak terjadi, diagnosis tenggelam ditentukan berdasarkan riwayat tenggelam yang dialami oleh pasien.
Semua orang yang ditemukan bersusah payah bertahan di dalam air umumnya akan mengalami gangguan pernapasan. Jadi bila Anda mengalami masalah pernapasan dan diketahui pernah terendam dalam air dan kesulitan bernapas, Anda dapat dapat dikatakan mengalami tenggelam.
Pemeriksaan fisik yang pertama kali dilakukan pada korban tenggelam adalah pemeriksaan tanda vital. Mulai dari evaluasi saluran napas, fungsi pernapasan, sirkulasi darah, dan pemeriksaan fungsi neurologis.
Pemeriksaan fisik jantung dan paru juga biasanya dilakukan pada tiap korban tenggelam. Bila korban dicurigai menderita cedera tulang leher dan tulang belakang, imobilisasi perlu dilakukan dulu sebelum pemeriksaan. Langkah ini bertujuan mencegah kerusakan sistem saraf medula spinalis.
Dokter kemudian bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan rontgen, tergantung dari kondisi klinis korban yang tenggelam.
Advertisement
Penanganan tenggelam yang utama diawali dengan mengenali apakah korban mengalami masalah serius atau tidak, misalnya memeriksa tingkat kesadaran dan kelancaran pernapasan korban.
Bila korban tenggelam sulit atau tidak bernapas, segera berikan resusitasi jantung paru-paru (cardiopulmonary resuscitation/CPR). Namun tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah terlatih agar tidak mencederai korban.
Ingat, semua korban tenggelam harus segera mendapatkan bantuan medis profesional. Mintalah bantuan orang lain untuk menghubungi unit gawat darurat sembari Anda melakukan CPR.
Jika pasien bernafas tetapi tidak bangun, tempatkan orang tersebut pada posisi miring untuk mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Setelah tiba di rumah sakit pasien akan diberikan penanganan tenggelam sesuai dengan keparahan gejalanya.
Jika tidak ditangani dengan baik, korban dapat mengalami komplikasi yang meliputi:
Pencegahan tenggelam dapat Anda lakukan dengan cara-cara berikut:
Semua korban tenggelam harus mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin.
Peristiwa tenggelam umumnya adalah kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba. Karena itu, dokter biasanya akan menanyakan kronologisnya pada saksi mata serta riwayat medis pasien pada keluarganya. Berikut contohnya:
Saat pemeriksaan, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dan mungkin menganjurkan beberapa pemeriksaan penunjang.
Setelah kondisi korban sudah stabil, dokter bisa merujuknya ke dokter spesialis tertentu, tergantung dari sistem tubuh mana yang mengalami gangguan. Dengan ini, korban dapat memperoleh pemeriksaan dan penanganan yang lebih komprehensif.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved