1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Syok anafilaksis bisa memicu gangguan pada berbagai bagian tubuh
Syok anafilaksis adalah gejala syok reaksi alergi yang berat dan dapat memengaruhi berbagai sistem organ. Kondisi ini tergolong berbahaya karena dapat mengancam nyawa penderita.
Di Indonesia, penyebab utama syok anafilaksis adalah gigitan serangga. Sementara penyebab lainnya meliputi zat kontras pada prosedur pemindaian dan obat penisilin.
Reaksi syok anafilaksis dapat terjadi dalam hitungan menit, bahkan detik sejak penderita terpapar pemicu alergi (alergen). Gejalanya bisa berupa tekanan darah yang rendah (hipotensi), kehilangan kesadaran, serta penyempitan saluran pernapasan sehingga penderita sulit bernapas.
Oleh karena itu, penderita syok anafilaksis membutuhkan penanganan secepat mungkin agar nyawanya tertolong.
Kebanyakan orang yang mengalami syok anafilaksis mengalami gejala dalam beberapa menit setelah terpapar alergen (pemicu alergi).
Syok anafilaksis diawali dengan gejala-gejala yang mungkin bersifat ringan dan tidak terlalu khas. Gejala yang harus diwaspadai meliputi:
Gejala dari syok anafilaksis yang utama bisa berupa:
Mungkin saja ada tanda dan gejala syok anafilaksis yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Baca Juga: Penyebab Badan Lemas dan Gejala Lain yang Harus Diwaspadai
Penyebab utama syok anafilaksis adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap zat asing.
Sistem kekebalan tubuh (imun) biasanya menghasilkan protein yang dikenal sebagai antibodi, untuk melawan benda asing seperti virus dan bakteri. Namun pada beberapa orang, sistem imun bereaksi secara berlebihan terhadap zat seharusnya tidak menyebabkan reaksi alergi.
Sederet alergen atau pemicu reaksi alergi yang umum meliputi:
Meski jarang terjadi, beberapa orang juga bisa mengalami syok anafilaksis akibat olahraga tertentu seperti jogging. Bahkan aktivitas fisik yang ringan, seperti berjalan, dapat pula menjadi peicu kondisi ini.
Mengonsumsi makanan tertentu sebelum berolahraga atau berolahraga dalam cuaca panas, dingin, atau lembap juga memiliki kaitan dengan syok anafilaksis pada sebagian orang.
Jika tidak mengetahui pemicu reaksi alergi, pemeriksaan tertentu dapat membantu pasien dalam mengidentifikasi alergen. Namun dalam beberapa kasus, penyebab syok anafilaksis juga tidak dapat diketahui. Kondisi ini disebut anafilaksis idiopatik.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko syok anafilaksis. Faktor-faktor risiko ini meliputi:
Syok anafilaksis adalah kondisi darurat medis, jadi dokter biasanya langsung memberikan penanganan. Setelah kondisi pasien stabil, dokter baru akan melakukan langkah-langkah di bawah ini untuk menentukan diagnosis syok anafilaksis:
Dokter akan menanyakan gejala, riwayat medis, serta faktor risiko yang dimiliki oleh pasien. Demikian pula dengan hal-hal yang mungkin menjadi alergen.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda syok anafilaksis maupun kondisi lain yang meningkatkan risiko kondisi ini. Pemeriksaan ini bisa berupa:
Tes darah mungkin dianjurkan untuk mengukur jumlah enzim tertentu. Misalnya, tryptase yang dapat meningkat hingga tiga jam setelah syok anafilaksis terjadi.
Padaskin prick test atau uji tusuk kulit, dokter akan meneteskan beberapa jenis alergen di kulit pasien dan mencungkil kulit pasien, tapi tidak sampai berdarah. Dokter lalu mengamati reaksi kulit pasien.
Bila ada reaksi alergi yang muncul, pasien bisa dikatakan mengalami alergi terhadap alergen tersebut. Dengan ini, jenis alergen bisa diketahui.
Advertisement
Syok anafilaksis adalah kondisi emergensi yang memerlukan penanganan darurat. Karena itu, penderita harus segera di bawah ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sederet cara mengobati syok anafilaksis di bawah ini bisa diperhatikan:
Penanganan di rumah sakit diperlukan agar kondisi pasien bisa kembali stabil. Dokter akan menyarankan pemantauan selama 6-12 jam setelah gejala syok anafilaksis berhasil diatasi. Pasalnya, gejala rentan kembali terjadi dalam periode tersebut.
Penderita syok anafilaksis berat biasanya akan menjalani prosedur medis sebagai berikut:
Pasien biasanya diperbolehkan pulang ketika gejalanya sudah berhasil dikendalikan dan dipastikan tidak akan kambuh dalam waktu dekat. Namun pasien dengan syok anafilaksis berat akan membutuhkan perawatan yang lebih lama di rumah sakit.
Dokter juga bisa menganjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi. Dengan ini, pasien bisa mendapat saran mengenai cara menghindari syok anafilaksis di masa mendatang.
Bila tidak segera ditangani, syok anafilaksis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Baca Juga: Mengenal Cara Mengatasi Alergi Debu yang Efektif
Cara mencegah syok anafilaksis dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Anda bisa menyelidiki alergen dengan membuat catatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta menjalani tes alergi.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menjauhi alergen meliputi selalu memeriksa label produk sebelum digunakan atau menanyakan bahan yang digunakan pada pramusaji restoran bila Anda memiliki alergi makanan tertentu.
Anda juga perlu menhindari sengatan serangga bila hewan ini menjadi pemicu alergi. Misalnya, lebah.
Jangan lupa pula untuk memberitahukan kondisi alergi Anda pada dokter sebelum menjalani prosedur medis apapun.
Segera cari pertolongan medis apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala anafilaksis di bawah ini sebelum berujung pada kondisi syok:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan lainnya. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis syok anafilaksis serta mencari pencetus alergi agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved