1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Stenosis spinal adalah kondisi penyempitan tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan pada saraf dan terasa nyeri.
Tulang belakang atau spinal adalah sekumpulan tulang yang disebut vertebra. Tulang belakang memberikan stabilitas dan sokongan tubuh bagian atas. Hal ini memungkinkan manusia untuk berbalik dan berputar. Tulang belakang menjaga saraf tulang belakang, yang memungkinkan untuk berdiri dan membungkuk. Stenosis spinal menyebabkan penyempitan pada tulang belakang. Penyempitan ini menimbulkan tekanan pada saraf dan bisa menyakitkan.
Kelainan tulang belakang ini sering kali terjadi pada orang berusia lebih dari 50 tahun. Orang berusia lebih muda dengan cedera tulang belakang atau penyempitan saluran (kanal) tulang belakang juga memiliki risiko terkena penyakit ini. Penyakit seperti arthritis dan skoliosis dapat juga menyebabkan stenosis spinal.
Beberapa orang dengan stenosis spinal mengalami gejalanya. Sementara itu, yang lainnya dapat mengalami rasa sakit, kesemutan, mati rasa dan kelemahan otot. Gejala dapat semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Penanganannya dilakukan berdasarkan beratnya dampak stenosis spinal pada kualitas hidup pasien.
Banyak orang memiliki stenosis spinal yang terlihat pada MRI atau CT scan, tapi mungkin tidak mengalami gejala karena penyempitan yang terjadi adalah minimal. Biasanya gejala timbul secara bertahap dan memburuk seiring berjalannya waktu, akibat saraf yang makin tertekan. Gejala stenosis spina tergantung dari lokasi stenosis dan saraf yang terdampak.
Stenosis spinal pada leher (tulang belakang bagian servikal):
Stenosis spinal pada punggung bagian bawah (tulang belakang bagian lumbar):
Penyebab paling umum dari stenosis spinal adalah proses penuaan. Proses degenerasi terjadi pada seluruh tubuh seiring bertambahnya usia.
Jaringan dari tulang belakang akan mulai menebal, kemudian tulang akan membesar, sehingga menekan saraf. Kondisi seperti osteoarthritis (arthritis yang terjadi karena ke”ausan” sendi) dan rheumatoid arthritis, juga dapat berkontribusi terhadap stenosis spinal. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan tekanan pada saraf tulang belakang.
Berikut ini kondisi-kondisi yang berpotensi mengakibatkan stenosis spinal:
Untuk mendiagnosis stenosis spinal, dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai tanda dan gejala, serta melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien. Dokter akan melakukan beberapa tes pencitraan berikut ini untuk membantu mengetahui penyebab dari gejala yang muncul.
Advertisement
Cara mengobati stenosis spinal akan tergantung dari lokasi dan tingkat keparahan gejala. Obat-obatan, terapi fisik, dekompresi, dan operasi, bisa menjadi pilihan penanganan. Berikut penjelasannya:
Untuk mengobati peradangan dan sakit, dokter akan merekomendasikan obat yang dijual bebas seperti acetaminophen, aspirin, naproxen dan ibuprofen. Jika tidak membantu, dokter akan memberikan suntikan steroid pada saraf tulang belakang untuk meringankan peradangan dan sakit. Obat anestetik bisa menjadi pilihan lain untuk mengehentikan sakit pada area yang terinfeksi
Seseorang dengan stenosis spinal umumnya kurang aktif berupaya meredakan sakit. Sebab, para penderita stenosis spinal mengalami kelemahan otot, yang menyebabkan sakit lebih berat. Dalam kondisi ini, terapi fisik bisa bermanfaat untuk:
Prosedur ini menggunakan alat yang seperti jarum untuk mengangkat bagian dari ligamen yang menebal pada bagian belakang kolum tulang belakang. Tujuannya, untuk melebarkan ruangan pada kanal tulang belakang dan mengangkat akar saraf yang terjepit.
Prosedur ini disebut percutaneous image-guided lumbar decompression (PILD), atau yang sebelumnya disebut minimally invasive lumbar decompression (MILD).
Operasi bisa ditempuh jika pengobatan lain tidak membantu, atau jika menjadi terbatas karena gejalanya. Salah satu tujuan operasi adalah untuk meringankan tekanan pada saraf tulang belakang atau akar saraf, dengan menciptakan lebih banyak ruang di kanal tulang belakang. Pembedahan untuk dekompresi area stenosis adalah cara paling pasti untuk mengatasi gejala dari stenosis spinal.
Prosedur operasi lain yang dapat dilakukan, meliputi tindakan-tindakan medis berikut ini.
Laminektomi dilakukan dengan mengangkat bagian belakang vertebra (lamina) yang terdampak. Operasi ini bertujuan mengurangi tekanan pada saraf.
Pada beberapa kasus, vertebra yang terdampak mungkin perlu ditautkan pada vertebra yang berdampingan dengan perangkat keras, yang terbuat dari logam dan cangkok tulang (fusi spinal).
Fusi spinal dilakukan untuk mempertahankan kekuatan dari tulang belakang. Prosedur ini biasanya dianjurkan pada kasus stenosis spinal berat, terutama ketika beberapa tingkat dari tulang belakang terlibat.
Prosedur ini hanya mengangkat sebagian dari lamina, dengan membuat lubang yang cukup besar untuk mengurangi tekanan pada saraf di titik tertentu.
Prosedur ini hanya dilakukan di vertebra servikal (pada leher).
Operasi ini dilakukan dengan mengangkat lamina atau tulang dengan cara tertentu, untuk mengurangi kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya, sehingga kebutuhan untuk dilakukannya fusi spinal berkurang.
Meskipun jarang, komplikasi stenosis spinal dapat terjadi pada kondisi yang berat dan tidak ditangani. Komplikasi stenosis spinal tersebut antara lain:
Karena kebanyakan penyebabnya melibatkan penuaan dan ‘keausan’ sendi, cara mencegah stenosis spinal belum tersedia. Tapi beberapa langkah di bawah ini bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serta memperlambat perkembangan penyakit ini:
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala stenosis spinal.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis stenosis spinal. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved