1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penderita skizofrenia mengalami halusinasi dan delusi
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis. Kelainan jiwa ini ditandai dengan gangguan pola pikir, perilaku, dan emosi, serta kesulitan menerima realita.
Gejala-gejala skizofrenia tersebut menyebabkan penderita sering mengalami masalah di sekolah, pekerjaan, maupun hubungan sosial dengan orang lain.
Gejala skizofrenia biasanya pertama kali muncul di akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun pada pengidap laki-laki, dan pada usia 20-30 tahun pada penderita wanita.
Skizofrenia tidak dapat disembuhkan dan gejalanya dapat hilang timbul. Penderita harus menjalani pengobatan seumur hidup supaya dapat mengendalikan gejala-gejala yang dialami dan beraktivitas dengan normal.
Gejala skizofrenia terbagi menjadi empat bagian di bawah ini:
Gejala negatif ditandai dengan:
Penderita skizofrenia juga memiliki keinginan untuk tetap merasa lesu dan malas, serta menolak untuk berubah.
Gejala positif meliputi ciri-ciri psikosis yang meliputi:
Gejala kognitif yang ditandai dengan:
Penderita terkadang merasa senang atau sedih dengan cara yang sulit dimengerti. Penderita juga dapat merasa murung atau tertekan.
Penderita skizofrenia umumnya tidak menyadari kondisinya. Karena itu, bantuan dari orang-orang di sektarnya sangat dibutuhkan untuk mengenali ciri-ciri gangguan mental ini pada pengidap, sehingga bisa membujuknya untuk berkonsultasi ke dokter maupun psikolog.
Baca juga: Berbagai Jenis Terapi Perilaku untuk Mengatasi Gangguan Psikologis
Penyebab skizofrenia belum diketahui hingga saat ini. Namun kombinasi faktor genetik, biologis, dan lingkungan diperkirakan ikut andil dalam mempertinggi risiko terjadinya gangguan jiwa ini.
Faktor risiko skizofrenia ini bisa berupa kelainan pada struktur otak atau adanya zat-zat kimia tertentu dalam otak (seperti dopamin dan glutamat).
Orang yang memiliki anggota keluarga kandung dengan skizofrenia, akan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan jiwa yang sama.
Salah satu contoh faktor risiko dari lingkungan adalah konsumsi obat-obatan psikoaktif atau psikotropika, yang mampu mengubah persepsi dan pemikiran saat seseorang masih remaja. Orang tersebut lebih rentan untuk mengalami skizofrenia.
Demikian pula pada anak yang lahir dari seorang ibu yang mengalami komplikasi kehamilan, misalnya paparan zat beracun atau virus tertentu. Pasalnya, komplikasi ini dapat mengganggu perkembangan otak janin.
Diagnosis skizofrenia dapat dipastikan melalui beberapa pemeriksaan yang meliputi:
Dokter spesialis kejiwaan atau psikolog dapat:
Pemeriksaan lebih lanjut ini bisa berupa:
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), seseorang dianggap mengidap skizofrenia apabila ia:
Baca jawaban dokter: Sering berhalusinasi, merasa takut/cemas, apakah penyebabnya?
Advertisement
Cara mengobati skizofrenia akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama penderita sudah mengalaminya. Beberapa jenis penanganan skizofrenia yang dianjurkan oleh dokter umumnya meliputi:
Pilihan obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi gejala skizofrenia adalah obat golongan anti-psikotik. Obat anti-psikotik bekerja dengan cara mempengaruhi neurotransmiter (zat kimiawi) dalam otak yaitu dopamin.
Tujuan diberikannya anti-psikotik adalah untuk mengatasi gejala skizofrenia dengan dosis terendah yang efektif. Selain anti-psikotik, dokter juga mungkin akan meresepkan obat anti-depresan atau anti-cemas.
Intervensi psikososial yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala skizofrenia antara lain:
Terapi ECT ditujukan bagi penderita skizofrenia yang tidak berespon terhadap terapi obat-obatan dan pada panderita skizofrenia yang menunjukkan gejala depresi.
Skizofrenia yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan sederet komplikasi berikut:
Langkah pencegahan skizofrenia belum diketahui secara pasti. Pasalnya, penyebab gangguan mental ini juga tidak diketahui.
Namun beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan oleh penderita untuk mencegah kambuhnya gejala skizofrenia:
Baca juga: 5 Teknik Relaksasi yang Patut Dicoba untuk Redakan Stres
Penderita skizofrenia umumnya tidak menyadari bahwa dirinya mengalami masalah mentalnya. Mereka juga mungkin tidak merasa bahwa perilakunya mengganggu kehidupan maupun orang-orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, penting bagi orang terdekat pengidap untuk mengenali gejala skizofrenia dan membujuknya untuk memeriksakan diri ke psikolog atau dokter. Anda juga perlu segera menghubungi dokter bila penderita:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat membantu penderita skizofrenia untuk mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis gangguan bipolar agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved