1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Skizofrenia paranoid bisa mempengaruhi perasaan, pemahaman, hingga pola pikir penderita
Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia. Gejala utamanya berupa halusinasi melalui pendengaran dan delusi berkepanjangan.
Penderita skizofrenia paranoid akan selalu curiga terhadap orang lain. Penderita juga sulit membedakan kejadian nyata dan halusinasi.
Delusi pada penderita dapat membuatnya merasa bahwa orang lain memperhatikan atau mencoba melukainya. Kondisi ini juga dapat membuat pengidap meyakini bahwa media (seperti televisi atau internet) mengirimkan pesan khusus untuknya.
Perasaan dan kepercayaan tersebut membuat penderita merasa takut serta cemas, mengganggu rutinitas, dan membatasi penderita dalam bekerja maupun berinteraksi dengan orang lain, termasuk keluarga.
Skizofrenia paranoid dapat dialami seumur hidup, dan biasanya muncul pada usia dewasa muda atau akhir masa remaja.
Gejala utama skizofrenia adalah delusi dan halusinasi yang paranoid. Berikut penjelasannya:
Delusi atau waham adalah kepercayaan terhadap hal tertentu yang tampak nyata bagi pasien, padahal hal tersebut sebenarnya terbukti tidak benar. Beberapa jenis delusi yang paling umum meliputi:
Penderita percaya bahwa mereka dikendalikan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti pemerintah atau alien.
Penderita menyakini bahwa ia memiliki kemampuan, kekayaan, atau jabatan yang penting.
Penderita percaya bahwa orang lain meneror atau akan menangkapnya.
Penderita percaya bahwa semua tindakan orang lain ditujukan untuknya.
Delusi pada penderita skizofrenia paranoid biasanya bersifat paranoid, yaitu berupa waham kejar (delusions of persecution). Jenis delusi ini membuat pasien merasakan ketakutan dan cemas bersamaan dengan ketidakmampuan membedakan hal yang nyata dan yang bukan.
Waham kejar dapat membuat pasien merasa:
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat penderita mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, pasien mendengar suara-suara yang menertawakan atau menghinanya.
Suara-suara tersebut juga dapat menyuruh penderita melukai diri sendiri. Gejala ini akan terasa makin parah ketika pengidap mengasingkan diri dari orang-orangg di sekitarnya.
Selain delusi dan halusinasi, gejala skizofrenia paranoid lainnya bisa berupa:
Pengidap bisa mengulang-ulang kata atau frasa tertentu serta berbicara di tengah-tengah kalimat atau membuat kata-kata sendiri. Gejala ini disebabkan oleh gangguan konsentrasi yang umum dialami oleh pasien skizofrenia.
Gangguan ini ditandai dengan ketidakmampuan mengendalikan perilaku dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari bidang pekerjaan hingga sosial.
Pasien dapat mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengendalikan keinginan, menjaga emosi dan perasaan, serta menahan perilaku yang tidak pantas atau dianggap aneh.
Gejala negatif dapat berupa hilangnya minat untuk melakukan hobi yang biasanya menyenangkan, emosi dan ekspresi wajah yang datar, dan sikap tidak tertarik terhadap apapun.
Pikiran atau perilaku bunuh diri muncul pada penderita skizofrenia yang tidak mendapatkan penanganan.
Hingga saat ini, penyebab skizofrenia paranoid belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan bahwa penyakit ini bersifat genetik karena diturunkan dalam keluarga.
Akan tetapi, tidak semua orang dengan anggota keluarga skizofrenia dapat mengalami penyakit ini. Selain itu, tidak semua penderita skizofrenia pasti akan mengalami gejala paranoid.
Selain keturunan, faktor-faktor di bawah ini juga diduga berperan dalam meningkarkan risiko skizofrenia paranoid:
Diagnosis skizofrenia paranoid dapat dipastikan melalui beberapa pemeriksaan di bawah ini:
Pertama-tama, dokter akan melakukan tanya jawab untuk memeriksa gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Kriteria diagnosis penyakit ini adalah pasien yang mengalami gejala skizofrenia paranoid terus-menerus dalam enam bulan atau lebih.
Dokter akan mendiagnosis skizofrenia bila gejala-gejala yang dialami oleh pasien, tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis lain. Misalnya, kecanduan narkotika atau alkohol, maupun gangguan emosi.
Tes darah atau pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari penyebab gejala dan gangguan perilaku yang dialami oleh pasien. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah uji narkotika.
Pemeriksaan fisik bertujuan mengecek kondisi kesehatan pasien secara umum.
Pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk mencari penyebab gejala dan gangguan perilaku yang dialami pasien. Contohnya, CT scan otak. Pasalnya, kondisi seperti tumor otak dapat menyebabkan gejala masalah kejiwaan tertentu.
Evaluasi psikiatris dilakukan oleh dokter guna menggali lebih dalam mengenai gejala pasien.
Advertisement
Cara mengobati skizofrenia paranoid umumnya tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa metode penanganan yang dapat dianjurkan meliputi:
Pemberian obat-obatan jenis antipsikotik dapat meringankan gejala utama seperti delusi dan halusinasi. Obat-obatan ini bekerja dengan mengendalikan kadar dopamin di dalam otak.
Pilihan obat antipsikotik yang diresepkan oleh dokter bisa berupa chlorpromazine, fluphenazine, haloperidol, dan perphenazine. Dokter juga dapat meresepkan obat jenis lain, seperti obat anticemas dan antidepresi.
Pada beberapa pasien, efek obat dapat dirasakan dengan cepat. Sementara pada sebagian pasien lain, efeknya baru muncul hingga 3-6 minggu pengobatan. Namun umumnya, efek optimal obat-obatan ini memerlukan waktu hingga 12 minggu penggunaan.
Karena digunakan dalam waktu lama, efek samping obat antipsikotik di bawah ini perlu diketahui:
Terapi psikososial atau terapi kelompok bersama orang lain yang memiliki pengalaman serupa dapat dijalani oleh pasien. Terapi ini akan membangun rasa kebersamaan dan saling membantu dalam memerangi skizofrenia paranoid.
Dalam terapi, pasien akan mempelajari berbagai hal mengenai manajemen stres dan pengelolaan perhatian. Tanda bahaya yang perlu dikomunikasikan pada dokter dan orang terdekat juga akan diinformasikan.
Jika penderita berpotensi membahayakan dirinya maupun orang lain, rawat inap di klinik atau rumah sakit akan diperlukan. Langkah ini juga berguna bagi penderita yang sudah tidak bisa melaksanakan rutinitasnya dengan mandiri, seperti berpakaian, makan, atau mengurus rumah.
Ada beberapa tips yang dapat dierhatikan oleh pasien:
Hindari situasi yang dapat meningkatkan stress dan kecemasan. Pastikan pasien memiliki waktu untuk relaksasi. Pasien dapat membaca, meditasi, atau berjalan santai.
Mengonsumsi sayuran dan menghindari makanan kemasan dapat meningkatkan tenaga dan membuat pasien lebih sehat.
Berolahraga rutin dan aktif secara fisik akan meningkatkan serotonin, zat kimia dalam otak yang dapat membuat pasien merasa senang.
Mengikuti kegiatan sosial dapat mencegah pasien terisolasi yang dapat memperberat gejala.
Kurang tidur dapat membuat pasien lebih paranoid dan memperberat gejala delusi maupun halusinasi. Karena itu, cukup tidur sangat diperlukan.
Hindari merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Bila Anda memiliki keluarga dengan skizofrenia paranoid atau harus merawat penderita, beberapa hal berikut dapat Anda lakukan untuk membantu pasien:
Gejala skizofrenia bisa sangat berat hingga penderita mungkin tidak mampu mencari bantuan medis sendiri. Karena itu, orang-orang di sekitarnya perlu waspada dan membujuknya untuk berobat.
Hubungi dokter dan jelaskan semua gejala yang dialami oleh pasien. Dokter akan mengajukan sederet pertanyaan terkait perubahan perilaku pasien.
Bekali diri Anda dengan informasi sebanyak-banyaknya mengenai skizofrenia paranoid agar bisa membantu pasien ketika dibutuhkan. Namun ingatlah untuk mencari informasi ini dari sumber yang terpercaya, terutama dokter.
Pasien dengan skizofrenia dapat merasa kesulitan untuk menjalani pemeriksaan rutin ke dokter atau psikolog. Anda bisa membantunya dengan menuliskan jadwal konsultasi di kalender atau mencantumkannya dalam ponsel.
Penderita skizofrenia paranoid dapat merasa terisolasi karena memiliki delusi berat yang membuatnya sulit bersosialisasi. Terapi berkelompok (support group) bisa membantu dalam mengurangi masalah ini.
Anda mungkin sering tidak memahami gejala yang dialami oleh pasien, jadi pastikan Anda memerhatikan dan mencari tahu informasinya. Ibgatlah bahwa Anda tidak boleh mengejek atau menganggap enteng meski keluhan pasien tampak ringan.
Hal paling penting yang dapat Anda berikan pada penderita adalah dukungan. Dengan ini, ia lebih bersemangat dalam menjalani pengobatan.
Perlu diingat pula bahwa gejala skizofrenia dapat hilang dan timbul dan penanganan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi metode pengobatan yang cocok umumnya dapat memberikan hasil yang optimal.
Bila tidak ditangani dengan saksama, skizofrenia paranoid dapat menyebabkkan komplikasi berupa:
Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah skizofrenia paranoid juga tidak tersedia. Akan tetapi, faktor risiko penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikut:
Konsultasikan dengan dokter jika ada orang-orang terdekat Anda yang mengalami gejala skizofrenia paranoid. Penderita kerap tidak menyadari kondirinya, sehingga orang-orang di sekitarnya perlu waspada ketika penderita mengalami perubahan perilaku maupun gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis skizofrenia paranoid. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved