logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Skizofrenia Katatonik

1 Jun 2021

| Dedi Irawan

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Skizofrenia katatonik bisa ditandai dengan periode sedikit bergerak dan periode hiperaktif

Skizofrenia katatonik bisa ditandai dengan stupor, mutism, dan catalepsy

Pengertian skizofrenia katatonik

Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia, yang membuat pasien mengalami periode sedikit bergerak, dan periode terlalu aktif tanpa sebab.

Pada periode sedikit bergerak, penderita juga umumnya tidak dapat mengikuti instruksi dari orang lain. Sementara fase hiperaktif, penderita akan menjadi terlalu aktif tanpa sebab dan melakukan beberapa hal yang aneh serta berlebihan. Misalnya, meniru perkataan maupun meniru gerakan orang lain

Skizofrenia sendiri adalah penyakit mental serius yang membuat pasien sulit membedakan realita dan khayalan. Katatonik merupakan kumpulan gejala dalam perilaku dan pergerakan tubuh yang mungkin terjadi pada beberapa pasien dengan skizofrenia.

Hingga saat ini, penyebab skizofrenia katatonik tidak diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa jenis obat dan terapi dapat diberikan untuk meredakan gejalanya.

 

Tanda dan gejala skizofrenia katatonik

Penderita skizofrenia dengan gejala katatonik dapat menunjukkan adanya gerakan fisik dan tubuh yang tidak biasa. Misalnya, pasien dapat menggerakkan tubuh dengan terlalu aktif atau bahkan tidak sama sekali. Kondisi ini dapat terjadi dalam hitungan menit, jam, hingga hari.

Secara umum, gejala skizofrenia katatonik meliputi:

  • Penurunan kesadaran (stupor)
  • Tubuh yang kaku seperti kejang dan tidak sadar (catalepsy)
  • Tangan dan kaki tetap berada pada posisi yang sama ketika dipindahkan oleh orang lain (waxy flexibility)
  • Diam saja (mutism)
  • Tidak merespons terhadap instruksi atau rangsangan dari luar (negativism)
  • Berada dalam posisi yang melawan gravitasi (posturing)
  • Gerakan yang aneh dan berlebihan (mannerism)
  • Gerakan tubuh yang berulang tanpa tujuan (stereotypy)
  • Tidak bisa diam (agitation)
  • Wajah menyeringai (grimacing)
  • Mengulang kata-kata orang lain tanpa sebab (echolalia)
  • Mengulang gerakan orang lain tanpa sebab (echopraxia)

Selain gejala katatonik di atas, penderita juga dapat mengalami gejala khas skizofrenia yang berupa:

  • Delusi

Gejala delusi ditandai dengan adanya keyakinan yang salah. Misalnya, penderita percaya dirinya sedang dikejar-kejar oleh orang lain atau memiliki kekuatan di luar nalar.

  • Halusinasi

Gejala ini ditandai dengan penderita yang mendengar suara-suara dan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

  • Gangguan proses berpikir

Ketika berbicara, penderita akan mengubah satu topik ke topik lain tanpa alasan jelas. Suara pasien juga bisa terderngar kacau dan tidak jelas.

  • Kurangnya motivasi (avolition)

Pasien akan kehilangan motivasi dan tidak mau melakukan rutinitas, misalnya berangkat kerja, mencuci, atau memasak.

  • Ekspresi emosi yang kurang baik

Penderita mungkin tidak merespons terhadap kejadian sedih atau bahagia, bahkan dapat memberikan reaksi kurang pantas pada kondisi tertentu.

  • Menarik diri dari aktivitas sosial

Penderita tidak mau bersosial karena merasa orang lain akan melukainya.

  • Tidak sadar akan penyakitnya

Karena gejala halusinasi dan delusi tampak sangat nyata, sebagian penderita tidak sadar bahwa mereka mengalami skizofrenia.

  • Gangguan kognitif

Pengidap skizofrenia akan sulit berkonsentrasi, mengingat, merencanakan, dan mengatur sesuatu. Komunikasi juga menjadi lebih sulit.

 

Penyebab skizofrenia katatonik

Penyebab skizofrenia katatonik yang pasti belum diketahui hingga saat ini. Akan tetapi, para ahli menemukan bahwa penderita memiliki kelainan pada beberapa bagian otaknya. Contohnya, otak depan dan hipotalamus yang mengendalikan gerakan tubuh.

 

Faktor risiko skizofrenia katatonik

Skizofrenia katatonik juga dapat dipergaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari genetik (keturunan), zat kimia otak, serta lingkungan. Mari simak penjelasan di bawah ini:

  • Keturunan

Pasien yang memiliki anggota keluarga kandung dengan skizofrenia, akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.

  • Infeksi virus

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara infeksi virus pada anak dengan perkembangan skizofrenia, termasuk jenis katatonik.

  • Gangguan nutrisi janin

Janin yang mengalami malnutrisi (gizi buruk) bisa lebih rentan untuk terkena skizofrenia di kemudian hari.

  • Stres pada usia muda

Stres berat pada usia muda dapat berperan dalam terjadinya skizofrenia. KOndisi ini sering terjadi sebelum pasien mengalami skizofrenia.

  • Kekerasan atau trauma pada masa kecil

Pasien dengan riwayat kekerasan atau trauma saat masih anak-anak lebih rentan untuk mengalami skizofrenia katatonik.

  • Usia orang tua ketika bayi lahir

Risiko skizofrenia diduga lebih besar pada anak yang terlahir saat orang tuanya berusia lebih tua.

  • Konsumsi obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang yang dapat mempengaruhi pikiran seseorang selama usia remaja dan dewasa muda, sehingga bisa meningkatkan risiko skizofrenia.

 

Diagnosis skizofrenia katatonik

Diagnosis skizofrenia katatonik dapat ditentu oleh dokter melalui serangkaian pemeriksaan di bawah ini:

  • Tanya jawab

Dokter akan menanyakan gejala serta faktor risiko yang dimiliki pada pasien maupun keluarganya.

  • Pemeriksaan fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik berupa tinggi dan berat badan, tekanan darah, serta suhu tubuh pasien. Dokter juga akan memeriksa kondisi dada dan perut pasien.

  • Tes darah

Dokter juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa kadar alkohol dan obat-obatan terlarang dalam tubuh pasien. Demikian pula dengan kadar hormon tiroid dalam darah.

  • MRI atau CT scan

Prosedur MRI atau CT scan dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kelainan pada struktur otak pasien.

  • Electroenccephalogram (EEG)

Pemeriksaan EEG bertujuan mengevaluasi fungsi otak pasien.

  • Evaluasi psikologis

Jika memungkinkan, dokter spesialis jiwa akan melakukan tanya jawab terkait perasaan, pikiran, dan pola perilaku pasien. Begitu juga gejala, tingkat keparahan, serta pengaruhnya pada kehidupan pasien.

Dokter juga akan menanyakan ada tidaknya pikiran untuk melukai diri sendiri atau orang lain.

Diagnosis skizofrenia katatonik biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, kondisi lain juga memiliki gejala serupa. Misalnya, mania, kejang, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan depresi berat.

 

Kriteria skizofrenia katatonik

Dokter dapat mendiagnosis skizofrenia katatonik dengan menggunakan kriteria khusus. Diagnosis bisa dipastikan bila pasien memiliki setidaknya tiga dari 12 gejala di bawah ini:

  • Tetap diam dan tidak berbicara
  • Tidak bergerak atau hanya bereaksi sedikit terhadap keadaan sekitar pasien
  • Melakukan gerakan yang aneh
  • Membiarkan orang lain memposisikan kaki, tangan, atau bagian tubuh lainnya
  • Tidak pedulikan dengan instruksi atau arahan dari orang lain
  • Hiperaktif atau gelisah tanpa penyebab yang jelas
  • Memposisikan kaki ke atas atau mempertahankan posisi tubuh yang tidak nyaman dalam waktu lama
  • Tetap dalam posisi tertentu untuk waktu yang lama dan melawan usaha untuk menggerakkannya
  • Meniru gerakan orang lain
  • Meniru perkataan orang lain
  • Mengulang perilaku yang tidak bermakna, seperti melambaikan tangan, mengangkat bahu, atau mengayunkan tubuh
  • Menyeringai

 

Advertisement

Cara mengobati skizofrenia katatonik

Skizofrenia adalah kondisi yang berlangsung seumur hidup. Tapi gejala katatonik mungkin tidak terjadi terus-menerus.

Penderita membutuhkan pengobatan jangka panjang, bahkan ketika gejala sudah hilang dan pasien merasa lebih baik.

Cra mengobati skizofrenia katatonik umumnya sama seperti skizofrenia secara umum. Penanganannya akan tergantung pada berbagai faktor, seperti tingkat keparahan, gejala, serta kondisi kesehatan dan usia pasien.

Beberapa langkah untuk mengatasi  skizofrenia katatonik yang dapat disarankan oleh dokter meliputi:

1. Obat-obatan

Pada pasien dengan skizofrenia katatonik, obat-obatan adalah langkah pengobatan utama. Beberapa jenis obat yang dapat diberikan meliputi:

  • Benzodiazepine

Benzodiazepine umum diberikan untuk pasien skizofrenia katatonik. Jenis obat penenang ini bekerja dengan cepat dan diberikan lewat suntikan.

Namun ada risiko ketergantungan bila benzodiazepine digunakan dalam jangka waktu lama. Karena itu, dokter akan menyesuaikan dosisnya secara rinci.

Obat ini perlu digunakan selama beberapa hari atau minggu sampai efeknya dirasakan atau terlihat pada pasien.

  • Barbiturate

Barbiturate termasuk obat penenang atau antidepresi. Obat ini berfungsi menghambat kerja sistem saraf pusat.

Efek barbiturate bervariasi, dari efek penenang ringan hingga total. Obat ini dapat meredakan gejala katatonik secara cepat.

Namun sama seperti benzodiazepine, barbiturate juga memiliki efek ketergantungan jika digunakan dalam waktu lama.

  • Obat antidepresi dan stabilisasi mood

Pasien dengan skizofrenia katatonik sering memiliki kondisi kejiwaan lainnya seperti depresi. Oleh karena itu, obat lainnya mungkin disarankan.

Pasien skizofrenia katatonik umumnya sulit untuk patuh minum obat. Karena itu, butuh bantuan dari orang-orang di sekitarnya dalam mengawasi konsumsi obat ini.

2. Terapi elektrokonvulsif (ECT)

Pada terapi elektrokonvulsif, arus listrik diberikan ke otak pasien untuk menghasilkan kejang yang terkendali. Metode ini digunakan pada pasien skizofrenia katatonik yang mungkin tidak merespons terhadap obat atau penanganan lain.

Sementara efek samping terapi elektrokonvulsif dapat berupa gangguan ingatan jangka pendek.

3. Perawatan di rumah sakit

Perawatan di rumah sakit mungkin dibutuhkan selama episode skizofrenia katatonik berat. Pasien lebih aman jika berada di bawah pengawasan dokter di rumah sakit, mendapatkan makanan dengan nutrisi seimbang, serta tidur, perawatan diri, dan pengobatan yang tepat.

4. Psikoterapi

Psikoterapi juga dapat dianjurkan, namun kurang efektif pada pasien skizofrenia katatonik dengan gejala yang berat.

5. Pelatihan sosial dan vokasional

Pelatihan sosial dan vokasional dapat membantu pasien untuk hidup secara mandiri. Terapis akan membantu pasien untuk berlatih menjaga kebersihan diri, menyiapkan makanan, dan berkomunikasi dengan lebih baik.

Pelatihan ini juga dapat membantu supaya pasien mampu mendapatkan pekerjaan, bahkan tempat tinggal.

 

Komplikasi skizofrenia katatonik

Bila tidak ditangani dengan benar, skizofrenia katatonik dapat menyebabkan komplikasi berupa:

  • Depresi
  • Keinginan dan percobaan bunuh diri
  • Gizi buruk
  • Masalah kebersihan tubuh
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
  • Tidak mampu mempertahankan pekerjaan, sehingga berujung pada kemiskinan dan tunawisma
  • Masuk penjara
  • Konflik dalam keluarga
  • Tidak mampu bersekolah atau menjalani pendidikan
  • Menjadi korban atau pelaku kejahatan
  • Mengalami penyakit yang disebabkan oleh merokok

 

Cara mencegah skizofrenia katatonik

Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah skizofrenia katatonik juga tidak tersedia hingga sekarang.

 

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Segera hubungi dokter bila Anda melihat seseorang mengalami gejala yang mengarah pada skizofrenia katatonik. Pada pasien yang telah pernah didiagnosis mengalami skizofrenia, berkonsultasilah dengan dokter jika mengalami episode katatonik.

 

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Sebelum pemeriksaan, keluarga pasien dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buatlah daftar seputar gejala yang muncul.
  • Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang dialami oleh pasien. Demikian pula dengan riwayat medis keluarga.
  • Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang dikonsumsi oleh pasien.
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan kepada dokter.
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi saat berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberi dukungan moral maupun membantu mengingat informasi yang disampaikan dokter.

 

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:

  • Apa saja gejala yang dirasakan oleh pasien?
  • Apakah pasien memiliki faktor risiko terkait skizofrenia katatonik?
  • Apakah ada anggota keluarga atau orang di sekitar pasien yang mengalami gejala serupa?
  • Apakah pasien sudah mencari pertolongan medis sebelumnya? Jika iya, apa saja pengobatan yang telah dicoba?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis skizofrenia katatonik. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.

 

Advertisement

gangguan mentalbunuh diriskizofreniahalusinasi

Bagikan

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved