1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Hindari makanan yang belum dicuci dan dimasak sampai matang.
Sistiserkosis adalah kondisi medis ketika larva cacing pita babi keluar dari usus dan menginfeksi organ lainnya seperti otak, mata, atau jantung. Cacing pita babi (Taenia solium) merupakan penyebab utama kondisi ini.
Seseorang dapat mengalami sistiserkosis ketika menelan telur cacing yang terdapat pada feses orang yang terinfeksi cacing. Telur cacing dapat ditemukan di makanan, air, atau permukaan yang terkontaminasi feses. Pasien dapat menelan telur cacing ketika mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau memasukkan jari yang terkontaminasi ke dalam mulut.
Telur cacing Taenia solium yang tertelan akan menetas menjadi larva yang akan masuk ke jaringan tubuh seperti otot dan otak dan membentuk kista di sana. Kista tersebut dikenal dengan nama cysticerci. Sistiserkosis yang menyerang otak dikenal juga dengan nama neurosistiserkosis.
Sistiserkosis bukanlah penyakit menular. Masa inkubasi (waktu yang dibutuhkan dari cacing masuk ke tubuh hingga menimbulkan gejala) adalah sekitar 3,5 tahun namun berada pada rentang 10 hari hingga 10 tahun.
Gejala sistiserkosis tergantung pada sistem tubuh yang diserang oleh cacing pita babi. Kondisi ini paling sering terjadi pada sistem saraf pusat, otot, dan mata. Beberapa pasien dengan sistiserkosis tidak mengalami gejala apapun.
Tanda dan gejala sistiserkosis juga tergantung pada lokasi dan jumlah kista di dalam tubuh.
Gejala sistiserkosis pada otot
Kista pada otot biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Akan tetapi, pasien mungkin merasakan benjolan di bawah kulit. Benjolan tersebut seringkali terasa nyeri bila ditekan.
Gejala sistiserkosis pada mata
Meskipun jarang, kista dapat mengambang di permukaan mata dan menyebabkan pandangan menjadi buram. Infeksi pada mata juga dapat menyebabkan pembengkakan dan lepasnya retina.
Gejala neurosistiserkosis (kista pada otak dan saraf tulang belakang)
Gejala neurosistiserkosis tergantung pada lokasi dan seberapa banyak kista di dalam otak. Gejalanya dapat berupa:
Penyebab sistiserkosis adalah cacing pita babi (Taenia solium). Ketika telur dari cacing ini tertelan, telur tersebut akan menetas dan berpindah dari dinding usus kedalam pembuluh darah dan aliran darah. Telur akan membentuk kista pada jaringan tubuh yang berbeda dan menimbulkan gejala yang akan bervariasi tergantung dari lokasi dan jumlah kista.
Transmisi atau penularan
Manusia merupakan inang bagi cacing Taenia solium. Cacing dapat menetap di usus dan menimbulkan penyakit cacingan yang dinamakan taeniasis, seringkali tanpa gejala. Telur cacing pita babi akan dikeluarkan secara berkala melalui kotoran (feses) manusia yang terinfeksi.
Seseorang dapat terkena taeniasis setelah mengonsumsi daging babi mentah atau kurang matang yang sudah terkontaminasi kista Taenia solium.
Sementara itu, sistiserkosis pada manusia akan terjadi setelah manusia makan makanan yang mengandung telur dari Taenia solium. Biasanya telur tersebut menyebar melalui makanan, air, atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang mengandung telur tersebut.
Seringkali, telur cacing pita babi dapat menyebar melalui tangan dari penderita sistiserkosis yang tidak mencuci tangan dengan baik atau dari buah–buahan dan sayuran yang diberi pupuk atau disiram dengan air yang mengandung kotoran manusia yang telah terinfeksi.
Faktor risiko sistiserkosis meliputi:
Diagnosis sistiserkosis sering sulit ditentukan karena banyak penderita yang tidak mengalami gejala apapun. Diagnosis baru dapat ditentukan setelah gejala muncul.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis penyakit ini meliputi:
Dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala, riwayat bepergian, tempat tinggal, dan makanan yang dikonsumsi pasien.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk membantu menentukan diagnosis. Akan tetapi, pemeriksaan ini tidak selalu akurat dan membantu.
CT Scan atau MRI otak dapat menegakkan diagnosis neurosistiserkosis.
Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Meskipun jarang dilakukan, biopsi dari jaringan yang dicurigai terkena sistiserkosis dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan dari sampel feses pasien akan dilakukan untuk mencari telur cacing.
Advertisement
Cara mengobati sistiserkosis tergantung dari banyak faktor. Mulai dari gejala yang muncul, lokasi dan jumlah dari kista cacing pita, hingga tahap dari perkembangan kista.
Secara umum, pengobatan sistiserkosis dapat meliputi:
Obat-obatan yang dapat diberikan meliputi antihelmintik (obat cacing), kortikosteroid, anti kejang. Berikut penjelasannya:
Obat jenis antihelmintik seperti albendazole atau praziquantel digunakan untuk membunuh parasit. Obat ini harus digunakan dengan hati–hati jika menderita neurosistiserkosis karena dapat menyebabkan peradangan disekitar kista yang mati.
Obat jenis kortikosteroid berperan sebagai obat anti radang untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan. Jika kista terdapat di mata atau otak, kortikosteroid harus digunakan beberapa hari sebelum menggunakan pengobatan lain untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh pembengkakan saat pengobatan antiparasit
Obat jenis ini digunakan pada individu dengan neurosistiserkosis yang mengalami kejang atau memiliki risiko tinggi mengalami kejang berulang.
Tidak semua orang dapat sembuh menggunakan pengobatan antiparasit. Terkadang operasi dibutuhkan untuk menghilangkan parasit dari area yang terinfeksi seperti pada neurosistiserkosis atau sistiserkosis di mata atau di bawah kulit.
Jika terus dibiarkan, sistiserkosis bisa menyebabkan komplikasi berupa:
Cara mencegah sistiserkosis dapat dicapai dilakukan melalui beberapa langkah berikut:
Jika merasa mengalami gejala sistiserkosis, segera hubungi dokter.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis sistiserkosis. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved