1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Mengonsumsi makanan yang rendah lemak dan rendah kolesterol membantu mengurangi risiko terjangkit sindrom nefrotik.
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan terlalu banyaknya protein yang keluar dari dalam tubuh melalui urine. Kondisi yang juga disebut ginjal bocor ini ini biasanya terjadi karena kerusakan pembuluh darah kecil ginjal yang berfungsi menyaring zat sisa dan air berlebih dari darah.
Ginjal bocor menyebabkan bengkak, terutama di kaki dan pergelangan kaki. Kondisi ini juga meningkatkan risiko masalah kesehatan lain.
Di Indonesia sendiri, terdapat 150.000 kasus sindrom nefrotik setiap tahunnya. Sindrom ini dapat memicu gejala berupa albuminuria, hiperlipidemia, edema, serta hipoalbuminemia.
Albumin merupakan protein yang dapat menyerap air berlebih dalam tubuh, membawanya ke aliran darah, lalu dibawa ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh.
Ketika albumin keluar secara berlebih dalam urine (albuminuria), tubuh akan kehilangan kapasitas untuk menyerap air yang berlebih. Maka dari itu, tubuh akan mengalami edema atau pembengkakan.
Sindrom nefrotik terjadi karena adanya masalah pada sistem penyaringan ginjal. Ginjal memiliki komponen penyaring yang disebut dengan glomeruli. Glomeruli adalah kumpulan pembuluh darah yang sangat kecil, yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa metabolisme tubuh dan mengeluarkan cairan berlebih.
Cairan dan sisa metabolisme tersebut kemudian menjadi urine dan dialirkan ke kandung kemih. Saat darah melewati ginjal yang sehat, glomeruli akan menyaring sisa-sisa metabolisme. Yang masih diperlukan oleh tubuh akan terserap kembali, dan yang tidak dibutuhkan akan dibuang.
Ketika terjadi kerusakan pada glomeruli, akan terjadi kebocoran pada ginjal. Protein seperti albumin yang semestinya ditahan dalam tubuh, dapat keluar ke dalam urine. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya albuminuria dan sindrom nefrotik.
Tanda dan gejala sindrom nefrotik dapat berupa:
Penyebab sindrom nefrotik pada umumnya adalah penyakit yang menyerang ginjal. Jika sindrom ini terjadi karena penyakit yang hanya menyerang ginjal, dokter menyebutnya sindrom nefrotik primer.
Namun jika sindrom nefrotik disebabkan oleh penyakit lain di luar ginjal, kondisi ini dinamakan sindrom nefrotik sekunder.
Penyakit yang dapat menjadi penyebab sindrom nefrotik antara lain:
Diabetes dapat mencetuskan nefropati diabetik atau kerusakan ginjal akibat diabetes.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling sering yang menyebabkan sindrom nefrotik pada anak-anak.
Minimal change disease menyebabkan fungsi ginjal yang abnormal, tetapi pada pemeriksaan mikroskopis, sel ginjal yang bermasalah tersebut akan tampak normal. Penyebab utama kondisi ini hingga sekarang belum diketahui.
Penyakit ini ditandai dengan adanya jaringan parut atau bekas luka pada glomeruli yang menyebabkan pengerasan atau kekakuan pada pembuluh darah glomeruli. Hal ini disebabkan oleh penyakit lain, kelainan genetik, atau dapat terjadi secara spontan.
Kelainan ginjal ini terjadi akibat menebalnya membran glomeruli, sering kali disebabkan oleh penyakit lain seperti hepatitis B, lupus, kanker, dan malaria.
Penyakit ini merupakan sebuah inflamasi kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Kelainan ini terjadi ketika sebuah protein yang disebut amiloid terakumulasi pada organ dalam tubuh. Jika amiloid tertumpuk dalam ginjal, maka hal ini akan mengganggu fungsi filtrasi (penyaringan) ginjal.
Kondisi ini ditandai dengan pembekuan darah pada vena (pembuluh darah balik) ginjal. Trombosis vena ginjal terjadi ketika terjadinya pembekuan darah yang terjebak dalam vena ginjal.
Faktor risiko sindrom nefrotik antara lain:
Kondisi medis tertentu yang dapat meningkatkan risiko sindrom nefrotik antara lain diabetes, lupus, amiloidosis, nefropati refluks, dan penyakit ginjal lainnya.
Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan sindrom nefrotik meliputi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dan obat untuk melawan infeksi.
Infeksi yang dapat meningkatkan risiko sindrom nefrotik meliputi HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan malaria.
Untuk menegakkan diagnosis sindrom nefrotik, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:
Dokter akan melakukan tanya jawab terkait adanya tanda dan gejala sindrom nefrotik yang dirasakan, apakah pasien memiliki penyakit ginjal, sedang minum obat-obatan tertentu, dan lain-lain.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah adanya kelainan pada urine seperti jumlah protein albumin yang tinggi.
Pemeriksaan darah bertujuan melihat jumlah serum albumin dalam darah. Angka yang rendah dapat menandakan sindrom nefrotik.
Kadar kreatinin dan urea darah juga akan dilihat untuk menilai fungsi ginjal secara keseluruhan. Demikian pula dengan jumlah kolesterol dan trigliserida.
Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar pada ginjal. Dokter dapat menggunakan gambar untuk mengevaluasi struktur ginjal.
Untuk penegakkan diagnosis yang lebih pasti, dokter dapat meminta sampel jaringan ginjal yang disebut dengan prosedur biopsi ginjal.
Kriteria diagnosis sindrom nefrotik meliputi:
Yaitu kadar potein berlebih di dalam urine. Bila diperiksa dengan dipstick hasilnya positif 3-4 atau hasil rasio protein urin dan kreatinin lebih dari 200 mg/mmol.
Kadar protein albumin yang rendah di dalam darah, yaitu kurang dari 25 g/L.
Advertisement
Tujuan pengobatan sindrom nefrotik adalah untuk meminimalisir gejala, mencegah terjadinya komplikasi, dan memperlambat kerusakan ginjal. Untuk mengendalikan penyakit ini, kondisi yang mendasari juga harus diobati.
Dokter dapat menganjurkan sederet cara mengobati sindrom nefrotik di bawah ini:
Berikut adalah beberapa jenis obat yang mungkin diberikan oleh dokter:
Obat seperti ACE inhibitors atau angiotensin receptor blockers yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dapat memperlambat kerusakan ginjal dan mengurangi jumlah protein yang hilang dalam urin.
Obat diuretik dapat membuat ginjal mengerluarkan cairan tambahan yang dapat mengurangi bengkak. Obat diuretik antara lain furosemide dan spironolactone.
Obat statin mengurangi kadar kolesterol. Contohnya adalah atorvastatin dan lovastatin.
Obat pengencer darah diperlukan apabila terjadi pembekuan darah pada vena ginjal. Misalnya heparin dan warfarin.
Obat imunosupresan ini dapat menjaga sistem imun tubuh terkendali dan dapat mengatasi penyakit yang mendasari sindrom nefrotik seperti lupus.
Antibiotik penisilin dapat diberikan saat pasien dengan sindrom nefrotik mengalami kambuh untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
Sindrom nefrotik menyebabkan protein albumin hilang dari tubuh. Pasien dengan sindrom nefrotik berat perlu dirawat untuk mendapat infus albumin. Albumin akan dimasukkan lewat selang infus ke pembuluh darah vena.
Selain obat-obatan, perubahan gaya hidup juga harus diterapkan. Pasien biasanya diminta untuk mengonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolesterol, rendah garam, dan mengonsumsi protein nabati.
Untuk mengurangi risiko infeksi, pasien dianjurkan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia.
Tanpa pengobatan, sindrom nefrotik dapat menimbulkan beragam komplikasi yang meliputi:
Gumpalan darah dapat terjadi karena pasien kehilangan terlalu banyak protein dari dalam darah, sehingga dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk mencegah penggumpalan darah.
Sindrom nefrotik dapat menyebabkan kadar kolesterol dan trigliserida tinggi dalam darah. Hal ini dapat menimbulkan masalah medis lainnya.
Sindrom nefrotik juga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi.
Gagal ginjal dapat terjadi karena ginjal yang rusak tidak mampu membuang zat sisa dari pembuluh darah.
Infeksi dapat terjadi karena tubuh kehilangan protein imunoglobulin yang berperan untuk melawan infeksi. Pneumonia dan meningitis merupakan contohnya.
Satu-satunya cara mecegah sindrom nefrotik adalah mengobati penyakit yang mendasarinya. Pasien dengan kondisi yang dapat merusak ginjal perlu mengendalikan penyakitnya agar kerusakan ginjal bisa dihindari.
Tanyakan juga pada dokter terkait pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit ginjal.
Beberapa penyakit yang mendasari sindrom nefrotik tidak dapat dicegah. Namun terdapat beberapa upaya pencegahan sindrom nefrotik agar kerusakan pembuluh darah ginjal dapat dicegah:
Jika Anda merasakan gejala dan tanda-tanda sindrom nefrotik, segera periksakan diri ke dokter. Apabila mencurigai adanya kelainan ginjal, dokter bisa merujuk Anda pada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis nefrologi.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis sindrom nefrotik. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved