1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sindrom Asperger adalah kelainan saraf yang berdampak pada interaksi sosial seseorang
Sindrom Asperger adalah suatu kelainan perkembangan saraf yang berdampak pada perilaku, komunikasi, dan pola interaksi sosial seseorang.
Pengidap Sindrom Asperger mungkin sama pandainya dengan orang lain yang tidak memiliki Asperger. Namun, para pengidap Asperger akan terlihat bermasalah ketika harus bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka juga cenderung terlalu fokus pada satu topik atau melakukan perilaku yang sama berulang kali.
Melalui perkembangannya, sindrom Asperger kini bukanlah suatu kondisi yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari kategori gangguan perkembangan saraf yang dikenal sebagai Autism Spectrum Disorders (ASD) atau gangguan spektrum autisme.
Meskipun tidak ada obat untuk gangguan spektrum autisme, perawatan intensif yang diberikan sedari ini dapat memberikan perbedaan besar dalam kehidupan pengidap autisme.
Gejala Sindrom Asperger pada umumnya baru tampak jelas ketika anak sudah memasuki usia sekolah, karena lebih banyak berinteraksi secara sosial. Beberapa gejala yang dapat muncul, di antaranya:
Penyebab terjadinya Sindrom Asperger belum diketahui secara pasti. Namun, seperti kebanyakan gangguan perkembangan saraf lainnya, sindrom ini dapat muncul akibat perubahan fungsi otak.
Selain itu kombinasi beberapa faktor risiko berikut ini dapat berperan terhadap terjadinya sindrom Asperger.
Laki-laki memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami Sindrom Asperger dibanding perempuan.
Sindrom Asperger merupakan kondisi yang diturunkan dalam keluarga.
Ibu yang mengalami infeksi atau terpapar zat berbahaya selama kehamilan, memiliki risiko untuk melahirkan anak dengan Sindrom Asperger.
Anak yang dilahirkan dari ibu berumur, lebih berisiko mengalami Sindrom Asperger.
Seseorang dengan masalah kesehatan mental seperti depresi atau gangguan kecemasan, lebih mungkin mengalami Sindrom Asperger.
Pengidap kondisi medis seperti Sindrom fragile X, tuberous sclerosis, epilepsi atau Sindrom Tourette berisiko mengalami sindrom Asperger.
Belum ada uji spesifik untuk mendiagnosis Sindrom Asperger. Namun, Sindrom Asperger seringkali ditangani dengan pendekatan tim para ahli. Anda mungkin harus mengunjungi beberapa ahli kesehatan berikut ini untuk mendapatkan diagnosis yang paling tepat.
Baca juga: Bagaimana Anak Autis Melihat Dunia?
Advertisement
Perawatan Sindrom Asperger bisa dilakukan melalui sejumlah terapi dan pemberian obat-obatan.
Terapi ini dapat dilakukan secara kelompok ataupun sesi tatap muka individual. Terapis akan mengajari anak langkah berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan diri secara tepat.
Terapi wicara dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi anak. dengan belajar menggunakan intonasi bicara yang normal. Selain itu, anak juga akan berlatih cara melakukan percakapan dua arah, dan memahami isyarat seperti gerakan tangan dan kontak mata.
Terapi ini dilakukan untuk melatih kemampuan sensori anak, ataupun kognitifnya agar untuk dapat hidup mandiri.
Anak dengan Sindrom Asperger memiliki masalah koordinasi gerakan tubuh dan kepekaan visual. Oleh karena itu melalui terapi tersebut, anak dapat meningkatkan keterampilan motoriknya.
Terapi perilaku kognitif atau disebut juga cognitive behavioural therapy dilakukan dengan tujuan mengubah pola pikir yang tidak tepat atau negatif. Terapi perilaku kognitif memiliki fokus pada cara berpikir, kepercayaan, dan perilaku yang memengaruhi perasaan dan tindakan.
Tidak ada obat yang secara khusus ditujukan untuk menangani gangguan spektrum Asperger atau autisme. Namun, beberapa obat dapat membantu mengurangi gejala terkait seperti depresi dan kecemasan. Dokter mungkin akan meresepkan:
Baca juga: Mengatasi Parenting Stress saat Membesarkan Anak Autis Tidak Mudah, Kenali Caranya
Apabila tidak mendapatkan perawatan yang tepat, Sindrom Asperger dapat menimbulkan komplikasi berupa:
Sindrom Asperger dapat menjadikan pengidapnya menjadi kurang peka dalam merasakan kebisingan, cahaya yang terang, bau menyengat, tekstur makanan, dan lainnya.
Kondisi lain yang berhubungan dengan sindrom Asperger dapat meliputi:
Baca Juga: Mitos-mitos yang Banyak Beredar Seputar Anak Autis dan Kebenarannya
Karena penyebab yang belum diketahui, tidak ada tindakan pencegahan khusus untuk Sindrom Asperger. Namun karena keterkaitannya dengan faktor genetik dan paparan toksin dari lingkungan selama kehamilan, bumil harus selalu memastikan kesehatan diri dan janin di dalam kandungan.
Anak-anak mungkin akan menunjukkan tanda Sindrom Asperger sejak usia dini. Misalnya, anak bermasalah saat bermain, seperti tidak ingin dipegang atau disentuh, juga menunjukkan reaksi tidak biasa terhadap suara, bau, atau rasa tertentu.
Temui dokter jika mencurigai adanya gangguan perkembangan komunikasi dan keterampilan sosial anak. Dokter mungkin akan merujuk Anda ke tim ahli terkait.
Sebelum memeriksakan anak ke dokter, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan tes penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis Sindrom Asperger agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved