1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Alergi sperma bisa memicu rasa gatal, bengkak, maupun kemerahan
Alergi sperma adalah suatu reaksi alergi yang muncul akibat kandungan protein tertentu pada semen yang dihasilkan oleh pria.
Kondisi ini sangat jarang terjadi dan umumnya muncul pada wanita. Namun tidak menutup kemungkinan alergi sperma juga diderita oleh pria atau yang biasa dikenal dengan istilah sindrom penyakit pasca-orgasme.
Alergi sperma juga dikenal dengan istilah human seminal plasma hypersensitivity atau human seminal plasma allergy. Selain dapat menimbulkan rasa gatal, kemerahan dan pembengkakan juga dapat terjadi pada vagina yang mengalami alergi sperma.
Gejala alergi biasanya muncul 10-30 menit setelah kontak dengan sperma dan biasanya bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Human seminal plasma hypersensitivity biasanya dialami oleh seorang perempuan yang baru pertama kali melakukan hubungan seksual. Namun, tidak menutup kemungkinan gejala juga bisa dialami oleh seorang perempuan yang sudah sering melakukan hubungan seksual.
Secara umum, tanda dan gejala alergi sperma meliputi:
Selain pada area tubuh yang terpapar sperma, gejala seminal plasma hypersensitivity juga bisa muncul di bagian tubuh lain dan berupa:
Syok anafilaktik bisa terjadi saat reaksi alergi yang dialami sudah sangat parah. Kondisi ini bisa muncul segera setelah seseorang terpapar bahan alergen, dalam hal ini sperma, dan ditandai dengan:
Gejala ini bisa muncul saat pertama kali berhubungan seksual. Namun gejala juga dapat terjadi secara tiba-tiba meski tidak pernah mengalami reaksi alergi terhadap sperma.
Karena gejalanya yang mirip dengan penyakit genital lainnya, kondisi ini sering disalahartikan sebagai infeksi jamur dan penyakit menular seksual.
Penyebab utama alergi sperma adalah suatu jenis protein yang terkandung dalam sperma. Selain itu, jenis pengobatan serta konsumsi obat-obatan tertentu juga dipercaya dapat memicu timbulnya seminal plasma hypersensitivity.
Beberapa faktor risiko alergi ini meliputi:
Diagnosis alergi sperma dilakukan dengan cara tanya jawab dan tes kulit. Berikut penjelasannya.
Dokter akan bertanya mengenai gejala dan Riwayat hubungan seksual Anda dan pasangan. Saat dokter bertanya, jawablah dengan sejujurnya.
Dokter juga mungkin melakukan tes alergi tertentu berupa skin prick test. Langkah ini bertujuan memastikan bahwa pasien benar-benar memiliki alergi sperma.
Untuk melakukan tes ini, dokter Anda akan membutuhkan sampel air mani pasangan Anda. Dokter lalu menyuntikkan sejumlah kecil sampel ini di bawah kulit pasien.
Jika muncul gejala atau reaksi alergi, dokter dapat menentukan bahwa pasien mengalami alergi sperma.
Advertisement
Cara mengobati alergi sperma umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi tersebut. Beberapa pilihan penanganan dari dokter meliputi:
Jika saat melakukan hubungan seks, Anda atau pasangan lebih memilih untuk tidak menggunakan kondom, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan perawatan desensitasi.
Prosedur ini dilakukan dengan mengoleskan vagina atau penis dengan sperma yang telah dilarutkan setiap kurang lebih 20 menit sekali. Prosedur ini tidak hanya dilakukan sekali, namun berulang kali hingga tubuh tidak menunjukkan gejala alergi.
Setelah desensitasi dilakukan, Anda masih perlu terpapar alergen secara berkala. Tujuannya adalah agar daya tahan tubuh terhadap alergen tersebut bisa terus bertahan. Contohnya, orang yang alergi terhadap sperma pasangannya dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual setiap 48 jam sekali.
Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda mengonsumsi obat berjenis antihistamin, sebelum Anda melakukan hubungan seksual. Cara ini akan membantu dalam mengurangi gejala yang muncul.
Jika gejala alergi yang Anda alami cukup parah, dokter bisa merekomendasikan Anda untuk selalu membawa suntikan atau injeksi epinephrine (EpiPen). Epinephrine dapat membantu dalam meredakan gejala alergi.
Jika tidak ditangani dengan benar, alergi sperma bisa menyebabkan komplikasi berupa:
Cara mencegah alergi sperma tidak diketahui hingga saat ini. Pasalnya, penyebabnya juga belum diketahui dengan jelas.
Namun Anda bisa menurunkan risikonya dengan cara paling sederhana, yakni menghindari kontak dengan sperma. Misalnya, memakai kondom tiap kali berhubungan seks.
Bila tidak ingin menggunakan kondom, Anda dan pasangan bisa mencoba cara lain dengan segera mengeluarkan penis ketika ejakulasi terjadi. Dengan ini, sperma tidak akan masuk ke dalam vagina atau mengenai kulit pasangan.
Jika mengalami gejala-gejala yang mengganggu setelah terjadi kontak dengan sperma, Anda disarankan untuk segera meghubungi dan berkonsultasi dengan dokter. Jangan malu untuk menyampaikan keluhan tersebut ke dokter.
Ceritakan dengan jelas mengenai gejala-gejala yang dirasakan dan kapan gejala tersebut mulai muncul.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis alergi sperma agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved