1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sejak tahun 2004, tidak ada lagi kasus baru SARS yang dilaporkan.
Severe acute respiratory syndrome (SARS) merupakan infeksi berat pada saluran pernapasan dan dapat bersifat fatal. Berbagai gejala yang muncul pada penyakit SARS sebagian besar disebabkan oleh virus, walaupun bisa saja disebabkan oleh bakteri.
SARS yang bersifat sangat menular pertama kali ditemukan di Cina pada November 2002. Dalam beberapa bulan, penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia melalui turis yang datang ke Cina maupun masyarakat setempat yang melancong ke luar negeri.
SARS menjadi wabah yang menyebar hingga ke 26 negara pada awal tahun 2003. Tercatat ada sekitar 8.098 kasus SARS yang terjadi dan 774 orang di antaranya meninggal dunia karena penyakit ini.
Para petinggi organisasi kesehatan dari seluruh dunia pun bekerja sama untuk mengendalikan wabah SARS. Wabah ini akhirnya dapat terkendali dan dihentikan penyebarannya. Sejak tahun 2004, tidak ada lagi kasus baru SARS yang dilaporkan.
Hingga saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) terus memantau SARS di seluruh dunia. Apabila wabah SARS terulang, pengendalian akan dilakukan agar penyebaran penyakit ini dapat dibatasi seminimal mungkin.
Baca juga : MERS dan SARS, apakah sama dengan corona?
Gejala awal SARS mirip seperti influenza, dan biasanya muncul 2-7 hari setelah infeksi virus, meliputi:
Namun, pada pasien SARS dengan kondisi imunitas yang menurun seperti penderita diabetes melitus atau gagal ginjal, gejala demam bisa tidak terjadi di minggu pertama. Setelah gejala-gejala awal, infeksi virus akan mulai menyebar ke paru-paru serta saluran pernapasan, kemudian menyebabkan keluhan gangguan pernapasan berupa:
Pada kasus yang parah, kondisi ini bahkan dapat menyebabkan kematian.
SARS merupakan penyakit yang awalnya berasal dari hewan, tapi menular pada manusia (zoonotik). Sebagian besar penyakit zoonotik berasal dari hewan liar. Salah satu strain atau jenis virus yang dikenal sebagai Coronavirus terkait SARS (SARS-CoV) yang menyerang mamalia, diduga kuat menjadi penyebab terjadinya penyakit ini.
Coronavirus umumnya menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dengan gejala ringan hingga sedang pada manusia, tetapi dapat menyebabkan penyakit pernapasan, pencernaan, hati, dan neurologis pada hewan. Meski begitu, ketika menularkan virus pada manusia, hewan yang terinfeksi dapat terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala.
Virus ini dapat menyebar melalui partikel kecil yang terdapat di udara ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara. SARS juga dapat ditularkan melalui kontak dekat, misalnya ketika Anda merawat penderita atau tinggal serumah dengan penderita.
Infeksi virus ini juga dapat menyebar lewat benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus. Misalnya, gagang pintu, telepon, atau tombol lift. Bahkan di beberapa kasus, penularan terjadi apabila seseorang terpapar kotoran dari penderita dan tidak mencuci tangan dengan benar.
Ketika virus menyerang manusia untuk pertama kali, manusia belum memiliki pertahanan tubuh terhadap virus tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya gejala SARS. Kemudian, tubuh secara alami akan membentuk antibodi untuk melawan virus. Wabah akan terhenti ketika manusia sudah memiliki antibodi terhadap virus dan vaksin telah ditemukan.
Walau demikian, virus dapat berubah dan berkembang menjadi strain yang lain. Pada tahun 2019, ditemukan SARS akibat virus corona tipe terbaru yang disebut SARS-CoV-2. Virus ini pertama kali ditemukan di Cina dan menyebabkan pandemi Covid-19. Meski begitu, SARS dan Covid-19 adalah dua kondisi yang berbeda.
Baca juga : Fakta Tentang Varian Baru Corona B117, Mutasi Virus COVID-19 dari Inggris. Lebih Menular?
Menurut WHO, seseorang dapat dikatakan mengalami SARS apabila memenuhi keempat kriteria diagnosis di bawah ini:
SARS merupakan penyakit langka dengan gejala yang menyerupai penyakit pernapasan lain, seperti influenza dan pneumonia. Dokter biasanya tidak mencurigai adanya penyakit ini kecuali penderita baru saja bepergian atau berada di lingkungan dengan wabah SARS.
Apabila mencurigai pasien menderita SARS, dokter akan melakukan konfirmasi diagnosis dengan pemeriksaan penunjang berupa
Advertisement
Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan SARS secara spesifik. Namun penelitian mengenai vaksin SARS terus dikembangkan.
Pasien yang dicurigai menderita penyakit ini harus dirawat di rumah sakit sesegera mungkin dan akan diisolasi dengan pengawasan ketat. Penanganan bagi pasien SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif dengan:
Ada beberapa upaya pencegahan SARS dapat Anda lakukan. Apa sajakah itu?
Selain itu, Anda juga bisa menerapkan sederet cara mencegah penyebaran virus di bawah ini:
Pada situasi tertentu, penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung untuk mencegah penularan SARS juga mungkin diperlukan.
Baca jawaban dokter: Benarkah cuci tangan 6 langkah ampuh bersihkan kuman?
SARS merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Apabila Anda mengalami gejala infeksi saluran pernapasan atau keluhan seperti influenza yang disertai demam, sesak atau kesulitan bernapas terutama setelah bepergian ke luar negeri, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis SARS. Dengan ini, pengobatan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved