logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Sanfilippo Syndrome

15 Okt 2022

| Nurul Rafiqua

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Pengertian sanfilippo syndrome

Sanfilippo syndrome, dikenal juga dengan nama mucopolysaccharidosis tipe III adalah kondisi genetik langka yang menyebabkan gangguan metabolisme sel tubuh. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak dapat memetabolisme atau menghancurkan molekul gula tertentu.

Ada 4 subtipe dari Sanfilippo syndrome, yaitu subtipe A, B, C, dan D. Setiap subtipe tadi disebabkan oleh kekurangan suatu enzim dalam tubuh dan masing-masing memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Gejala yang dialami tiap penderita juga berbeda-beda, tetapi pada umumnya bersifat progresif yaitu akan memburuk seiring waktu.

Dari ke-4 subtipe, Sanfilippo syndrome tipe A paling sering ditemui, dengan persentase lebih dari setengah dari semua kasus. Tipe B dan C lebih langka ditemui, begitu juga tipe D yang merupakan subtipe paling langka.

Penderita Sanfilippo syndrome umumnya tidak menampakkan gejala saat mereka lahir. Gejala baru akan muncul saat masa kanak-kanak. Kondisi ini ditandai dengan keterlambatan bicara serta masalah-masalah perilaku seperti hiperaktif, sering cemas, agresif, serta beberapa karakteristik autisme.

Penderita Sanfilippo syndrome memiliki angka harapan hidup yang berbeda tergantung subtipe yang mereka derita. Suatu penelitian mengindikasikan bahwa rata-rata umur penderita subtipe A dari kondisi ini berkisar antara 11-19 tahun. Penderita tipe B atau C memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi, dengan kisaran antara 11-34 tahun.

Penelitian yang sama tidak menyebutkan angka harapan hidup bagi penderita subtipe D, tetapi diperkirakan bahwa penderita subtipe ini dapat mencapai masa remaja atau masa awal dewasa. Belum ditemukan cara untuk mengobati Sanfilippo syndrome. Hingga sekarang para ahli kesehatan masih bekerja keras untuk mencari cara pengobatan yang efektif untuk kondisi ini.

Tanda dan gejala sanfilippo syndrome

Sanfilippo syndrome diderita seseorang sejak lahir, tetapi gejalanya baru akan muncul saat mereka berusia 2-6 tahun. 

Gejala awal Sanfilippo syndrome dapat meliputi:

  • Pertumbuhan yang terhambat pada anak, seperti terlambat bicara
  • Masalah perilaku, misalnya perilaku hiperaktif atau kompulsif
  • Sulit tidur
  • Diare kronis
  • Sendi yang kaku
  • Tubuh kesulitan bergerak, contohnya saat berjalan
  • Ukuran kepala yang lebih besar dibanding ukuran biasa, atau fitur wajah yang khas seperti alis tebal

Gejala yang muncul dapat memburuk seiring anak bertambah usia, meskipun tingkat keparahan kondisinya dapat bervariasi. Masalah perkembangan pada penderita Sanfilippo syndrome dapat dibagi menjadi 3 tahap, antara lain:

  • Tahap 1, umur 1-4 tahun: anak dapat mengalami perkembangan kognitif atau intelektual yang terhambat. Selain itu, mereka juga sering mengalami infeksi pada telinga, hidung, dan tenggorokan, atau diare.
  • Tahap 2: Antara umur 3-5 tahun, anak dapat mengalami masalah-masalah perilaku, sulit tidur, atau perkembangan kognitifnya makin lambat. Tahap kedua ini dapat berlangsung hingga 10 tahun.
  • Tahap 3: Pada tahap ini, anak dapat mengalami regresi (kemunduran) dalam fungsi kognitif atau kemampuan motoriknya. Pada kebanyakan kasus, anak akan kehilangan kemampuan berbahasa, berjalan dan makan sendiri. Pada tahap ini juga, anak bisa mengalami masalah-masalah fisik seperti sulit bernapas dan kejang-kejang.

Penyebab sanfilippo syndrome

Tubuh memproduksi sekumpulan molekul gula yang disebut glikosaminoglikan, atau disebut juga mukopolisakarida. Molekul ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

  • Membantu pembentukan dan perbaikan tulang rawan, jaringan ikat, jaringan saraf, dan kulit
  • Membantu pertumbuhan sel
  • Membantu pembekuan darah dan penyembuhan luka
  • Berguna untuk komunikasi antara sel tubuh

Tubuh memproduksi glikosaminoglikan secara terus-menerus, dan setelah molekul ini menjalankan fungsinya, tubuh akan menghancurkannya lewat proses metabolisme.Satu jenis dari glikosaminoglikan adalah heparan sulfat. 

Sanfilippo syndrome dapat terjadi apabila terdapat mutasi pada gen yang bertugas membuat enzim yang dapat menghancurkan heparan sulfat. Mutasi ini dapat menyebabkan enzim tadi terganggu fungsinya atau sama sekali tidak ada dalam tubuh.

Hal ini lantas menyebabkan penumpukan heparan sulfat dalam sel tubuh, khususnya pada lisosom. Lisosom adalah suatu bagian sel yang berfungsi mengurai protein, karbohidrat, dan sel tubuh lain yang telah mati. 

Terganggunya fungsi lisosom tadi kemudian akan menyebabkan sekumpulan kondisi yang disebut gangguan penyimpanan lisosom. Akibatnya, fungsi sel tubuh pun terganggu dan mulai menunjukkan sejumlah gejala Sanfilippo syndrome.

Berdasarkan tipenya, berikut jenis gen bermutasi yang memicu gejala Sanfilippo syndrome:

  • Sanfilippo syndrome tipe A disebabkan oleh mutasi pada gen SGSH. Penderita subtipe ini tidak memiliki enzim yang disebut heparan N-sulfatase.
  • Subtipe B disebabkan oleh mutasi pada gen NAGLU. Penderita subtipe ini tidak dapat memproduksi enzim alpha-N-acetylglucosaminidase.
  • Subtipe C disebabkan oleh mutasi pada gen HGSNAT. Penderita subtipe ini tidak dapat memproduksi enzim acetyl-CoA:alpha-glucosaminide N-acetyltransferase.
  • Subtipe D disebabkan oleh mutasi pada gen GNS. Penderita subtipe ini tidak dapat memproduksi enzim N-acetylglucosamine 6-sulfatase.

Mutasi gen pada Sanfilippo syndrome dapat diturunkan dengan pola autosomal resesif. Hal ini berarti seorang anak dapat mengalami Sanfilippo syndrome jika mewarisi satu salinen gen yang bermutasi dari masing-masing orangtua. 

Tiap anak yang dilahirkan dari pasangan yang memiliki gen bermutasi memiliki peluang sebesar 25% untuk menjadi penderita Sanfilippo syndrome

Baca juga: Mengenal Proses Metabolisme Tubuh Hingga Gangguannya

 

Faktor risiko Sanfilippo syndrome

Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat Sanfilippo syndrome memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi tersebut.

Diagnosis sanfilippo syndrome

Dalam mendiagnosis Sanfilippo syndrome, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan berikut:

  • Tanya jawab dan pemeriksaan fisik
    Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien dan juga keluarga. Lalu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. 
  • Tes urine
    Tes urine, khususnya tes urine mucopolysaccharidoses (MPS) dilakukan untuk memeriksa kadar molekul gula seperti heparan sulfat, keratan sulfat, dan dermatan sulfat dalam tubuh. 
  • Tes darah
    Setelah tes urine, dokter dapat melakukan tes darah untuk mengkonfirmasi hasil yang didapat. Tes darah pada kondisi ini dilakukan untuk memastikan apakah salah satu enzim dalam tubuh yang berfungsi untuk menghancurkan heparan sulfat mengalami gangguan atau bahkan tidak ada dalam tubuh. Tes darah ini direkomendasikan bagi pasien berusia muda atau yang tidak dapat melakukan tes urine MPS.
  • Tes genetik
    Tes genetik dilakukan dokter dengan mengambil sampel darah atau air liur. Tes ini bertujuan untuk memeriksa apakah ada mutasi pada gen yang dibawa dari lahir, terutama mutasi yang berkaitan dengan Sanfilippo syndrome
  • Tes supplemental newborn screening (SNS)
    Tes skrining ini diperuntukkan bagi anak di bawah usia 1 tahun untuk membantu mendeteksi Sanfilippo syndrome subtipe A.

Baca jawaban dokter: Apakah setiap orang wajib melakukan skrining genetik? 

Advertisement

Cara mengobati sanfilippo syndrome

Hingga saat ini belum diketahui cara untuk mengobati Sanfilippo syndrome hingga betul-betul sembuh. Tetapi, para peneliti telah melakukan berbagai percobaan stem cell atau sel punca pada binatang dan sel.

Percobaan-percobaan tadi menunjukkan hasil bahwa terapi penggantian enzim serta terapi gen dapat membantu meringankan gejala yang dialami pasien sekaligus meningkatkan kualitas hidup mereka.

Terapi penggantian enzim dilakukan lewat suntikan atau infus diduga dapat menstabilkan kondisi pasien. Pasalnya, enzim yang dimasukkan dapat membantu tubuh memetabolisme heparan sulfat sampai terapi selanjutnya.

Sementara itu, terapi gen dapat menggantikan gen pasien yang bermasalah dengan gen yang sehat. Hal ini memungkinkan tubuh pasien dapat memetabolisme heparan sulfat dengan sendirinya. Meski begitu, kedua metode tadi masih memerlukan lebih banyak penelitian terutama terhadap pasien manusia.

 

Komplikasi Sanfilippo syndrome

Jika tidak ditangani, Sanfilippo syndrome dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti:

  • Kebutaan
  • Disabilitas intelektual
  • Kerusakan pada saraf yang lambat laun memburuk sampai-sampai penderitanya harus memakai kursi roda dan tidak dapat mengurus diri sendiri
  • Kerusakan pada organ tubuh

Baca juga: Penyakit Genetik Bukan Kiamat, Hidup Tetap Bisa Berkualitas

Cara mencegah sanfilippo syndrome

Sanfilippo syndrome tidak dapat dicegah karena kondisi ini bersifat diturunkan. Tetapi, Anda dapat meminimalkan peluang terjadinya kondisi ini dengan memeriksa riwayat medis keluarga Anda.

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Jika Anda khawatir anak Anda menjadi penderita Sanfilippo syndrome, segera hubungi dokter spesialis anak. Dokter dapat mengevaluasi kondisi anak Anda dan membahas langkah-langkah penanganan yang tepat untuk anak Anda.

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buat daftar seputar gejala yang pasien rasakan.
  • Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang pasien alami. Demikian pula dengan riwayat medis keluarga.
  • Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang pasien konsumsi.
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan pada dokter. 
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:

  • Apa saja gejala yang pasien rasakan?
  • Kapan gejala pertama kali Anda alami?
  • Apakah pasien memiliki faktor risiko terkait Sanfilippo syndrome?
  • Apakah pasien rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu?
  • Apakah pasien pernah mencari bantuan medis? Bila iya, apa saja pengobatan yang telah Anda coba?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis Sanfilippo syndrome agar penanganan yang tepat bisa diberikan.

Advertisement

Bagikan

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved