1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Plasenta tetap menempel pada rahim setelah kehamilan.
Retensi plasenta atau retensio plasenta adalah kondisi plasenta atau ari-ari yang tidak bisa keluar dengan sendirinya atau tertahan di dalam rahim setelah bayi dilahirkan.
Plasenta yang biasa disebut ari-ari bayi adalah sebuah organ yang memberikan nutrisi pada janin dalam kandungan. Pada kondisi normal, tubuh akan mengeluarkan plasenta sekitar 30 menit pascakelahiran bayi.
Proses persalinan normal mencakup tiga tahapan, yakni:
Ada tiga jenis retensi plasenta yang dapat menyebabkan plasenta gagal terlepas, yaitu:
Retensi plasenta dapat menjadi sebuah keadaan yang mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani.
Baca juga: Mengenal Pentingnya Fungsi Plasenta Selama Masa Kehamilan
Apabila plasenta tidak segera dikeluarkan setelah proses kelahiran, berbagai gejala berikut dapat muncul dalam 3 menit pasca melahirkan:
Penyebab retensio plasenta terdiri dari berbagai faktor tergantung pada jenis yang dialami. Namun pada umumnya, penyebab retensi plasenta yang paling sering ditemukan adalah gangguan pada kontraksi rahim. Kontraksi yang lemah serta jeda yang terlalu lama dapat menghambat proses keluarnya plasenta.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta, yaitu:
Diagnosis retensio plasenta hanya bisa ditegakkan oleh dokter obgyn alias dokter spesialis kandungan.Dokter obgyn awalnya akan melakukan penelusuran riwayat dan gejala pasien. Hal ini meliputi pertanyaan tentang riwayat kehamilan Anda, apakah Anda pernah mengalami perdarahan sebelumnya, serta riwayat kesehatan Anda sebelum dan selama kehamilan.
Diagnosis terhadap retensi plasenta tidak dapat dilakukan sebelum persalinan terjadi. Langkah paling mudah untuk diagnosis awal adalah melihat apakah plasenta lengkap dan utuh setelah lahirnya plasenta.
Metode diagnosis yang digunakan yaitu USG atau ultrasound diagnostik, untuk melihat ke dalam rahim apakah ada sisa plasenta yang tertinggal.
Terkadang, dilakukan juga pemeriksaan ke dalam vagina untuk melihat apakah masih ada atau tidaknya sisa plasenta dalam rahim. Dapat dilakukan pula beberapa pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan darah lengkap untuk melihat apakah adanya tanda-tanda infeksi.
Advertisement
Terapi dan pengobatan retensi plasenta bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan retensi plasenta meliputi:
Prosedur penanganan retensio plasenta berbeda pada satu pasien dengan lainnya, sebab prosedurnya disesuaikan dengan keadaan setiap pasien serta risiko yang dapat timbul setelahnya. Bila ditangani dengan baik, retensio plasenta dapat diatasi dan penderitanya memiliki prognosis yang baik.
Setelah proses pengambilan plasenta selesai dilakukan, bayi yang baru lahir tak boleh langsung disusui oleh ibunya. Hal ini dilakukan untuk menghindari paparan obat yang diberikan sebelumnya. Sebab, obat-obatan tadi biasanya masih berada di dalam sistem tubuh dan dapat meresap ke air susu ibu.
Retensi plasenta dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan yang tidak normal selama berhari-hari yang disebut sebagai PPH (primary postpartum hemorrhage). Selain itu, infeksi postpartum juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari retensi plasenta.
Baca jawaban dokter: Ukuran plasenta lebih besar dari seharusnya, apakah berbahaya?
Untuk mencegah terjadinya retensi plasenta, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh dokter, yakni:
Setelah proses melahirkan, dokter mungkin menyarankan pasien untuk tetap melakukan pemijatan rahim, dengan cara memijat daerah sekitar perut bawah. Hal ini dilakukan dengan harapan agar terjadinya kontraksi yang dapat membantu mengurangi perdarahan dan memicu rahim agar kembali pada ukuran normalnya.
Baca juga: Metode Melahirkan Lotus Birth: Saat Tali Plasenta Tak Perlu Dipotong
Retensi plasenta tidak dapat didiagnosis sebelum persalinan terjadi, tetapi Anda dapat datang berkonsultasi ke dokter apabila Anda mengalami kondisi berikut:
Jika Anda telah mengalami retensi plasenta yang telah ditangani, disarankan untuk melakukan kontrol ke dokter, beberapa hari pasca melahirkan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi seperti infeksi.
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mempersiapkan diri sebelum berkonsultasi dengan dokter, yaitu:
Setelah itu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti mengukur tekanan darah dan mendengarkan detak jantung.
Dokter kemudian akan meminta Anda untuk menjelaskan tentang riwayat kehamilan anda, serta riwayat persalinan sebelumnya bila tersedia. Dokter Anda mungkin dapat memperkirakan risiko Anda mengalami retensi plasenta dan berdiskusi dengan Anda mengenai metode persalinan yang terbaik dan paling cocok dengan Anda.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved