1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Rambut rontok dapat terjadi karena faktor genetik, perubahan hormon, kondisi medis atau efek samping dari mengonsumsi obat-obatan
Rambut rontok dapat terjadi hanya di kulit kepala atau seluruh tubuh. Kerontokan bisa muncul akibat faktor keturunan, perubahan hormon, kondisi medis, atau efek samping obat-obatan.
Setiap orang bisa mengalami kerontokan rambut atau kebotakan. Tapi masalah ini lebih sering dialami oleh kaum pria.
Kebotakan biasanya mengacu pada rambut rontok yang berlebihan. Sebagian orang memilih untuk membiarkan kondisi ini dan tidak melakukan perawatan.
Namun sebagian orang lainnya memilih untuk memanfaatkan perawatan rambut rontok yang tersedia. Langkah ini bertujuan mencegah kerontokan rambut lebih lanjut, membantu pertumbuhan rambut, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri penderita.
Rambut tumbuh dan rontok mungkin terlihat sebagai hal yang sederhana. Padahal, perkembangan rambut memiliki beberapa fase-fase yang meliputi:
Fase anagen merupakan fase terpanjang yang berlangsung antara 3-5 tahun. Pada sebagian orang, sehelai rambut bahkan bisa tumbuh hingga tujuh tahun.
Fase ini akan berbeda pada rambut di alis, kemaluan, dan kulit kepala. Tiap saat, 90 persen rambut berada pada fase ini.
Fase catagen dimulai saat fase anagen berakhir. Fase ini umumnya berlangsung selama 10 hari atau lebih.
Memasuki catagen, folikel rambut akan menyusut dan pertumbuhan rambut melambat. Fase ini umumnya dialami oleh lima persen rambut di kulit kepala.
Telogen biasa berlangsung selama tiga bulan, dengan 10-15 persen rambut berada pada fase ini.
Rambut umumnya rambut tidak tumbuh selama berada pada fase telogen. Namun kerontokan juga tidak terjadi.
Fase ini juga terjadi ketika rambut baru mulai terbentuk pada folikel, yang baru melepaskan rambut selama fase catagen.
Eksogen merupakan perpanjangan atau bagian dari tahan telogen. Selama fase ini, rambut akan dilepaskan dari kulit kepala, umumnya terjadi saat seseorang keramas atau bersisir.
Fase eksogen biasanya akan menyebabkan rambut gugur sebanyak 50 hingga 100 helai per hari.
Kerontokan rambut dapat datang secara tiba-tiba maupun bertahap. Rambut rontok juga bisa memengaruhi kulit kepala atau seluruh tubuh.
Beberapa jenis kerontokan rambut bersifat sementara. Namun ada pula yang terjadi secara permanen.
Secara umum, gejala rambut rontok bisa berupa:
Penipisan rambut yang bertahap merupakan jenis kerontokan rambut paling umum. Gejala ini bisa terjadi pada pria maupun wanita, seiring bertambahnya usia.
Pada pria, rambut sering mulai berkurang dari sisi kanan dan kiri dahi, sehingga membentuk garis menyerupai huruf M.
Sedangkan pada kaum wanita, penipisan rambut terjadi dengan jarak antarrambut yang melebar. Akibatnya, kulit kepala akan lebih tampak.
Pada wanita yang lebih tua, garis rambut bagian depan akan naik, sehingga dahi tampak lebih lebar.
Beberapa orang bisa mengalami rambut rontok yang berupa lingkar-lingkar tidak merata. Jenis kerontokan rambut ini biasanya hanya terjadi pada kulit kepala, tapi juga bisa ditemukan pada bagian jenggot atau alis mata.
Dalam beberapa kasus, kulit penerita bisa terasa gatal sebelum rambut di bagian tersebut mulai rontok.
Pengalaman traumatis, baik fisik atau emosional, dapat menyebabkan rambut rontok. Segenggam rambut bbisa gugur saat seseorang menyisir, keramas, bahkan tidak sengaja menarik rambut.
Jenis kerontokan ini biasanya memicu rambut yang menipis, namun hanya bersifat sementara.
Beberapa penyakit dan perawatan medis (seperti kemoterapi untuk kanker) dapat menyebabkan kerontokan rambut di seluruh tubuh. Tapi rambut biasanya akan tumbuh kembali setelah gangguan medis sembuh atau metode pengobatan dihentikan.
Gejala ini bisa menandakan kurap, yang dapat disertai dengan rambut patah dan kulit kemerahan serta bengkak. Terkadang, kulit bersisik juga bisa mengeluarkan cairan.
Manusia umumnya kehilangan 50-100 helai rambut setiap hari, dan sering tanpa disadari. Sebagian besar rambut rontok bukan hal yang perlu dikhawatirkan.
Namun kerontokan rambut atau kebotakan juga bisa menjadi tanda adanya penyakit tertentu, sehingga perlu diwaspadai.
Penyebab rambut rontok adalah helai rambut yang tidak kembali tumbuh setelah gugur. Akibatnya, rmabut tampak menipis atau botak. Beberapa jenis rambut rontok bersifat permanen, seperti kebotakan pola pria dan wanita.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko rambut rontok meliputi:
Faktor keturunan merupakan penyebab paling umum dari rambut rontok. Jadi bila memiliki anggota keluarga dengan kondisi kebotakan, Anda juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Rambut rontok atau kebotakan biasanya terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
Beberapa perubahan hormon bisa menyebabkan kerontokan rambut secara permanen maupun sementara. Contohnya, kehamilan, persalinan, menopause, dan gangguan pada hormon tiroid.
Beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan rambut rontok meliputi diabetes, lupus, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, infeksi kulit, stres, trikotilomania, dan lainnya.
Beberapa jenis obat bisa memicu efek samping berupa kerontokan rambut. Misalnya obat untuk mengatasi kanker, arthritis, depresi, penyakit jantung, penyakit asam urat, serta hipertensi.
Orang yang menjalani terapi radiasi (radioterapi) pada bagian kepala lebih mungkin untuk mengalami kerontokan rambut. Terapi ini bisa saja menyebabkan rambut tidak bisa tumbuh seperti semula.
Gaya rambut dan perawatan yang berlebihan bisa pula memicu rambut rusak hingga mengalami kerontokan. Contohnya, terlalu sering dikeriting, dicat, dicatok, diluruskan, dan banyak lagi.
Ada pula beragam faktor lain yang bisa memicu kerontokan rambut. Contohnya, berat badan yang turun drastis dan kekurangan nutrisi.
Ada banyak jenis rambut rontok yang mungkin terjadi pada manusia. Kondisi dengan istilah lain alopesia ini dikelompokkan menjadi beberapa tipe berikut:
Involutional alopecia terjadi secara alami karena faktor usia. Rambut perlahan-lahan akan menipis secara bertahap seiring bertambahnya usia seseorang.
Kerontokan muncul karena folikel rambut memasuki fase istirahat. Rambut yang tersisa juga akan lebih pendek dan lebih sedikit jumlahnya.
Androgenic apolecia merupakan kondisi genetik yang bisa menimpa pria maupun wanita. Pada pria, kebotakan biasanya mulai terjadi pada usia 20 tahunan. Sementara perempuan umumnya mengalami hal ini sejak umur 40 tahunan.
Alopesia areata adalah rambut rontok yang sering muncul secara tiba-tiba dan tidak merata. Kondisi ini bisa menyerang anak-anak maupun kalangan dewasa muda.
Alopecia areata bisa menyebabkan botak total. Tapi 90 persen dari penderitanya akan mengalami rambut yang tumbuh kembali setelah beberapa tahun.
Alopopesia universalis adalah kerontokan rambut yang terjadi di seluruh tubuh, termasuk alis, bulu mata, dan rambut kemaluan.
Trikotilomania sering dialami oleh anak-anak, dan merupakan kondisi psikologis yang menyebabkan penderita mencabuti rambutnya sendiri.
Penipisan rambut sementara pada kulit kepala akibat perubahan siklus pertumbuhan rambut disebut dengan telogen effluvium.
Kondisi ini terjadi ketika sebagian besar folikel memasuki fase istirahat secara bersamaan. Rambut kemudian akan rontok dan menipis.
Alopesia jaringan parut bisa memicu rambut rontok yang bersifat permanen. Kondisi ini bisa disebabkan oleh peradangan kulit, seperti selulitis, folikulitis, dan jerawat.
Sementara penyebab lainnya bisa berupa peradangan pada kulit (seperti lupus dan lichen planus), pemakaian sisir panas (hot comb), atau rambut dikepang serta diikat terlalu kencang.
Dokter bisa menentukan diagnosis rambut rontok dan penyebabnya melaluiserangkaian langkah berikut:
Dokter akan menanyakan seluruh gejala yang dialami oleh pasien, jumlah rmabut yang rontok, serta faktor risiko yang dimiliki oleh pasien maupun keluarga
Dokter akan mengecek bagian tubuh yang mengalami rambut rontok, serta tanda-tanda lainnya.
Tes darah dapat membantu dokter untuk mengungkap kondisi medis yang berkaitan dengan rambut rontok.
Dokter akan menarik dengan lembut puluhan helai rambut pasien untuk melihat jumlah yang rontok. Langkah ini membantu dalam menentukan proses pengelupasan rambut dari kulit kepala.
Dokter akan mengambil sampel jaringan dari kulit kepala atau beberapa helai rambut pasien untuk memeriksa akarnya. Langkah ini akan membantu dokter untuk menemukan infeksi yang mungkin menyebabkan kerontokan.
Dokter akan menggunakan alat khusus untuk memeriksa helai rambut yang rontok. Metode ini bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan pada batang rambut.
Advertisement
Ada berbagai cara mengobati rambut rontok yang sudah tersedia dan bisa menjadi pilihan. Penanganan bisa menghambat kerontokan atau setidaknya memperlambat proses penipisan.
Dalam beberapa kondisi, rambut dapat juga tumbuh kembali tanpa pengobatan khusus dalam waktu satu tahun.
Secara umum, metode penanganan rambut rontok yang bisa dianjurkan oleh dokter meliputi:
Jika rambut rontok disebabkan penyakit tertentu, dokter akan menyarankan penanganan untuk mengatasi pemicunya terlebih dulu.
Sementara kebotakan akibat konsumsi obat akan ditangani oleh dokter dengan cara menyarankan pasien untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut atau mencari obat alternatif.
Beberapa jenis obat di bawah ini bisa diberikan oleh dokter untuk mengatasi rambut rontok:
Minoxidil adalah obat untuk mengatasi kebotakan yang bisa digunakan oleh pria maupun wanita. Obat ini biasanya diberikan dalam bentuk cairan atau busa, yang perlu digosokkan pada kulit kepala setiap hari.
Obat ini banyak dimanfaatkan untuk membantu dalam menumbuhkan rambut atau memperlambat laju kerontokan.
Namun pasien perlu mewaspadai efek samping minoxidil. Conothnya, iritasi pada kulit kepala dan pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan pada wajah serta tangan.
Finasteride diresepkan dalam bentuk tablet dan direkomendasikan untuk kaum pria. Obat ini bisa diminum setiap hari.
Banyak pria yang menyatakan bahwa penggunaan finasteride membantu dalam menurunkan intensitas rambut rontok, bahkan merangsang pertumbuhan rambut baru. Namun perlu diingat bahwa finasteride kurang efektif untuk pria di atas 60 tahun.
Efek samping finasteride jarang terjadi. Namun obat ini bisa memicu penurunan gairah seks dan fungsi seksual, serta peningkatan risiko kanker prostat.
Untuk pria, obat oral dutasteride juga merupakan salah satu pilihan.
Pil KB dan spironolaktone bisa menjadi pilihan obat rambut rontok bagi wanita.
Penggunaan obat kortikosteroid bisa dilakukan dengan menyuntikkan atau mengoleskannya pada bagian yang botak.
Transplantasi rambut disarankan untuk rambut rontok yang permanen. Prosedur ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan rambut pasien yang masih ada.
Terapi laser dapat menjadi pilihan untuk mengatasi rambut rontok akibat faktor keturunan, baik pada pria maupun wanita.
Imunoterapi juga bisa digunakan sebagai cara untuk mengatasi rambut rontok atau kebotakan.
Sinar ultraviolet akan dipancarkan pada bagian yang mengalami kebotakan.
Rambut rontok atau kebotakan memang jarang menyebabkan komplikasi yang serius. Namun pencerita bisa saja mengalami kehilangan rasa tidak percaya diri karena merasa penampilannya tidak optimal.
Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter apabila kondisi rambut rontok sudah terasa mengganggu atau menyebabkan stres.
Sebagian besar kebotakan disebabkan oleh faktor keturunan. Karena itu, kondisi ini tidak dapat dicegah.
Meski demikian, ada jenis rambut rontok tertentu yang bisa dihindari. Cara mencegah rambut rontok ini meliputi:
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami:
Sebelum melakukan kunjungan ke dokter, persiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter kemungkinan akan mengajukan pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis rambut rontok dan penyebabnya agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved